Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Akibat Iklim Tak Menentu

World Climate Conference yang diadakan di Jenewa mengingatkan bahwa gejala iklim yang tidak menentu di dunia akan mengakibatkan kekurangan bahan makanan. Suhu dunia yang menurun berpengaruh pada cuaca.(ilt)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Akibat Iklim Tak Menentu
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BIASANYA mereka kurang didengar, dan jarang pula membikin berita halaman depan suratkabar. Tapi pertemuan mereka sekali ini -- World Climate Conference -- mungkin dipandang serius. Para ahli cuaca, klimatolog, geologi, oceanografi, geofisik, agronomi, perikanan, ekonom, sosiolog, futurolog dan ahli angkutan -- semua itu akan terlibat dalam konperensi itu di Jenewa 12 - 23. Pebruari. Sejumlah badan PBB dan organisasi ilmu pengetahuan internasional ikut mendukungnya. Dengan sekian banyak kertas kerja yang sudah masuk, demikian Earthscan -- suatu media informasi di London tentang masalah lingkungan, para ahli itu ingin mengingatkan bahwa gejala iklim yang tak menentu di dunia akan mengakibatkan kekurangan bahan makanan. Mereka mendesak sekali untuk membina cadangan pangan. Seperti di zaman dulu, kata Dr Stephen Schneider dari pusat penelitian atmosfir Amerika di Boulder, Colorado, rakyat Mesir pernah diingatkan oleh Musa supaya menumpuk pangan dalam 7 tahun sebagai cadangan menghadapi masa paceklik 7 tahun kemudian. Genesis Strategy yang dipromosikan Schneider itu bukanlah sekedar hendak mendramatisir keadaan. Stok pangan sedunia selama tahun 1970-an memang, menurut anggapan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian, suatu badan PBB), masih belum mencapai tingkat aman yang minim. Sasaran 1984 Tahun 1974 di Roma, World Food Conference membicarakan berbagai kemungkinan guna mengatasi krisis pangan. Menlu AS ketika itu, Henry Kissinger mengusulkan supaya pada tahun 1984 hendaknya "tiada lagi pria, wanita atau anak-anak di mana saja di dunia harus pergi tidur dengan perut kosong." Target itu disetujui konperensi pangan tersebut. Tapi para negarawan dan politik sekembalinya dari sana belum berbuat banyak untuk mencapai sasaran tadi, sedang 1984 kian dekat pula. Tahun ini satu di antara 4 manusia di dunia masih setengah kelaparan. Para ilmiawan yang berkumpul di Jenewa itu meramalkan keadaan iklim yang makin dingin. Semacam Zaman Es baru akan tiba lagi, tapi bukan untuk selama 5000 atau mungkin 10.000 tahun. Kaum politisi dan negarawan, tentu saja, tidak tertarik pada ramalan jangka panjang itu. Tapi bagaimana keadaannya 10 tahun lagi, misalnya? Kaum ilmiawan sekali ini menjawab sambil mengajak orang melihat ke belakang. Dari sekitar tahun 1880 s/d 1940 kata mereka, suhu dunia meningkat perlahan-lahan. Akibatnya, 50 tahun pertama dari abad ke-20 ini merupakan masa terpanas dan terbasah dalam banyak ratusan tahun terdahulu. Hingga kaum tani -- termasuk di daerah Sahel Afrika, kawasan hujan India, lumbung gandum Uni Soviet dan padang rumput Amerika dan Kanada -- lebih beruntung. Tahun 1950-an, hasil panen umumnya lebih tinggi dibanding zaman kapan pun --menjadi baik pula bagi penduduk dunia yang mencapai 3 milyar, malah segera naik ke 4 milyar. Ada ahli pertanian mengatakan bahwa itu berkat Revolusi Hijau --teknik bertanam yang makin hebat dengan bibit unggul, pupuk, pestisida dan sebagainya. Kaum klimatolog kini mengatakan bahwa itu juga berkat faktor iklim - terdapat iklim yang lebih hangat dan curah hujan yang lebih baik selama ini. Tapi keadaan nyaman itu kini berakhir. Iklim kita akan menjadi dingin, kembali ke keadaan lebih dingin dan kering seperti tahun 1850-an. Tadinya iklim hangat itu timbul antara lain karena jarang terjadi ledakan gunung berapi pada permulaan abad ke-20, hingga debu vulkanis pun berkurang di atmosfir, dan lebih banyak sinar matahari menembus ke bumi. Matahari itu sendiri sejak 1950-an --karena banyak sebab yang belum diketahui -- berkurang panasnya, hingga suhu di bumi pun menurun. Gejala mendingin sekarang ini, kata para ahli iklim, akan berlangsung hanya sekitar 20 tahun mendatang. Kemudian kita memasuki zaman hangat kembali mengingat banyaknya pembakaran. Manusia membakar lebih banyak batu bara, minyak, gas alam, dan kayu. Akibatnya, tumpukan karbon dioksida di atmosfir telah meningkat dengan 15% sejak 1900, dan masih akan meninggi. Karbon dioksida di udara memungkinkan bagi sinar matahari menghangati bumi, tapi ia menyetop panas dari bumi yang membalik ke angkasa pada malam hari. Sesudah sekitar tahun 2000, pengaruh pemanasan ini akan mengatasi pendinginan yang ditimbulkan oleh debu atmosfir, dan suhu jagat akan naik. Suhu yang naik satu atau dua derajat saja akan cukup untuk memancing hujan. Terutama Asia dan bagian Dunia Ketiga lainnya akan bisa memproduksi lebih banyak pangan. Tapi tanah di AS dan Uni Soviet akan jadi lebih kering. Kedua Superpower itu mungkin akan berkurang menanam. Pihak Dunia Ketiga kelihatannya akan kurang bergantung pada impor pangan dari dunia maju. Tapi ini tak akan terjadi sampai sesudah tahun 2000. Antara sekarang dan nanti itu, planet akan tambah dingin, tidak lebih hangat. Kelaparan Lagi? Proses pendinginan ini berlangsung sejak 1950-an. Sudah kelihatan pengaruhnya pada cuaca di banyak negeri yang makin sukar diramalkan. Garis curah hujan telah bergeser, biasanya ke arah khatulistiwa. Telah bertambah musim kemarau, banjir, panen jelek dan kelaparan. Di Sahel, hujan telah berkurang k bagian utara, dan tanahnya yang kerin itu makin jadi kering. Di bagian utara India -- selama 1960-an dan 1970-an. hujan pun tidak jatuh seperti biasa. Rajasthan, misalnya, menjadi tambah kering. Ada juga negeri, seperti pesisir Afrika Utara dan bagian Asia Barat, memperoleh lebih banyak hujan dari pendinginan jagat ini. Tapi iklim yang makin buruk ini telah merusak panen di banyak negeri. Tahun terburuk adalah 1972 ketika panen menyedihkan di Uni Soviet, Asia Tenggara, Australia, daratan Cina, India dan Sahel. Menjadi buruk lagi keadaannya ketika AS tahun 1974 mengurangi stok gandumnya. Kemudian musim kelaparan melanda Sahel, Ethiopia, Bangladesh dan beberapa bagian India. Kaum klimatolog yang kini melihat iklim akan tambah jelek melihat pula bahaya kelaparan akan meningkat. Tahun 1980-an dan 1990-an, kata mereka, jelas akan dilanda dingin, kemarau, musim hujan yang gagal dan panen yang buruk. Karena itu pula mereka menganjurkan supaya bersiap-siaplah dengan lumbung pangan. Kerjasama melalui PBB sangat dianjurkan mereka dalam usaha mencegah bencana sebagai akibat perobahan iklim ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus