Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Komite Pemilu Mengundi Partai

15 Maret 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

''Allahuakbar.... nomor satu adalah partai juara." Teriakan girang itu spontan dikumandangkan Sukarnotomo, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari Partai Indonesia Baru (PIB), saat undian nomor urut partai peserta pemilu di Gedung KPU di kawasan Imam Bonjol, Jakarta, Jumat pekan lalu. Kebetulan pula, PIB berlambang kalimat Allahuakbar, pas dengan semangat nomor satu.

Kegirangan Soekarnotomo memang beralasan. Nomor urut akan jadi poin penting guna merumuskan yel-yel yang khas sekaligus menarik. Maklum, selama 32 tahun masyarakat kita terbiasa hanya butuh tiga jari untuk melambangkan tiga kontestan pemilu. Sekarang, dengan peserta 48 partai, tingkat kesulitan penciptaan yel-yel jadi berlipat-lipat. Bayangkan saja, misalnya, bagaimana meneriakkan partai yang dapat nomor melebihi jumlah jari tangan ketika berlangsung rapat umum atau arak-arakan di lapangan.

Undian nomor urut parpol tersebut adalah kerja pertama KPU, yang dibentuk sehari sebelumnya. Mantan Menteri Dalam Negeri Rudini resmi terpilih sebagai Ketua Umum KPU, yang beranggota lima wakil pemerintah dan utusan dari ke-48 partai. Sebenarnya, saat pemilihan ketua umum, Rudini ada di peringkat kedua perolehan suara. Peringkat pertama?44 suara?diraih Adnan Buyung Nasution. Berhubung ada kesepakatan bahwa ketua KPU harus berasal dari partai politik, kursi pun dilimpahkan ke Rudini, wakil dari Partai MKGR, yang memperoleh 39 suara.

Awalnya, terpilihnya Rudini sempat diwarnai keberatan beberapa anggota KPU. ''Dia kan produk Orde Baru," kata Agus Miftah, Ketua Umum Partai Rakyat Indonesia. Menanggapi protes ini, Rudini berkomentar, ''Lihat saja, kalau MKGR menyalahi aturan, pasti akan saya tindak." Nah, kita tunggu buktinya, Pak.

Keluarga Cendana Boyongan?

Keluarga Bambang Trihatmodjo boyongan ke Amerika Serikat? Memang belum pasti. Tapi belakangan ini putra ketiga mantan presiden Soeharto ini kerap terlihat di Bel Air. Di kawasan mentereng di Los Angeles, California ini, Bambang menghuni sebuah mansion bersama dengan istrinya, Halimah Trihatmodjo. Adalah Jason Tedjakusuma, penyiar RCTI, yang mendapat informasi posisi Bambang sekeluarga. ''Dia sering relax di arena bowling," kata Jason, yang kemudian melaporkan temuan ini dalam tulisan singkat di majalah Time edisi 8 Maret lalu.

Sebelumnya, Siti Hediyati ''Titik" Prabowo dikabarkan telah bermukim di Boston, Amerika Serikat, dan kadang ke Amman, Yordania, mengikuti sang suami?mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Letjen Prabowo Subianto. Lalu apakah memang ada niat keluarga Cendana untuk segera pindah dari Indonesia? Siti Hardiyanti ''Tutut" Rukmana, putri sulung Soeharto, membantah hal ini. ''Kami lahir di Indonesia dan akan tetap tinggal di sini. Mau ke mana lagi emang?" kata Tutut, yang dijumpai TEMPO saat makan sup ayam di rumahnya. Bulan lalu, Tutut sekeluarga melayat wafatnya Raja Husein di Amman, sekalian piknik ke Boston. ''Masa, nggak boleh," katanya.

Sejauh ini, memang tak ada larangan bagi Tutut, Bambang, Titik, juga dua putra lainnya, Mamiek dan Sigit, untuk pergi ke mana saja. Tapi kesempatan itu agaknya tak berlaku buat Hutomo ''Tommy" Mandala Putra. Jumat pekan lalu putra bungsu Soeharto ini resmi berstatus tahanan kota. Putusan berjangka 20 hari ini diambil berkaitan dengan status tersangka yang disandang Tommy karena kasus korupsi pada tukar guling Goro-Bulog. Dengan keputusan ini, buat Tommy, jangankan ke Boston, ke arena balap mobil Sentul di Bogor pun tak boleh, kecuali atas izin Kejaksaan Agung.

Wartawan Digebuk Buruh Pabrik

Seratus buruh pabrik mengeroyok serombongan wartawan. Itulah yang terjadi ketika 12 wartawan dari televisi dan koran nasional hendak meliput proses eksekusi sita jaminan pabrik pengolahan kayu PT Samudera Bina Upaya di Gunungmedan, Sawahlunto Sijunjung, sekitar 200 kilometer dari Kota Padang, Kamis pekan lalu.

Pabrik itu milik Basril Djabar yang disewakan kepada Hendri, komisaris PT Samudera Timber Indonesia, pada 1996, dengan perjanjian kontrak tertentu. Tapi pihak Hendri belakangan tidak membayar sesuai dengan kontrak. Alhasil, kedua pihak kemudian bertikai dan menyelesaikannya di meja hijau. Pengadilan Negeri Padang akhirnya memenangkan pihak Basril dan pabrik yang menjadi sengketa itu akan dieksekusi. Untuk mewartakan berita kemenangan, Basril yang juga wartawan senior media lokal itu mengundang sejumlah wartawan untuk meliput peristiwa tersebut. Tapi, ya itu tadi, kerusuhan terjadi.

Ceritanya, para wartawan yang hendak mewawancarai Hendri sudah sampai di lokasi eksekusi. Tapi, karena Hendri sedang menemui tamu di kantornya, para wartawan yang terpaksa menunggu sang sumber itu langsung menjeprat-jepretkan kamera untuk memotret pabrik yang terletak di sebelah kantor tersebut. Entah mengapa, Bakri Abdullah, S.H., pengacara Hendri, tiba-tiba keluar dari ruang kantor dengan muka berang. Ia menghardik dan mengusir para wartawan. Tak hanya itu. Bakri juga memaksa beberapa wartawan menyerahkan hasil rekaman video dan kamera mereka. Saat itulah sejumlah buruh keluar dari pabrik dan mengepung para wartawan dengan berbagai senjata tajam: golok, pentungan, dan gergaji. Tapi Hendri berhasil menenangkan karyawannya.

Ketika eksekusi akan dilakukan, sekitar 10 anggota Kepolisian Sektor Sitiung, selain beberapa petugas dari Komando Rayon Militer Pulaupunjung, hadir untuk mengamankan proses eksekusi. Para wartawan pun memotret. Tiba-tiba seratus buruh keluar dari pabrik dan memburu wartawan dengan tongkat besi serta benda-benda keras lain. Para wartawan terpaksa melarikan diri dengan mobil. Nahas, massa buruh menangkap Gatot Santoso, reporter TPI, dan menghajarnya.

Tak cukup begitu. Mengendarai truk, massa yang lain mengejar mobil wartawan sampai sejauh 50 kilometer dari pabrik. Kejar-kejaran pun terjadi bak adegan film laga. Dalam kerusuhan itu, dikabarkan bahwa selain Gatot, Afrinal Aliman, wartawan harian Singgalang, terkena gebukan sehingga menderita luka-luka. Keduanya kemudian dirawat di Rumah Sakit Selaguri, Padang. Kepala Kepolisian Daerah Sum-Bar Kolonel (Polisi) Dasrul Lamsudin akan mengusut kasus tersebut. Peristiwa itu dikecam oleh Persatuan Wartawan Indonesia Sumatera Barat dan LSM Pusat Pengkajian Informasi Strategis (Pakis) Padang. ''Peristiwa itu tindakan anarkis," kata Rahmat Hidayat, Ketua Pakis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum