TEPAT pukul 24.00, pintu rumah Mbah Sastrodimejo, 75, (di Desa Kalakijo Bantul, Yogya) ada yang mengetuk. Kakek enam cucu itu ketakutan. Ia pikir, ada garong. Dengan langkah gemetaran ia menuju jendela dan mengintip ke luar. Jantung si mbah nyaris copot. "Hantu pocong!" teriaknya membangunkan tetangga. Di tengah malam itu ia melihat sesosok bayangan putih yang berdiri di depan pintu. Ia kontan teringat hantu yang sejak September lalu bergentayangan di desa-desa di Bantul. Sesudah peristiwa itu, siskamling digiatkan. Polisi, yang mengetahui ketakutan penduduk, ikut membantu ronda. Namun, sang hantu, seperti tahu saja, tak pernah kelihatan. Sampai, suatu malam, Nyonya Slamet dari Desa Guwosari pulang kondangan. Ia ditemani anaknya berusia 10 tahun. Tiba di tempat gelap, ia seperti melihat bayangan putih di bawah pohon pisang. Mulutnya komat-kamit berdoa. Meski sudah berusaha memberanikan diri, tetap juga tubuhnya gemetaran. Tanpa sadar ia berteriak, dan sang hantu berkelebat menuju pekuburan. Petugas siskamling yang siap siaga segera memburu. Hantu itu tampak sedang jongkok dekat sebuah batu nisan. Ia disergap. Nah. Ternyata, ia manusia biasa. Malah seorang wanita, berusia 35 tahun. Di kantor polisi, wanita itu mengaku bernama Dewi Kuntiani Rubiyem, asal Muntilan. "Ia kelihatannya kurang waras," ujar Serma Syamsudin dari Polres Bantul. Tak urung, sejak ia tertangkap 19 Oktober lalu penduduk desa-desa Gunung Kidul dan Kulonprogo berdatangan. Dan untuk memuaskan mereka, wajah sang hantu terpaksa dipertontonkan. Rubiyem, yang saat diperiksa suka cekikikan sendiri, mengaku kalau malam ia suka berselimut kain putih untuk menahan dingin. Wanita itu hidupnya memang menggelandang. Suka tidur di bawah pohon, di pinggir jalan, bahkan di pekuburan. Karena kurang waras, ia tak diusut. Polisi dengan baik mengembalikannya ke desanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini