Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETANGKAI bibit mangrove diserahkan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan kepada Paus Fransiskus di kompleks Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Rabu, 4 September 2024. Dalam rangkaian kunjungan Paus hari kedua di Indonesia itu, Fransiskus memindahkan tanah ke dalam pot dan menyiramnya dengan air dari bejana.
Bibit-bibit itu nantinya akan ditanam di sejumlah daerah, dari Ibu Kota Nusantara atau IKN hingga Jakarta. “Mangrove menjadi simbol komitmen merawat rumah bersama kita dari berbagai masalah perubahan iklim hari ini,” kata juru bicara Luhut, Jodi Mahardi, kepada Tempo, Jumat, 6 September 2024.
Sikap Luhut membawa bibit mangrove dianggap bertentangan dengan misi Perjalanan Apostolik Paus. Selama ini Fransiskus kerap menggaungkan pesan soal pentingnya menyelamatkan bumi dari keserakahan manusia. Proyek IKN yang diinisiasi pemerintah Presiden Joko Widodo justru mengabaikan aspek pelindungan lingkungan.
“Salah satu yang terkena dampak proyek ini adalah hancurnya keanekaragaman hayati, termasuk mangrove di Teluk Balikpapan,” ujar Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas, Kamis, 5 September 2024.
Arie menilai Luhut kembali memanfaatkan Vatikan sebagai pintu memuluskan berbagai program yang mengeksploitasi lingkungan. Ia mencontohkan, pada 2018, Luhut melobi Vatikan agar membantu menghadapi ancaman Uni Eropa yang menghapus penggunaan biodiesel dari kelapa sawit. Uni Eropa menganggap industri kelapa sawit merupakan ancaman besar bagi lingkungan.
Saat itu Luhut bertemu dengan Direktur Lembaga Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian Kardinal Peter Turkson. Ia berdalih kebijakan Uni Eropa mengancam nasib petani sawit dan jutaan orang yang hidupnya bergantung pada industri kelapa sawit. “Vatikan sangat strategis untuk mempengaruhi pasar dan kebijakan di Eropa,” kata Arie.
Juru bicara Luhut, Jodi Mahardi, mengklaim pembangunan IKN telah mempertimbangkan keseimbangan ekosistem. Penanaman mangrove tak hanya bertujuan mengatasi deforestasi, tapi juga memastikan pembangunan IKN tak mengorbankan lingkungan. “Setiap langkah yang diambil akan selalu melalui kajian lingkungan yang ketat,” ucap Jodi. Ia membantah kabar bahwa Luhut meminta bantuan Vatikan untuk melobi Uni Eropa.
Berselang sebulan setelah kunjungan Luhut, Vatikan membuat forum dialog tentang penurunan angka kemiskinan. Dalam forum itu, Turkson menyebutkan industri sawit bisa menjadi sektor usaha untuk menurunkan angka kemiskinan. Syaratnya, pengelolaan lingkungannya tetap dijaga.
Besarnya pengaruh Vatikan itu tak terlepas dari adanya dokumen Laudato (Laudato Si') atau surat amanat Paus yang dibuat Paus Fransiskus pada 2015. Dokumen itu mengkritik keras pembangunan tak terkendali yang menyebabkan kerusakan lingkungan hingga pemanasan global.
“Dokumen itu sangat berpengaruh bagi negara-negara Eropa. Apalagi mereka sudah menuju energi baru dan terbarukan,” tutur Deni Iskandar, alumnus beasiswa Vatikan, Nostra Aetate Foundation Dicastery for Interreligious Dialogue, kepada Tempo, Jumat, 6 September 2024.
Dukungan Vatikan untuk Indonesia, termasuk soal sawit, tak lepas dari hubungan baik kedua negara. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Roy Soemirat, mengatakan, dalam forum multilateral, Indonesia dan Vatikan punya berbagai kebijakan yang sama. “Soal isu perdamaian, sustainable development goals, transisi energi yang inklusif, dan tantangan negara berkembang,” katanya.
Hubungan Vatikan dengan Indonesia terjalin erat sejak periode awal kemerdekaan Indonesia. Pada 1947, Vatikan menjadi negara Eropa pertama yang mengakui Indonesia sebagai negara. Tiga tahun berselang, hubungan baik itu dipererat dengan peresmian Kedutaan Besar Vatikan di Indonesia dan pengiriman nunsio atau duta besar pertama.
Dalam perkembangannya, hubungan kedua negara lebih terkait dengan urusan agama. Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Indonesia yang memiliki populasi 8,6 juta penganut Katolik adalah mitra penting Vatikan. Banyak rohaniwan Indonesia juga bekerja di luar negeri.
“Data Panitia Pemilihan Luar Negeri terakhir saja ada sekitar 16 ribu WNI di Vatikan, yang didominasi misionaris,” ucap Retno dalam wawancara tertulis dengan Tempo, Senin, 2 September 2024.
Vatikan pun menilai Indonesia sebagai negara yang banyak mengirim misionaris ke gereja-gereja di seluruh dunia. Dalam Hari Doa Sedunia bagi Hidup Bakti XXVI pada 2 Februari 2022, Paus Fransiskus bahkan menyinggung pulau di Indonesia yang produktif mengirim misionaris. Ia merujuk pada Flores, Nusa Tenggara Timur.
“Beliau tahu, walau Gereja Katolik hidup dalam iklim minoritas di Indonesia, Flores adalah pulau yang produktif mengirim banyak misionaris,” kata pastor asal Indonesia, Markus Solo Kewuta, yang menjadi anggota staf Dikasteri—semacam kementerian—Dialog Antar-Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan.
Kepentingan lain Vatikan terhadap Indonesia juga terkait dengan kerukunan umat beragama. Sejak Konsili Vatikan II pada 1962-1965, Vatikan mengevaluasi diri untuk bisa merespons perubahan zaman. Saat itu Gereja Katolik menghapuskan ajaran Extra Ecclesiam Nulla Salus atau tidak ada keselamatan di luar gereja. Mereka menjadi lebih terbuka pada dialog antar-umat beragama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar bersama Paus Fransiskus menandatangani dokumen kemanusiaan di kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta, 5 September 2024. Tempo/Subekti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus Fransiskus pun memuji Pancasila sebagai dasar negara karena meletakkan ketuhanan di urutan pertama dan memiliki aspek kemanusiaan, yang juga dimiliki Vatikan. “Sewaktu saya bertemu Desember tahun lalu, beliau bilang ingin menjadikan Indonesia sebagai sampel persatuan,” ucap Duta Besar Indonesia untuk Vatikan, Trias Kuncahyono, kepada Tempo, Kamis, 29 Agustus 2024.
Wujud keseriusan Vatikan dalam mengembangkan dialog antar-umat beragama diciptakan lewat program Nostra Aetate Foundation Dicastery for Interreligious Dialogue, yang ditujukan untuk umat non-Katolik. Setidaknya delapan orang Indonesia pernah mengikuti kursus singkat yang berjalan selama enam bulan tersebut.
Deni Iskandar, alumnus beasiswa Nostra Aetate tahun 2023, mengatakan fokus utama studi adalah mempelajari dokumen Gereja Katolik pasca-Konsili Vatikan II, yang berbicara mengenai perdamaian, persaudaraan, dan dialog antar-umat beragama. Ia belajar di dua universitas di bawah naungan Vatikan, yakni Pontifical University of Saint Thomas Aquinas dan Pontifical Gregorian University.
Hasil studi itu diharapkan bisa diterapkan di negara peserta beasiswa. Deni, misalnya, membentuk lembaga Lafadz Nusantara Center sepulang dari studi tersebut. Lembaga itu mewadahi dialog antar-umat beragama. “Kami memulai dialog lintas agama di tingkat bawah yang berbicara tentang persoalan sosial dan kebangsaan. Dialognya kami tingkatkan bukan cuma soal teologi,” kata Deni.
Upaya Vatikan mendorong dialog juga diwujudkan saat Fransiskus berkunjung ke Masjid Istiqlal pada Kamis, 5 September 2024. Saat itu ada penandatanganan Deklarasi Istiqlal oleh sejumlah tokoh lintas agama. Deklarasi ini didasarkan pada dua persoalan, yakni krisis kemanusiaan dan perubahan iklim.
Pastor Markus Solo Kewuta menuturkan, kehadiran Paus dalam deklarasi itu menjadi pintu untuk membuka ruang dialog antar-umat beragama yang lebih permanen. Kunjungan Paus bakal ditindaklanjuti pada Januari 2025. Para deklarator akan menemui Paus dan kembali berdiskusi. “Vatikan terbuka untuk bekerja sama. Yang penting, Istiqlal dan Vatikan, dua-duanya harus setia kepada komitmen,” ujar Markus Solo.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana dari Vatikan berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Pintu Lobi Sahabat Lama"