Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Koneksi Qadhafi

Edwin wilson, agen cia, secara sindikat menjual berbagai jenis senjata, bom, dan perlengkapan lainnya ke libya dan beberapa negara lain. bekerja sama dengan bekas anggota baret hijau & beberapa pejabat cia. (sel)

11 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMA Edwin P. Wilson mendadak termasyhur -- pada 1981. Pers dunia menggambarkan bekas agen CIA itu sebagai tokoh yang mengabdikan diri kepada Kolonel Muammar Qaddafi, yang di mata pemerintah Amerika Serikat dipandang sebagai diktator dan biang kerok terorisme internasional. Dalam bingkai ini, Wilson tampil sebagai potret sosok misterius, semacam "Gatsby yang Besar" dari dunia spionase. "Bagi saya, yang terutama menarik ialah bahwa Wilson memiliki tanah perkebunan yang luas, di daerah perburuan yang penuh gaya dibagian utara Virginia," tulis Peter Maas dalam bukunya Manhunt, yang terbit Mei lalu. Peter Maas terkenal oleh dua di antara beberapa bukunya, The Valachi Papers dan Serpico. Tanah perkebunan itu memang menjadi penting, karena ia berbatasan dengan sejumlah tetangga yang tak bisa diremehkan. Misalnya tycoon Paul Mellon, senator Virginia John Warner, Elizabeth Taylor (yang notabene pernah menjadi istri sang senator), dan Jack Kent Cooke, multijutawan dan pemilik Washington Redskins. Wilson memperoleh tanah perkebunan itu semasa bertugas pada dinas rahasia Amerika Serikat, dan inilah yang membuat Peter Maas terbingung-bingung. Soalnya, penulis ini mafhum, skala gaji CIA sama belaka dengan yang berlaku di departemen dan lembaga lain pemerintah Federal. Artinya, tidak terlalu hebatlah. "Sepuluh tahun sebelumnya, saya mulai menulis Serpico, cerita tentang opsir pemberani yang membuka jaringan korupsi di Kepolisian New York," tulis Peter Maas. Pada masa itu, seorang polisi yang tiba-tiba membeli rumah dengan kolam renang atau lapangan tenis di daerah pinggiran sudah menimbulkan syakwasangka. Paling tidak, polisi itu sudah layak dihadapkan pada sejumlah pertanyaan. Menurut cerita yang beredar, kekayaan bersih Wilson meliputi lebih dari US$ 15 juta, termasuk sekitar US$ 1 juta dalam bentuk rekening bank di Swiss, serta sebagian lagi dalam bentuk emas Afrika Selatan. Anehnya, tidak seorang pun di dalam lingkaran yang gelap, peka, dan sadar sekuriti tempat Wilson bergerak itu -- yang pernah memikirkan bagaimana jumlah kekayaan yang fantastis ini bisa menjadi mungkin bagi seorang anggota dinas rahasia Amerika. CIA sendiri tetap bungkam mengenai sebagian besar masa silam Wilson. Baru setelah nama itu susul-menyusul mengisi kepala-kepala berita di dalam surat-surat kabar Amerika, dengan tidak lupa mengaitkannya pada CIA, muncullah cerita lain, yang diungkapkan oleh sumber-sumber inteligen yang tidak bersedia menyebutkan namanya. Cerita itu sendiri mula-mula mengisi media massa, kemudian terangkum dalam sebuah buku yang ditulis Joseph C. Goulden, seorang pengarang Washington. Di dalam cerita baru itu, Wilson dilukiskan sebagai pemain pinggiran, dengan jabatan rendah dalam bentuk kontrak kerja yang diperbarui tiap dua tahun sekali. Diungkapkan pula, sudah lama dia diketahui sebagai agen yang brengsek, bahkan sebetulnya dia sudah didepak keluar dari dinas rahasia itu. "Ketika saya memulai riset untuk menulis Mano hunt, tentang pengejaran dan penangkapan Wilson, yang tatkala itu sudah menjadi buron internasional, penting sekali untuk mengetahui peranannya yang sesungguhnya di dalam CIA," tulis Peter Maas. Dengan pengetahuan itu, terbuka peluang untuk menyingkapkan berbagai hal lain, misalnya kedudukan dan kepangkatannya, cara-cara operasinya, kenudian menarik kesimpulan penting: bagaimana hubungan Wilson dengan CIA dalam kegiatan teroris ang kemudian menyebabkan tokoh misterius itu dipasung. Terjadikah gerangan semacam persekutuan? Atau semata-mata penyelewengan biasa? "Wilson ternyata bukan tokoh sembarangan," demikian kesimpulan Peter Maas. Dia adalah agen yang sangat bernilai, dan dia meninggalkan CIA bukan lantaran dipecat, melainkan lebih banyak arena kemauannya sendiri. Masih ada fakta lain yang mengejutkan: bahwa untuk jangka waktu yang panjang, baik CIA maupun FBI mengetahui secara gamblang sepak terjang Wilson di Libya, dan bahwa kedua lembaga mata-mata itu tidak melakukan sesuatu pun untuk menghentikan dia. Justru, bukan cuma tiadanya usaha menghambat kegiatannya, bahkan Wilson dibantu oleh tradisi dan prosedur masyarakat inteligen empat dia terlibat secara intens. Sebelum bergabung dengan CIA, Wilson memang sudah menggemari "ilmu" gelap-menggelapkan. Di lembaga intel itulah ia kemudian menjadi canggih dengan berbagai akal-akalan lain yang lebih mengesanan. Misalnya, menyamarkan sebuah operasi paramiliter, seni memalsukan dokumen, mendirikan perusahaan bohong-bohongan, atau memindahkan dana melalui sistem perbankan internasional sehingga "perjalanan" dana itu tidak bisa ditelusuri. * * * Edwin Wilson lahir di tengah sebuah keluarga yang papa di Idaho, 1928. Ketika duduk di bangku SLTA, ia menjadi anggota Future Farmers of America (Para Petani Masa Depan merika). Dalam usia belasan tahun, ia sudah berlayar di Lautan Teduh, sebagai kelasi di sebuah kapal dagang. Ia kemudian meneruskan pendidikan di Universitas Portland, sebuah perguruan tinggi Katolik yang diasuh oleh ordo Salib Suci. Di universitas inilah ia berkenalan dengan "kebudayaan". Sebagai seorang letnan Korps Marinir, ia menginjakkan kaki di Korea tatkala negeri itu sudah usai berperang. Ketika memimpin patroli di zone demiliterisasi, ia mengalami kecelakaan sehingga lututnya cedera berat, dan ia dikeluarkan dari dinas diserasi catatan: sepuluh persen karena fisiknya. Di dalam pesawat terbang Angkatan Laut yang membawa dia ke Washington, Wilson menceritakan pengalamannya kepada seorang penumpang sipil yang duduk di sebelahnya. Orang itu berkata, "Jika tidak ada harapan lagi di Korps Marinir, mengapa tidak mempertimbangkan CIA?" Dinas rahasia itu mungkin memerlukan orang seperti dia. Kemudian, penumpang sipil tadi, tanpa memperkenalkan dirinya sendiri, memberikan kepada Wilson sebuah nama dan sederet nomor telepon untuk dihubungi. Mulailah berlangsung sebuah proses yang cepat sekali. Wilson diminta mengisi riwayat hidup. Ia pun menjalani tes psikologi dan berbagai tes lain. Ada pengusutan dan wawancara panjang dan mendalam. Kemudian, ia disuruh menunggu untuk masa yang menegangkan. Ada syarat pokok untuk diterima di dinas rahasia ini, yakni, calon memiliki "kepribadian dengan watak yang baik, integritas paling tinggi, memusuhi gagasan-gagasan komunis, dan setia terhadap Amerika Serikat". Akhirnya, ia dinyatakan lulus, dan secara resmi bergabung dengan CIA pada 27 Oktober 1955. Pada awal 1956, ia ikut berdiri bersama para perwira CIA lainnya di pangkalan Angkatan Udara AS yang terpencil di gurun Nevada, di bagian utara Las Vegas, mendengarkan dengan khidmat wejangan Direktur CIA yang legendaris, Allen Dulles. Kepada para perwira ini, Dulles menyatakan bahwa mereka akan diberangkatkan untuk sebuah misi yang akan merevolusikan dinas rahasia ini secara keseluruhan, dan yang akan mengubah citra dinas ini untuk selamanya. Sementara itu, di latar belakang pertemuan ini berdiri sejenis pesawat udara dengan sayap-sayap panjang dan seperti terkulai. Orang Rusia menjuluki pesawat ini Black Lady of Espionage. Dunia kemudian mengenalnya sebagai pesawat mata-mata U-2, yang mampu mengarungi angkasa tinggi, dan bagian perangkat yang sangat dirahasiakan CIA untuk waktu panjang. Wilson diberi kepercayaan bertugas di Office of Security CIA. Di sini dia menjadi anggota detasemen khusus, terdiri dari 60 orang, yang dipercaya mengawal pesawat-pesawat terbang U-2 -- sekalian dengan para penerbang, awak lainnya, berikut keluarga mereka. Karena dia akan ditugasi di negeri seberang, Wilson juga menerima identitas palsu sebagai perwakilan Maritime Survey Associates, dengan alamat surat Boylston Street No. 80, Boston, Massachusetts. Empat buah pesawat U-2 ditempatkan di dekat Adana, di pantai selatan Turki, dan Wilson dikirim bertugas ke sana. Di antara pilot yang harus diawasinya ada Francis Gary Powers, yang ditembak jatuh ketika melakukan tugas pengintaian di wilayah Uni Soviet, Mei 1960. Pada Januari 1959, dalam suasana pengantin baru, Wilson dipindahtugaskan ke markas lapangan CIA di Washington. Di sini ia pernah dipercaya mengawal pembelot KGB, Kolonel Rudolf Abel -- kelak, pembelot itu dianggap sebagai satu di antara spion Rusia terpenting yang pernah diperoleh pemerintah Amerika Serikat. Spion KGB itu, beberapa lama kemudian, dipulangkan ke Uni Soviet sebagai ganti Gary Powers, pilot U-2 tadi. Lalu datanglah suatu masa, ketika CIA menjadi rajin" membukai surat-surat pribadi, dan menyadap pembicaraan telepon. "Operasi" tak terpuji ini dilancarkan dalam skala besar, dan dengan mengerahkan tenaga pilihan, termasuk Wilson. Pada suatu hari, ia "bertugas" menyadap pembicaraan telepon ahli luar negeri majalah Newsweek. Tiba-tiba, Wilson sadar bahwa ia sedang mendengar suara Wakil Presiden (waktu itu) Richard M. Nixon di seberang sana. Pulang ke rumah, ia bercerita kepada isrinya, "Engkau tak akan pernah membayangkan, pembicaraan siapa yang kusadap hari ini." Pernah diberitakan, Wilson juga memainkan peranan dalam invasi Amerika Serikat yang gagal ke Teluk Babi, Kuba. Ketika peristiwa itu terjadi, ia sedang menyamar sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di jurusan hubungan-hubungan industri dan tenaga kerja, Universitas Cornell. Seseorang dengan ambisi seperti dia segera bisa membaca situasi: office of security merupakan tempat yang paling tidak punya hari depan. Dia lalu berusaha, dan berhasil. Wilson dipindahkan ke bagian pelayanan urusan terselubung, di bawah pimpinan tokoh CIA yang termasyhur, Cord Meyer. Bagian ini mengoperasikan divisi organisasi-organisasi internasional, yang membawahkan bidang perburuhan, menyusup ke kelompok-kelompok mahasiswa, dan menginfiltrasi media massa. Status Wilson pun berubah. Agen-agen CIA yang bekerja di bawah penyamaran berat biasanya ditempatkan di bawah kontrak. Kondisi ini memungkinkan dinas rahasia itu melakukan "bantahan yang masuk akal", bila sebuah operasi mengalami kegagalan tokoh yang terlibat segera dinyatakan bukan orang CIA. Di lain pihak, cara ini juga memungkinkan CIA menekan angka anggaran belanja untuk para staf, karena tenaga kontrakan tidak dimasukkan ke dalam anggaran rutin. Sebagian besar kontrak jenis ini diperuntukkan jangka waktu atau penugasan tertentu. Tetapi, Wilson termasuk jenis lain. Untuk dia berlaku "kontrak karier permanen", dengan jumlah yang sama dengan yang diterima oleh seorang perwira staf, termasuk jaminan pengobatan dan hak pensiun. Tanpa terganggu oleh tetek-bengek anggaran belanja, dia boleh bergabung dengan CIA sepanjang yang dia mau. Dengan pengalamannya bekerja di kapal dagang, dan pendidikan perguruan tinggi yang belakangan dapat dicicipinya, Wilson mendapat pekerjaan sebagai perwakilan Eropa Seafarers International Union of North America. Bersama istri dan dua anaknya yang masih muda, Wilson memilih tinggal di sebuah dusun kecil di Negeri Belanda, tidak jauh dari Antwerp, satu di antara pelabuhan Eropa yang paling sibuk. Pekerjaan itu tentu saja hanya bagian dari penyamaran. Yang dilakukan Wilson sesungguhnya ialah memantau muatan yang dikapalkan dari Antwerp untuk Kuba-nya Fidel Castro. Ia juga membina jaringan informan untuk mengendus sel-sel komunis di dermaga-dermaga Antwerp, di samping mengorganisasikan "kesengsaraan" bagi delegasi buruh Uni Soviet yang berkunjung ke kota pelabuhan itu. Caranya macam-macam. Ia, misalnya, bisa mengatur begitu rupa sehingga lubang peturasan kamar hotel yang diinapi delegasi itu tersumbat, atau melepas kecoak berkeliaran dengan riang gembira di kamar-kamar mereka. Tampang Wilson memang agak pas dengan profesinya. Tingginya enam setenah kaki, susunan tulangnya kukuh dan tangannya lebar, cukup untuk dengan mudahnya memelintir sebatang leher. Masih ada tugas sampingannya. Misalnya mengepak sebuah pistol yang harus dikirim dengan aman ke Marseilles, dan dari sana ke agen-agen bayaran yang biasanya terdiri dari para perusuh Corsica -- untuk kemudian digunakan "mengurus" buruh-buruh galangan kapal yang rada komunis. Sejak semula, uanglah yang menjadi cemeti hidup Wilson. Kendati menerima bayaran dari dua pihak, Union dan CIA, ia tercatat pernah melayangkan sepucuk surat protes yang keras kepada presiden Union. Yakni, protes terhadap pembatalan sebuah persetujuan yang memungkinkan dia menerima uang US$ 25 per minggu sebagai tambahan gaji. Wilson membutuhkan uang ini, katanya, "Untuk membayar pajak luar negeri." Setelah berdinas setahun di Negeri Belanda, CIA memanggil Wilson ke Washington. Ia diberi tugas di departemen internasional AFL-CIO, yang berfungsi mengorganisasikan serikat-serikat buruh di Amerika, semacam miniatur Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Mula-mula, Wilson dikirim ke Amerika Selatan untuk membantu kampanye melawan serikat-serikat buruh sayap kiri. Kemudian ia diterbangkan ke Timur Jauh. Pada musim panas 1964, CIA memberi penugasan yang kemudian ternyata secara dramatis mengubah kehidupan Wilson -- baik secara profesional maupun pribadi. Ia ditempatkan di Operasi Khusus, semacam gabungan dari kegiatannya terdahulu dengan operasi-operasi paramiliter tersembunyi di seluruh pelosok jagat. Landasan tugasnya yang baru itu sudah ditentukan dengan saksama dan mantap. Dengan restu CIA, Wilson direkomendasikan AFL-CIO sebagai tokoh terdepan dalam memperjuangkan Hubert H. Humphrey menjadi Wakil Presiden AS. Usai pemilihan umum, Wilson mengungkapkan sebuah cerita yang menarik kepada Martin McNamara. Tersebut belakangan ini adalah pengacara Washington yang menjadi salah seorang penyelenggara kampanye Humphrey. Wilson mengatakan akan mulai melancarkan bisnisnya sendiri. McNamara setuju menguruskan segi-segi hukumnya. "Maka, siapa saja yang bermaksud menyimak sejarah bisnis Wilson, kenyataannya tetap akan sama," tulis Peter Maas. Perusahaan itu tiada lain daripada "milik" CIA -- satu di antara bisnis terdepan yang dibiayai dinas rahasia tersebut untuk mengerudungi kegiatan gelap mereka. Dinas Operasi Khusus memiliki cabang logistik untuk darat, laut, dan udara, dan Wilson tampaknya terlibat dalam urusan-urusan maritim. Setelah itu, untuk beberapa lama, McNamara tidak pernah lagi melihat Wilson. Pada suatu hari, ia menemukan tokoh misterius itu di sebuah restoran Washington. Wilson sedang bersantap siang dengan tokoh superstar di bidang lobi dan hubungan masyarakat, Robert Keith Gray. "Saya mengerti, Ed Wilson sedang menikmati saat-saatnya yang gemilang," tutur MnNamara, mengenang. Gray adalah sekretaris yang pernah ditunjuk mendampingi Presiden Dwight D. Eisenhower. Ia kemudian membentuk perusahaannya sendiri, Gray & Company, dengan alamat yang tak terlupakan: "The Powerhouse, Washington, D.C." Pada kampanye Reagan, 1980, Gray mendapat peranan penting di jajaran penasihat, dan melapor langsung kepada manajer kampanye, William J. Casey, yang kemudian menjadi ... Direktur CIA! Ketika itu, ketika mereka bersantap di rumah makan itu, Wilson sedang di ambang usaha membentuk "kongsi dagang" CIA yang lain, yang kemudian diberi nama Consultants International. Bebrapa tahun kemudian, nama Wilson mulai muncul secara tetap di kepala-kepala berita media massa. Dan, terungkaplah sebuah fakta: nama Gray tercantum di dalam susunan dewan direksi perusahaan tersebut. Tetapi kepada wartawan Gray mengatakan, bagi dia sendiri hal itu cuma merupakan berita, dan bahwa perkenalannya dengan Wilson pun baru saja terjadi. Namun, masalahnya tidak terbatas sampai di sini. Peter Maas kemudian berhasil mendapatkan berkas-berkas inteligen yang diakui kesahihannya. Di situ terungkap, Wilson dan Gray sudah menjalin hubungan akrab, paling tidak, selama sembilan tahun. Dalam masa itu, mereka melakukan kontak-kontak profesional sekitar dua atau tiga kali sebulan. Suatu ketika, mereka bahkan melakukan perjalanan bersama selama dua pekan ke Taiwan, ketika Wilson sendiri sedang terikat pada sebuah misi CIA. Gray juga mensponsori keanggotaan Wilson di George Towne Club yang gaya itu. Di perkumpulan elite itu, Gray menjadi sahabat orang-orang semacam Tongsun Park, saudagar lihai yang berada di pusat skandal kasus jual beli yang melibat Kongres AS, akhir 1970-an. Wilson sendiri sedang ditimpa durian runtuh. Di CIA, ia mendapat pengawas, atau istilahnya "perwira kasus", Thomas G. Clines -- tokoh yang bergabung dengan CIA sejak 1949. Clines kebetulan adalah seorang yang selalu kekurangan duit. Dia mulai rajin berutang kepada Wilson, hari ini US$ 50, dan besok US$ 100, umpama kata. Wilson sendiri tetap menangguk keuntungan lumayan dari "perusahaannya" dan Wilson Clines merupakan pejabat satu-satunya yang boleh menilai konditenya. Clines belakangan ditunjuk sebagai direktur latihan CIA. Ketika ia masih bergabung dengan dinas rahasia ini, sebuah catatan rahasia biro pengusutan Federal menemukan bukti negosiasi Clijes dengan tiran Nikaragua, Anastasio Somoza. Menurut dokumen itu, dengan bayaran senilai US$ 650 ribu, Clines akan membentuk sebuah "unit pelacak dan penghancur" untuk melawan musuh-musuh Somoza. Malang bagi Clines, Somoza terusir dari negeri dan tahtanya, sebelum negosiasi itu sempat menjadi kenyataan. Kembali kepada bisnis Wilson, ia bertugas mengapalkan muatan ke tempat-tempat di mana CIA tidak mau tercium keterlibatannya. Antara lain ke Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Ia mengirim bom api, bahan peledak pembubar massa, dan pelbagai alat perusak ke Cili, Brasil, dan Venezuela. Dia juga mengirim senjata api ke Republik Dominika, ketika di negeri itu dikhawatirkan akan terjadi pengambilalihan kekuasaan ala Fidel Castro. Ke Marokko, ia mengirim perangkat komunikasi. Dan ke Angola: hampir segala macam senjata api. Wilson memang berdagang hampir ke seluruh pojok bumi. Ke Iran, misalnya, ia mengurus pengiriman alat elektronik teknologi tinggi dalam berbagai bentuk dan keperluan. Menurut tulisan Peter Maas tersebut, Wilson bahkan pernah "mengirimkan senjata untuk kudeta yang didukung CIA di Indonesia." Ke Taiwan dan Filipina, ia mengirim suplai dan perlengkapan militer. Dan ke Laos, ia mengurus dukungan logistik bagi apa yang disebut "perang rahasia", yang mulai dibangkitkan CIA di negeri yang kecil dan miskin itu. Ia juga mengurus bantuan dalam bentuk yang lebih besar, misalnya kapal-kapal pendarat. Di negeri-negeri yang menerima bantuan CIA itu, Wilson terselubung di balik bisnis yang lain. Dan bagi CIA ini lebih menggembirakan, sebab "tameng" seperti itu makin menjamin kerahasiaan tugas-tugas Wilson sendiri. Wilson akan menaikkan ongkos-ongkos transaksinya, kendati transaksi tersebut dibuat dibawah perintah CIA. Dinas rahasia itu sendiri tampaknya, tidak terlalu rewel mengenai biaya, selama barang kiriman diterima di tempat tujuan dalam keadaan baik. Untuk Wilson sendiri, bergabung dengan CIA tidak ubahnya bak mengenakan jubah ajaib, yang membuat dia selama-lamanya tidak terjamah dan tidak terkalahkan. Ketika mula-mula merintis pembelian tanah yang kemudian menjadi Mount Airy Farms, Wilson pura-pura menerima gaji sekitar US$ 25 ribu per tahun dari CIA. Tetapi, secara mendadak, jalan mulus yang sedang dilintasi Wilson berubah menjadi jalur penuh hambatan. Presiden Richard M. Nixon, yang selalu naik pitam bila mengingat CIA, memerintahkan penilaian kembali anggaran belanja dinas rahasia itu. Hasilnya: banyak perusahaan terselubung CIA terpaksa ditutup, termasuk yang diurus oleh Wilson. CIA sendiri akhirnya bermaksud memberikan latihan khusus kepada Wilson, kemudian mengirim dia ke Vietnam, tempat keterlibatan Amerika Serikat sedang berada dalam tahap yang amat gawat. Itu berarti lenyapnya subsidi basah, hilangnya kebebasan untuk berdagang dan bermain sabun, dan tipisnya harapan membuka perkebunan yang prestisius di Virginia. Hampir bersamaan dengan itu, Wilson kembali terlibat dalam aksi-aksi khusus bersama Task Force 157, sebuah unit spionase yang demikian ketatnya, sehingga Dinas Rahasia Angkatan Laut AS sendiri hampir tidak mengetahui sosok unit ini. Di antara tugas unit ini ialah menempatkan agen-agen yang bertugas memantau kegiatan spionase ke lautan Uni Soviet melalui pelabuhan-pelabuhan asing. Untuk menyelubungi kegiatan ini, task force tadi memutuskan penggunaan berkala perusahaan-perusahaan samaran, dan dalam hal ini mereka berpaling kepada CIA untuk meminta nasihat. Dari markas besar CIA di Langley, Virginia, datanglah jawaban pasti: "Ed Wilson adalah orang yang kalian butuhkan." Jika anggaran belanja CIA sedang ditekan sampai batas minimal, Angkatan Laut malah belum punya gambaran tentang sebuah proyek yang tidak pernah terbayangkan, apalagi yang melibat seseorang seperti Wilson. Dalam sebuah persetujuan rahasia dengan Syah Iran, Wilson membutuhkan sebuah kapal penangkap ikan yang berlayar di bawah bendera Iran. Kapal ini akan berlayar di Teluk Persia, dengan tugas memantau senjata-senjata nuklir Uni Soviet yang mungkin diangkut ke negara-negara yang bersahabat dengan Moskow, terutama Irak. Sekaligus untuk memastikan kemampuan nuklir armada Soviet yang beroperasi di Samudra Hindia. Wilson juga menangani pengapalan semua perangkat peka yang akan dipasang di kapal pukat itu. Untuk jasanya menyiapkan operasi ini, Wilson mendapat -- tanpa banyak usut dari Angkatan Laut -- upah sebesar US$ 500 ribu. Di antara penugasan Wilson yang dimasukkan ke dalam klasifikasi tinggi ialah menentukan -- tepatnya mengukur -- gravitasi di Laut Tengah. di lepas pantai Afrika Utara. Tugas pelik ini dilakukan untuk menentukan secara akurat penembakan sebuah peluru kendali, termasuk yang dilepas dari dalam kapal selam. Untuk keperluan ini, Wilson membeli sebuah kapal kecil, dengan tameng mencari kandungan minyak bumi di bawah permukaan laut. Setelah survei berbulan-bulan itu usai, Wilson menerima pujian dari para atasannya. Tetapi, lebih penting dari sekadar sanjung dan puja, ia juga menerima uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Soalnya, di samping menyelidiki gravitasi itu, Wilson juga sungguh-sungguh mencari kandungan minyak bumi sungguhan. Begitu proyek rahasia itu rampung, ia menjual data-data tentang kandungan tersebut ke sejumlah perusahaan minyak yang bersedia membayar dengan harga patut. Sekali merengkuh dayung, dua pulau terlampaui -- memang. Sementara itu, ia terus membenahi tanah perkebunannya di Mount Airy. Meliputi tanah subur dan landai seluas 2.338 acre, perkebunan itu kini berpagar putih, dengan kuda-kuda pilihan meringkik di padang-padangnya yang hijau, dan sapi-sapi Black Angus merumput dengan sombongnya. Sejalur jalan yang berbelok-belok mengantarkan pengunjung ke sebuah rumah utama tingkat tiga. Di lantai bawah tanah terdapat kamar bilyar, sauna, dan mandi uap. Di lantai satu terbentang ruang duduk, kamar makan, dan perpustakaan, serta dapur luas dengan lemari-lemari tempahan yang dibuat dari kayu pilihan. Hampir secara terus-menerus, di rumah besar itu berlangsung acara-acara yang mengesankan. Kadang-kadang, bekas Wakil Presiden Humphrey tampak di antara para tamu. Begitu pula anggota parlemen seperti Silvio O. Conte dari Massachusetts, John M. Murphy dari New York, Charles Wilson dari Texas, dan John D. Dingell dari Michigan. Dari kalangan senator tampak Strom Thurmond dari South Carolina, dan John Stennis dari Mississippi. Di tanah pertanian yang luas itu, para tokbh penting tersebut menikmati acara yang asyik: menunggang kuda, berburu, dan memancing. Namun, di samping tokoh-tokoh masyarakat yang terkenal itu, Wilson lebih menunjukkan perhatian kepada tamu-tamu "tak dikenal", yaitu orang-orang di belakang layar, yang sesungguhnya memainkan peranan sangat penting dalam berbagai kejadian yang menyangkut kehidupan negara. Di antara mereka tampak "perwira kasus" Wilson di masa lampau, Thomas Clines. Lainnya ialah Theodore G. Shackley, yang pernah bertugas di kantor-kantor CIA di Miami, Laos, Vietnam Selatan, dan yang didesas-desuskan mempunyai harapan besar untuk pada suatu hari menduduki kursi kepemimpinan CIA. Tokoh ketiga ialah opsir Angkatan Udara yang mengantungi banyak tanda jasa, Richard Secord, jenderal yang pernah menjabat penasihat kepala untuk penjualan senjata ke Timur Tengah, yang diperbantukan di bawah Menteri Pertahanan Caspar W. Weinberger. Masih ada tokoh berikutnya: Erich F. von Marbod, yang pernah mendaki karier gemilang di Pentagon, dan yang akan ditunjuk sebagai direktur Dinas Asistensi Keamanan Pertahanan Amerika Serikat. Orang-orang ini menjalin tali persahabatan yang khusus. Clines pernah bekerja sama dengan Shackley di Laos dan Miami. Di Laos pula, Secord pernah menjadi pilot andalan dalam perang rahasia yang dilancarkan CIA melawan Pathet Lao yang komunis. Dan di Vietnam, Von Marbod dan Shackley pernah mempunyai hubungan dekat. Ketika mereka bersantai-santai di kolam renang Wilson di Mount Airy, semua mereka percaya bahwa Wilson mampu melakukan banyak hal yang mereka tidak bisa lakukan yaitu mencari duit. Dalam waktu singkat, mereka terikat melalui sebuah persamaan nasib: keempat orang itu tercatat di dalam buku sandi rahasia Wilson, ketika ia memulai operasi-operasi terorisnya untuk Kolonel Qadhafi. * * * Isyarat pertama penampilan Wilson di media massa terjadi pada 1977, melalui sebuah cerita di The Washington Post. Dalam cerita itu, secara keliru ia dikaitkan dengan pembunuhan terhadap Orlando Letelier, bekas duta besar Cili -- yang kemudian menjadi pengkritik utama pemerintahan diktator militer yang menggantikan rezim yang didukungnya. Cerita itu mengidentifikasikan Wilson sebagai bekas petugas operasi CIA, yang diduga mempunyai hubungan dengan pemimpin Libya, Qadhafi. Tetapi, yang terutama menarik perhatian Laksamana Stansfield Turner, direktur CIA yang baru ditunjuk Presiden Carter, yakni Wilson "mungkin pernah menjalin hubungan dengan satu atau lebih pejabat CIA yang masih berdinas." Ketika ia tiba di markas besar CIA di Langley, setelah membaca tulisan di The Post itu, Turner merasa perlu mengetahui siapa saja yang pernah mempunyai hubungan dengan Wilson. Dia akhirnya menyesal dan jengkel, sebab di markas besar itu, semua orang, kecuali dia, mengetahui dengan jelas siapa saja yang pernah mempunyai hubungan dengan Wilson. Artinya, masalah ini bukanlah rahasia yang pelik sekali. Satu di antara kontak Wilson itu ialah William Weisenburger, yang bertugas di bidang pengadaan alat-alat luar biasa untuk CIA, dan yang pernah memasok Wilson dengan sepuluh detonator miniatur dari desain yang paling mutakhir. Orang kedua ialah Patry E. Loomis, yang pernah beroperasi di TimurJauh di bawah penyamaran sebuah perusahaan dagang. Kepada Turner diceritakan bahwa Weisenburger sudah menerima teguran, begitu pula Loomis. Kemudian, di luar dugaannya, Turner berhadapan dengan tembok oposisi yang kukuh: dari deputinya sendiri, seorang CIA profesional untuk masa jabatan yang panjang dari para kepala operasi di bawah tanah, dan lebih mengejutkan, dari inspektur jenderal CIA sendiri! Tetapi, betapapun, Turner tetap berusaha mengesankan kehadirannya. Untuk itu diperlukan sejumlah tindakan. Masa koboi-koboian, seperti dikatakannya sendiri, sudah silam. Dan ia memerintahkan pemecatan Loomis dan Weisenburger. Ia mengumpulkan 500 pejabat CIA di ruang rapat markas besar di Langley itu, dan menyampaikan kepada mereka bahwa Wilson dinyatakan persona non grata. Ia kemudian mengirim pesan khusus ke semua markas CIA di seluruh dunia, memperingatkan para agen di sana untuk tidak menjalin hubungan apa pun dengan Wilson. Wilson, demikian penjelasan Turner, telah menyalahgunakan penugasannya di CIA pada masa lampau. Ia pun memerintahkan agar semua agen melaporkan usaha-usaha Wilson untuk mendekati mereka ke markas besar. Dalam pengusutannya lebih jauh, Turner mempelajari hubungan akrab Wilson dengan Ted Shackley dan Tom Clines. Ketika itu, Shackley adalah orang kedua di Direktorat Operasi CIA, satu di antara posisi paling peka dalam jaringan dinas rahasia itu. Dalam sebuah pertemuan pribadi, Shackley berusaha menjernihkan persoalan. Ia menerangkan kepada Turner bahwa hubungannya dengan Wilson semata-mata hubungan sosial, dan bahwa ia berada di Mount Airy hanyalah karena istrinya dan istri Wilson merupakan sahabat lama. Turner tidak mempercayai cerita ini. Shackley disingkirkan dari operasi-operasi di bawah tanah. Urusan dengan Clines bahkan lebih pelik. Pada masa pengusutan dilakukan terhadap Patry Loomis, Clines dipergoki satu meja dengan Loomis dan Wilson di sebuah kedai kopi, tidak jauh dari Langley. Clines menyebut peristiwa itu sebagai suatu kebetulan. Ia, menurut pengakuannya, datang ke kedai kopi itu untuk sarapan, menemukan kedua orang tadi, lalu bergabung di meja mereka. Celakanya, inspektur jenderal dinas rahasia itu sendiri menunjang keringanan bagi Clines. Dalam usaha melengkapi tulisannya, Peter Maas menemui Turner dan mengajukan pertanyaan, apakah ia pernah mengambil suatu tindakan pencegahan untuk membatasi Clines. Menurut jawaban Turner, paling tidak ia berhasil menyingkirkan Clines dari Washington, dan menempatkan orang itu di sebuah "negeri kecil di Karibia." "Negeri yang mana?" Peter Maas bertanya. "Saya tidak bisa mengatakannya. Tempat itu dirahasiakan." Belakangan, Peter Maas menceritakan pertemuan dengan Turner ini kepada orang CIA yang menjadi sumbernya. "Memang betul," kata orang yang tak mau disebut namanya itu. "Negeri itu ialah Jamaika. Tapi Clines tak pernah ke sana." "Lho, tak pernah ke sana?" "Ya, tak pernah." Clines memang digeser dari kedudukannya sebagai kepala office of training CIA. Tetapi, ia memperoleh pos baru yang sama pekanya dengan yang pertama, yaitu sebagai wakil CIA di Pentagon. Dan Turner tidak mengetahui hal ini. Begitulah akhirnya sebuah ilustrasi yang sempurna tentang bagaimana "tangan-tangan gaib" bisa bermain di sekitar seorang direktur dinas rahasia, kalau hal itu memang diperlukan. Tidak peduli bahwa direktur itu adalah seorang seperti Turner, yang pernah membawahkan pasukan-pasukan NATO di Eropa Selatan. * * * Edwin Wilson berjumpa untuk pertama kalinya dengan Frank E. Terpil pada suatu pesta Natal 1975 untuk masyarakat inteligen di Bethesda, Maryland. Terpil pernah menjadi petugas komunikasi CIA, dan dikeluarkan karena terlibat sebuah kasus penyelundupan yang memanfaatkan fasilitas diplomatik. Terpil rupanya sudah tahu banyak tentang Wilson. Ia kemudian secara berterus terang mengakui mempunyai hubungan baik dengan Libya, melalui saudara sepupu Qadhafi, Sayed Qaddafadam. Orang itulah, katanya, yang mengelola persediaan dan suplai senjata di Kedutaan Besar Libya di London. Koneksinya, kata Terpil, ialah Joseph McElroy dari Pennsylvania, satu di antara wiraswastawan pertama yang mengalirkan dana tunai bagi negeri-negeri penghasil minyak bumi di Afrika dan Timur Tengah. McElroy mula-mula memasok apa saja, mulai barang kelontong sampai pistol. Secara bertahap, Libya kemudian menjadi langganan terbaiknya, dan pesanan pistol dari negara tersebut makin lama makin banyak. Terpil baru saja membantu McElroy memasukkan 50 senapan ke Kedutaan Besar Libya di London, dan kini McElroy sedang berusaha mengeluarkan senjata itu dari sana. Patut diingat, pada 1984 ratusan juta orang di seluruh dunia menyaksikan di layar pesawat televisi mereka seorang polisi wanita Inggris tertembak di jalan. Polwan itu dihajar dari sebuah jendela Kedutaan Besar Libya di London, ketika berusaha mengamankan sebuah unjuk perasaan anti-Qadhafi. Inggris memutuskan hubungan diplomatik dengan Libya, dan setelah sebelas hari, orang-orang Libya di kedutaan besar tersebut dipaksa meninggalkan Inggris. Penggeledahan di gedung Kedutaan Besar itu kemudian menemukan senapan-senapan buatan Amerika dengan kamar peluru yang sudah kosong. Kendati tidak pernah diumumkan, menurut Peter Maas, pelacakan yang dilakukan oleh Biro Alkohol, Tembakau, dan Senjata Api mengacu kepada usahausaha yang melibat Terpil. Pada musim gugur 1976, Wilson dan Terpil mendirikan sebuah pabrik bom untuk Libya, sekitar 40 kilometer di selatan Tripoli. Mereka memasok berbagai jenis bahan peledak dan detonator yang bisa diprogramkan -- termasuk para instruktur, antara lain, seorang bekas ahli bahan peledak CIA. Di samping itu, terdapat pula dua teknisi yang sudah dipecat dari bagian uji coba senjata-senjata rahasia Angkatan Laut. Dan, dua ahli penyebar ranjau dan bom yang pernah bertugas di Angkatan Darat AS. Kedua orang ini acap kali digunakan dalam satuan pengaman Presiden AS. Beberapa tahun kemudian, salah seorang di antara kedua bekas tentara tersebut, pangkatnya sersan, diperiksa oleh para pejabat Federal. Dengan air mata bercucuran ia berkata, "Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan. Mungkin masalahnya adalah uang." Dengan mengusut keterlibatannya di Libya, tidak sulit menjawab pertanyaan dari manaWilson berhasil menumpuk kekayaannya. Libya, ternyata, merupakan sumber rezeki yang nyaris tak tepermanai. Kontak utama Wilson di Libya ialah Mayor Abdullah Hajazzi, petugas dinas intel militer negeri tersebut. Untuk pembayaran pertama yang diterimanya, tidak kurang dari US$ 350 ribu tunai, Wilson mengirimkan seorang personel, Douglas M. Schlachter, ke markas besar Hajazzi. Schlachter diajak memasuki sebuah kamar berlapis besi. Ketika ia membuka sebuah laci di kamar itu, ia mendapatkan pecahan US$ 100 yang tiada terhitung. Ketika Schlachter menyadari bahwa uang tersebut akan didepositokan di Swiss, ia bertanya apakah tidak sebaiknya digunakan saja franc Swiss. Untuk pertanyaan tersebut, tuan rumahnya membukakan sebuah laci lain yang penuh sesak dengan mata uang tersebut. Mungkin untuk memuaskan tamunya, tuan rumah kemudian membukakan laci demi laci, masing-masing penuh dengan berbagai mata uang: franc Prancis, mark Jerman, dan pound Inggris. "Anda lihat," kata tuan rumah, "kami siap melayani permintaan apa saja." Belakangan, Hajazzi disebut-sebut sebagai wakil Libya di kelompok teroris Palestina yang paling radikal, yang dipimpin oleh Abu Nidal. Kelompok inilah yang diduga bertanggung jawab terhadap pembantaian penumpang di bandara Roma dan Wina. Lebih aktual, kelompok ini jugalah yang diperkirakan menanam bom dalam pesawat TWA yang sedang terbang menuju Athena. Salah satu faksi kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab terhadap jatuhnya pesawat terbang Meksiko pada 31 Maret lalu, yang mengakibatkan 166 orang tewas. Pembayaran pertama ini hampir saja membuat Wilson dan Terpil patah arang. Soalnya, Wilson menemukan kecurangan mitranya itu. Sekitar sepuluh persen dari jumlah pembayaran ternyata menguap setelah uang tiba di Swiss. Wilson lalu memberi tahu Hajazzi, karena, menurut pengakuan Terpil, uang itu digunakan untuk menyuap para pejabat Libya, di antaranya Hajazzi sendiri. Terpil langsung diperintahkan meninggalkan negeri itu. Dari jenis bahan baku terorisme yang diinginkan Libya, C-4 menempati urutan pertama. Bahan peledak tingkat tinggi ini memang memenuhi berbagai syarat yang di cita-citakan kaum teroris. Bila Wilson sanggup memasok C-4, Hajazzi menjanjikan kontrak yang tiada terbatas. Pada 2 April 1977, sekitar 250 kg C-4 dalam kaleng yang tersamar diselundupkan dari Los Angeles di dalam sebuah pesawat Lufthansa yang menuju Frankfurt. Dari sana, bahan maut itu diteruskan dengan penerbangan lain ke Tripoli. Tepat enam bulan kemudian, pada 2 Oktober, sebuah pesawat DC-8 carteran tinggal landas dari Houston dengan muatan 21 ton C-4 dalam kaleng-kaleng minyak pelumas yang diperlukan untuk pengeboran minyak. Inilah pengangkutan bahan peledak partikelir yang terbesar sepanjang sejarah, didaratkan langsung di pusat terorisme dunia, Libya yang diperintah oleh Qadhafi, dengan pelaksana Edwin P. Wilson. Memenuhi janjinya, Hajazzi segera mengurus kontrak-kontrak lanjutan untuk Wilson. Dengan pembayaran US$ 8 juta setahun, Wilson diminta memasok perlengkapan armada pesawat pengangkut militer Qadhafi, yang terdiri dari pesawat-pesawat C -- 130 buatan AS. Dan dengan 1,2 juta lagi, Wilson mencarikan pilot-pilot Amerika dan Inggris yang siap menerbangkan pesawat-pesawat tersebut. Wilson juga menerima pesanan mobil-mobil pengintai jarak jauh, yang dirancang untuk keperluan dipadang pasir dilengkapi kamera TV dengan kemampuan penglihatan siang dan malam, dengan perlengkapan yang sebetulnya tidak diizinkan diekspor dari Amerika Serikat. Dalam beberapa kesempatan, Wilson memperagakan kecanggihan kamera itu di depan para perwira inteligen Libya, tepat di tanah pertaniannya di Mount Airy. Ia juga mengikat persetujuan untuk mencarikan veteran-veteran Pasukan Khusus AS, Baret Hijau, untuk menjadi pelatih satuan-satuan komando. Untuk setiap anggota Baret Hijau, Libya membayar Wilson US$ 100 ribu. Dia sendiri membayar para veteran sewaan itu US$ 50 ribu per orang. Rombongan eks Baret Hijau yang pertama dikumpulkan oleh Wilson di Swiss, di zone internasional bandara Zurich. Ia mengajak mereka ke sebuah coffee shop. Lama setelah itu, para bekas pasukan khusus itu mengenang dia sebagai orang yang mengesankan: keras, cepat akrab, menguasai persoalan, tetapi juga otoriter. Ia menceritakan kepada mereka bahwa mereka akan diberangkatkan ke Libya. "Saya ingin kalian bersikap mengambil muka orang-orang di sana. Berusahalah dekat dengan mereka, apa pun yang harus kalian lakukan," demikian wejangan Wilson. Satu di antara eks Baret Hijau itu sudah mengikuti banyak misi CIA di Asia Tenggara, termasuk pembunuhan-pembunuhan terhadap orang-orang yang diduga bersimpati kepada Vietcong. Orang tersebut juga ikut dalam serangan-serangan "cari dan hancurkan" di kawasan Kamboja. Pada pertemuan dengan Wilson itu, ia kembali teringat akan misi-misi infiltrasi yang pernah diikutinya. Tidak ada kontrak tertulis untuk penugasan dari Wilson ini. "Jika aku mengingkari kontrak, kalian boleh mencari dan membunuh aku. Sebaliknya, jika kalian yang ingkar, aku akan datang menemuimu. Itulah kontrak kita. Ada pertanyaan?" Wilson menutup briefingnya. "Untuk siapa kami bekerja?" seorang di antara serdadu sewaan itu bertanya. "Untuk aku," Wilson menjawab, dan mereka segera sadar betapa profesionalnya jawaban orang ini. Setelah itu, tak ada lagi hal lain yang lebih penting. Tidak diperlukan penjelasan yang lebih panjang. Tak ada basa-basi. Dalam kontrak yang diterima Wilson, ia harus mencari lebih dari seratus orang eks Baret Hijau, bekas-bekas Marinir dengan sabuk hitam karate, dan pelatih-pelatih pilot untuk helikopter buatan Amerika milik Libya. Ia juga terikat dengan proyek Qadhafi untuk membangun satuan tugas berkekuatan 3.500 orang, ditunjang oleh kapal-kapal tempur dan senapan mesin berat. Untuk keperluan terakhir ini, nilai kontrak senjatanya saja mencapai US$ 23 juta. Dengan melibat seorang analis intel Pentagon, Wilson mampu memasok untuk Hajazzi dokumen-dokumen paling rahasia dari berbagai jenis, termasuk rencana penempatan Divisi Udara ke-82 Angkatan Bersenjata AS bila situasi Timur Tengah membutuhkan. Dan ketika Hajazzi meminta beberapa jenis senjata buatan Amerika untuk kedutaan Libya di beberapa tempat, Wilson melaksanakan kontrak itu tanpa biaya tambahan. Pokoknya, servis memuaskan .... Patut diingat, sepanjang 1979 dan 1980, 11 orang Libya yang anti-Qadhafi dibantai di Eropa. Satu di antara mereka ialah seorang yang baru menikah dan mempunyai bayi perempuan, berdiam di Jerman Barat. Ia ditembak dari belakang ketika sedang keluar dari jalan bawah tanah di stasiun kereta api Bonn. Melalui pengusutan yang tuntas, senjata yang digunakan untuk membunuh diketahui dari jenis Magnum 357. Senjata itu dibeli dari Fayetteville, North Carolina, oleh seorang eks Baret Hijau yang bekerja untuk Wilson. Pada 11 Januari 1979, Thomas Clines bertemu di Jenewa dengan pengacara Wilson, Edward Coughlin. Clines sudah keluar dari CIA, dan Shackley akan segera menyusul. Clines sudah mendirikan sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang sekuriti, dan usaha sejenis itu juga sedang dirintisnya di Bermuda. Di kedua perusahaan itu, Clines menduduki jabatan direktur utama, dan Shackley akan diangkat menjadi konsultan. Di Jenewa itu, Clines menunjukkan kepada Coughlin seberkas naskah tulisan tangan, ringkasan sebuah usulan untuk mendapatkan pinjaman uang. Di antara diktumnya terdapat kalimat bahwa sebuah perusahaan Liberia yang diketahui tidak berhubungan dengan Wilson akan mentransfer sejumlah uang ke Bermuda. Tujuh hari kemudian, Coughlin menulis sepucuk memo untuk Wilson. "Menurut usulan itu, sebuah perusahaan lepas pantai akan diorganisasikan dengan lima pemegang saham yang sederajat. Empat di antara pemegang 20 persen saham ini ialah warga negara AS secara perorangan, dan yang kelima ialah sebuah perusahaan asing yang tidak berada di bawah pengawasan seorang Amerika," demikian memo itu antara lain. Pada bulan Februari, uang sejumlah US$ 500 ribu dikirim ke Bermuda dalam dua tahap. Belakangan, Wilson bercerita kepada wanita simpanannya, Roberta J. Barnes, yang di dalam organisasi Wilson biasa dijuluki "Wanita Ajaib". Menurut cerita itu, para kongsinya yang tidak mencantumkan nama terang itu adalah Clines, Shackley, tokoh Pentagon Erich von Marbod, dan Jenderal Angkatan Udara Secord. Uang yang US$ 500 ribu itu, katanya, adalah modal dasar sebuah perusahaan yang akan bergerak dalam bisnis jutaan, untuk mengirimkan senjata buatan Amerika ke Mesir. Pada musim semi 1980, Wilson mulai dicanangkan sebagai buron, dan tidak bisa lagi beroperasi dari basisnya yang biasa di Amerika Serikat, Inggris, dan Swiss. Ia mengasingkan diri ke Libya, dan dari sana mengutus seorang eks-Baret Hijau untuk memperingatkan Clines tentang bagiannya yang US$ 500 ribu. Akhirnya, ia memang menerima uang itu. Bekas anggota Baret Hijau itu adalah Eugene A. Tafoya. Orang ini juga ditugasi Wilson memenuhi permintaan Hajazzi untuk membunuh seorang mahasiswa pembangkang Libya yang belajar di Colorado. Mahasiswa tersebut berhasil menyelamatkan diri, kendati sebelah matanya harus rusak untuk selamanya. Tafoya sendiri kemudian dibekuk, dan dihadapkan ke pengadilan. Ia mendapat hukuman dua tahun penjara, dengan tuduhan penganiayaan dan tindakan kriminal terencana. Mengapa orang tersebut berhasil menghindari tuduhan percobaan pembunuhan? Menurut sebuah sumber dalam pemeriksaan Tafoya mengaku bekerja untuk CIA. Wanita simpanan Wilson yang tadi, Roberta Barnes, juga diajukan ke depan para pengusut Federal, ketika belang Wilson terbuka sudah. Tetapi, tetap banyak hal yang tidak bisa tampil jelas ke permukaan. Begitu pula dengan saksi-saksi lain. Shackley mengatakan bahwa dia tidak tahu secara rinci yang dilakukan oleh Clines. Von Marbod menyangkal terlibat kejahatan apa pun, begitu pula dengan Secord. Pada 1 Desember 1981, Von Marbod mengakhiri kariernya yang gemilang di Departemen Pertahanan. Secord berhenti dari jabatannya dua tahun kemudian. Pemerintah Mesir menyangsikan kalau Edwin P. Wilson punya andil dalam Eatsco. Bagi Mesir, adalah suatu kenyataan yang sungguh pahit bahwa Wilson kini secara terbuka diketahui bekerja sama dengan Libya, seteru dunia Arab itu. Hussein Salem segera diperintahkan memutuskan segala hubungannya dengan Clines. Di atas segalanya, para akuntan pemerintah AS akhirnya menemukan bahwa Eatsco, selama berpatungan dengan Clines, berhasil mencurangi Pentagon sekitar US$ 8 juta. Sementara itu, seorang ahli hukum muda bernama E. Lawrence Barcella, Jr., dari Washington, muncul bagai sosok seorang pahlawan tunggal. Sebagai catatan, sementara Wilson malangmelintang tanpa kendali di Libya, FBI pernah melakukan pengusutan selama 14 bulan terhadap semua kegiatannya. Namun, dalam sebuah laporan pada 17 November 1977, bersama Departemen Kehakiman FBI menyimpulkan bahwa Wilson tidak bisa dituntut untuk sebuah pun perkara kejahatan. Secara kebetulan, Barcella membaca laporan ini dan mulai berpikir tentang dampaknya bagi kehidupan bangsa. Bila Wilson bisa melenggang menghindari hukuman, berapa banyak lagi orang yang boleh terlibat dalam "bisnis" seperti itu, tanpa khawatir akan menerima ganjaran? Mulailah Barcella melakukan "petualangan", bagaikan kisah para penembak solo dalam riwayat-riwayat koboi klasik. Ia berjuang hampir empat tahun, dan menjelajahi tiga benua: Amerika, Eropa, dan Afrika. Ia pergi ke Inggris, Swiss, Jerman Barat Republik Dominika, dan Libya. Ia bahkan langsung mendekati Wilson. Mereka pernah berjumpa di Italia, bersurat-suratan, berbicara melalui hubungan telepon internasional, dan masing-masing berusaha meperdayakan orang lain. Kegigihan Barcella luar biasa. Ia mengorbankan perkawinannya, ia kehilangan hari-hari cutinya, ia berpisah untuk waktu yang tidak menentu dengan anak perempuannya yang masih belia, dan yang sangat disayanginya. Ia bangun tengah malam, kadang-kadang hanya untuk menebak di mana Wilson pada saat itu, apa yang sedang dipikirkannya, dan apa pula yang sudah direncanakannya. Dengan menggunakan seorang kepercayaan sebagai perantara, Barcella akhirnya mengatur sebuah siasat untuk memancing Wilson keluar dari sarangnya di Libya. Setelah menunggu sepuluh bulan, Wilson dapat dipancing ke Republik Dominika. Begitu menginjakkan kaki di negeri ini, ia segera dinyatakan tidak diizinkan mendarat, dan dimasukkan ke sebuah pesawat terbang yang langsung berangkat ke Amerika Serikat. Pada 15 Juni 1982, Wilson dihadapkan ke pengadilan Federal di Brooklyn. Melalui proses pengusutan yang panjang, ia dijatuhi hukuman 32 tahun untuk sejumlah perkara penyelundupan senjata. Tetapi, dari dalam penjara pun Wilson tidak kehilangan upaya untuk membalas dendam. Menurut sebuah cerita, ia berhasil menghubungi "Persaudaraan Arya", sebuah gerombolan pembunuh yang ganas, yang beroperasi di dalam dan di luar penjara. Ia berani membayar uang muka kepada gerombolan ini untuk membunuh Barcella, juga beberapa jaksa, bahkan saksi-saksi yang memberatkan. Hadiah yang dijanjikan Wilson untuk nyawa Barcella ialah US$ 250 ribu. Malang baginya, persekongkolan ini sempat disusupi seorang informan penjara, yang kemudian membongkar rencana keji itu. Wilson diperiksa lagi, dan hukumannya ditambah menjadi seluruhnya 52 tahun. Ada pula embel-embel yang menyatakan bahwa, paling tidak untuk 18 tahun pertama, ia tidak bisa ditahan di luar berdasarkan jaminan. Yang kurang banyak diungkapkan ialah, Wilson masih saja mengulangi usaha membalas dendam terhadap Barcella. Ketika ia ditempatkan di Penjara Pusat Metropolitan di New York, ia berjumpa dengan narapidana lain, William J. Arico, seorang pembunuh profesional dalam jaringan mafia. Arico sedang menunggu ekstradisi ke Italia, untuk keterlibatannya dengan kasus pembunuhan di sana. Arico lalu merencanakan sebuah pelarian, dan Wilson sudah menyatakan kesanggupan menyumbang dana US$ 50 ribu tunai. Uang itu, dalam bentuk pound Inggris, akan diserahkan kepada istri Arico di sebuah hotel di bandara Heathrow, London. Bersama dua narapidana lain, Arico melakukan percobaan melarikan diri itu dengan selimut-selimut yang disambung-sambung dari lantai atas penjara tersebut. Orang pertama mendarat dengan selamat di luar penjara. Arico sendiri baru meluncur sekitar dua meter, ketika pelarian ketiga, seorang Kuba bertubuh gendut yang dipenjarakan karena perkara penyelundupan obat bius, terjerembab dari atas dan menimpa tubuh Arico, sehingga mafioso itu jatuh dan langsung koit. * * * Setelah penahanan Wilson, sibuklah CIA mencari upaya untuk mencegah kecolongan seperti itu di masa-masa yang akan datang. "Tetapi, orang-orang yang memungkinkan Wilson melakukan petualangannya tetap sulit untuk diubah," tulis Peter Maas. Apakah masalahnya bergantung pada manajemen yang keropos, atau pada tokoh-tokoh "lucu" di belakang manajemen itu, tak seorang pun tahu pasti. Sementara itu, Lawrence Barcella, dalam kaitannya dengan divisi kriminal Departemen Kehakiman, mendapat bagian memimpin pengusutan sehubungan dengan pembajakan TWA-747, musim panas lalu, dan pembajakan kapal Achille Lauro, musim gugur silam. Ada semacam harapan bahwa pemeriksaan atas setiap kasus terorisme akan memberikan sinyal baru terhadap bukti keterlibatan Wilson, atau orang-orang lain seperti dia. Barcella akhirnya berkembang menjadi tokoh yang seperti terus-menerus membayangi hidup Wilson. Di mana pun sebuah bom meledak, baik itu di sebuah supermarket Kota London, atau dalam sebuah pesawat TWA, atau di Paris, seperti belakangan ini, Barcella langsung membayangkan persediaan bahan peledak C4 yang pernah dipasok Wilson untuk Libya dan Muammar Qadhafi, sepanjang 1977. "Jangan lupa," tulis Peter Maas, "bahan itu kuat dipakai sampai dua puluh tahun!"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus