BILA Anda bertanya pada nenek, obat apa yang dikenalnya, besar kemungkinan beliau akan menjawab: aspirin. Memang obat yang dikenal pula dengan nama asetosal ini sebuah jenis obat tua. Umurnya sudah sekitar 100 tahun. Obat itu sangat populer sebagai analgesik, penghilang sakit kepala. Juga sebagai antipiretik, penurun demam. Bahkan antiinflamasi, pereda peradangan. Karena usia penggunaannya sudah mendekati satu abad, obat ini tergolong obat aman. Artinya, dampak sampingnya sudah teruji, tak membahayakan. Pernah, memang, aspirin ditemukan menimbulkan luka pada lambung, tapi dengan menambahkan penangkal sebagai campuran, risiko pada maag juga dinilai kecil. Sekitar dua tiga tahun yang lalu, ditemukan lagi khasiat baru aspirin itu. Ketika dicampurkan pada sejumlah obat jantung, obat tua itu di temukan mampu mengurangi risiko serangan jantung. Khasiat ini kemudian diteliti lebih jauh apakah campurannya atau aspirinnya yang manjur. Jawabannya tegas: aspirin. Pekan lalu, Menteri Kesehatan Amerika Serikat menegaskan bahwa otoritas obat dan makanan AS, FDA (Food and Drug Administration), telah mengesahkan penggunaan aspirin untuk beberapa indikasi penyakit jantung. Dalam pengumuman itu, Menteri Margaret Heckler menyebutkan pengesahan itu didasarkan pada tujuh penelitian di Amerika Serikat dan Eropa yang melibatkan sekitar 10.000 pasien. Pada penelitian itu, ditemukan 20% dari penderita positif terhindar dari serangan jantung kendati memiliki indikasi penyakit jantung. Sementara itu, pada penderita yang pernah mendapat serangan jantung, frekuensi serangan drop dari 12% ke 6%. Diutarakan pula, pada 1.266 penderita angina pektoris (sakit dada hebat), aspirin bisa mengurangi risiko mendapat serangan jantung kendati tidak berarti aspirin mengatasi serangan sakit dada hebat itu. Penelitian selanjutnya, yang dikoordinasikan Departemen Kesehatan AS masih akan terus dilakukan. Jawaban yang masih dicari: mungkinkah aspirin digunakan pada mereka yang sehat, untuk mengurangi risiko mendapat penyakit jantung. Penelitian yang disiapkan, konon, akan melibatkan 20.000 orang dokter. Bila penelitian ini berhasil membuktikan kemanjuran aspirin, sebuah langkah besar bisa terjadi dalam mengatasi penyakit Jantung - penyakit modern yang semakin banyak penderitanya. Artinya, ditemukan: obat yang manjur, murah, dan aman. Lalu, bagaimana aspirin, obat tua itu, bekerja mengatasi penyakit jantung? Apakah sama dengan sifatnya yang sudah dikenal, misalnya sebagai analgesik? Ternyata, tidak. Farmakologis, aspirin adalah sejenis asam aseto asetil salisilat. Penelitian menunjukkan, asam ini mampu mempengaruhi hormon prostaglandin, hormon yang mulanya diduga diproduksi di kelenjar prostat, tapi kemudian diketahui diproduksi di banyak kelenjar hormon di seantero tubuh. Hormon inilah yang terungkap menimbulkan penimbunan lemak dan substansi lainnya di pembuluh-pembuluh darah. Di antaranya - tentu - penyumbatan pembuluh-pembuluh jantung, yang dikenal sebagai arterosklerosis, salah satu penyebab penyakit jantung. Pengaruh asam aseto asetil salisilat pada prostaglandin adalah berubahnya komposisi protein-protein tertentu pada hormon itu. Akibatnya, penimbunan pada pembuluh darah atau agregasi trombosit, ternyata, menjadi berkurang. Efek aspirin itu memang menunjukkan, obat pencegah penyakit jantung. Dengan kata lain, bukan obat untuk mengatasi penyakit jantung. Aspirin sama sekali tidak memiliki sifat membuka pembuluh-pembuluh yang tersumbat. Juga tak memiliki khasiat seperti obat-obat Beta Blockers, yang mampu mengurangi beban kerja jantung hingga volume darah pada pembuluh-pembuluh berkurang - salah satu ikhtiar menghindari defisit oksigen, penimbul angina pektoris. Jadi, aspirin hanya bersifat mencegah dan bukan untuk mengatasi sakit jantung. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini