BERBAGAI upaya sudah dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara untuk mengurangi korban tempe bongkrek. Pembinaan dan pendidikan kesehatan untuk produsen tempe sudah dilaksanakan. Namun, masih saja ada korban keracunan. Kemudian, murid SD dan TK dianjurkan agar berpesan kepada iburiya setiap hendak berangkat ke sekolah: jangan memasak tempe bongkrek. Bahkan, kalau sang bocah memergoki orangtuanya memiliki tempe bongkrek, si anak harus melaporkan kepada gurunya di sekolah. Semua itu sia-sia. Korban tetap saja berjatuhan. Bahkan, penerangan dengan mobil-mobil keliling yang mcnyebutkan berbagai surat keputusan yang melarang membuat tempe bongkrek sudah lama tak digubris. Kini, ada cara baru. Yayasan Pengembangan Pembangunan Sosial Ekonomi Kabupaten Banjarnegara menyelenggarakan lomba cipta syair dan lagu anti-tempe bongkrek. Sayembara yang dibuka sejak November dan berakhir Januari nanti diharapkan menghasilkan sebuah syair yang bergema lewat lagu gaya Bayumasan. "Lagu itu nanti akan dinyanyikan di setiap kesempatan. Dengan begitu, masyarakat diingatkan, bahaya bongkrek selalu mengancam," kata Judi Atmo Hadiwijoyo, 64, sekretaris merangkap bendahara dan pencetus sayembara, tanpa menyebutkan bentuk dan jumlah hadiah. Animo peserta lumayan. "Sampai saat ini sudah 30 lagu berikut syair yang masuk," kata Judi. Paling banyak datang dari Kecamatan Mandiraja. Di kecamatan ini memang paling banyak korban. Pekan lalu, tiga korban lagi meninggal di wilayah ini. "Kejadian itu dimaafkan saja 'kan syairnya belum jadi," kata Judi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini