Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kualitas Udara Jakarta Tidak Sehat, BMKG: Kandungan Polutan di Atas Ambang Batas

BMKG membeberkan sejumlah faktor penyebab memburuknya kualitas udara Jakarta. Konsentrasi polutan udara berada di atas ambang batas. Tidak sehat.

21 Juni 2022 | 15.08 WIB

Seorang warga berjemur dengan latar belakang gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa, 20 April 2021. Berdasarkan data "World Air Quality Index" pada 20 April pukul 10.00 WIB tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 174 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
material-symbols:fullscreenPerbesar
Seorang warga berjemur dengan latar belakang gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa, 20 April 2021. Berdasarkan data "World Air Quality Index" pada 20 April pukul 10.00 WIB tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 174 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengungkap tingginya kandungan polutan yang menyebabkan kualitas udara Jakarta memburuk beberapa hari terakhir ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Memburuknya kualitas udara di Jakarta ini bisa dirasakan secara kasat mata. Udara terlihat lebih pekat dan gelap. BMKG mencatat sejak 15 Juni 2022, konsentrasi PM2.5 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 µg/m3 (mikrogram per meter kubik).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurunnya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh kombinasi antara sumber emisi dari kontributor polusi udara dan faktor meteorologi yang kondusif, menyebabkan terakumulasinya konsentrasi PM2.5.

PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 µm (mikrometer). Karena ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 mudah masuk ke dalam sistem pernapasan, dan bisa menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan dan paru-paru dalam jangka waktu yang panjang.

“Selain itu, PM2.5 dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner,” ujar Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko lewat keterangan tertulis pada Selasa, 21 Juni 2022.

Pantauan BMKG selama Juni 2022

Hasil pantauan konsentrasi PM2.5 di BMKG Kemayoran Jakarta menunjukkan, sepanjang bulan Juni 2022 ini konsentrasi rata-rata PM2.5 berada pada level 41 µg/m3 berada pada kategori sedang. Konsentrasi PM2.5 memperlihatkan pola diurnal yang mengindikasikan perbedaan pola antara siang dan malam hari.

Konsentrasi PM2.5 cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi, dan menurun di siang hingga sore hari. Khusus pada beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 µg/m3 pada tanggal 15 Juni 2022.

“PM2.5 dengan konsentrasi ini dapat dikategorikan dalam kategori kualitas udara tidak sehat,” katanya.

Tingginya konsentrasi PM2.5, dibandingkan hari hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat atau gelap. Pada 16-17 Juni konsentrasi PM2.5 cenderung turun dibandingkan 15 Juni saat terjadi konsentrasi yang cukup tinggi.

Namun terjadi kenaikan konsentrasi PM2.5 pada 18 Juni hingga mencapai 147,5 µg/m3. “Pada hari ini tanggal 20 Juni 2022 konsentrasi PM2.5 kembali berada di atas 100 µg/m3,” tutur Urip.

Perlu diketahui bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) konsentrasi PM2.5 adalah sebesar 65 µg/m3. Di bawah nilai tersebut yaitu antara 15-65 µg/m3 polusi udara berada pada tingkat sedang dan nilai konsentrasi pada 0-15 µg/m3 berada pada kategori BAIK.

Diatas NAB, bila berada pada konsentrasi 66-150 µg/m3 kategori tidak sehat, dan bila berada pada nilai 151-250 µg/m3 kategori sangat tidak sehat. “Serta bila lebih dari 250 µg/m3 berada pada kategori berbahaya.”

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus