Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Laga Pemanasan Para Veteran

Para kandidat dan pengusungnya mempertaruhkan segalanya untuk memenangi pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Pemanasan menjelang Pemilihan Presiden 2019.

13 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBELUM membahas tuduhan yang dialamatkan kepadanya, Susilo Bambang Yudhoyono menceritakan bagaimana seorang pemimpin bisa tergelincir menjadi tiran. Seorang diktator, kata presiden ke-6 Indonesia ini, bisa lahir ketika penguasa mulai takut takhtanya direnggut.

Dalam pidato selama 70 menit pada peringatan ulang tahun Partai Demokrat ke-15 di Jakarta Convention Center, Selasa pekan lalu, Yudhoyono menyisipkan kalimat novel The Short Reign of Pippin IV karangan novelis Amerika Serikat, John Steinbeck, yang terkenal. "Sebenarnya kekuasaan itu tidak korup. Ketakutanlah yang membuat penguasa korup. Barangkali karena ia takut akan kehilangan kekuasaannya."

Pada akhir orasi, barulah Yudhoyono menceritakan tudingan kepadanya sejak Oktober tahun lalu—setelah anak sulungnya, Agus Harimurti, maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Ia merasa dituduh sebagai penggerak unjuk rasa 4 November 2016, yang menuntut Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dihukum dalam perkara dugaan penistaan agama, hingga menjadi aktor di balik gerakan makar. "Terus terang, saya merasa terhina dan direndahkan oleh para mastermind, pembisik, dan juru fitnah tersebut," ujarnya.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Rachland Nashidik, kerasnya pidato Yudhoyono menggambarkan kemarahannya. "Beliau marah betul," tuturnya Kamis pekan lalu. Rachland salah seorang yang dimintai pendapat oleh Yudhoyono saat menyusun syarah tersebut. Meski tak menyebut nama, kata Rachland, Yudhoyono sedang mengirimkan pesan, antara lain, kepada pihak yang berkuasa.

Kubu Cikeas menganggap orang-orang di dekat Presiden Joko Widodo berada di balik serangan terhadap Yudhoyono belakangan ini. Yang terakhir adalah demonstrasi mahasiswa di dekat rumahnya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, pada Senin pekan lalu. "Para mahasiswa calon pemimpin masa depan itu dicekoki dengan provokasi bahwa SBY adalah perusak negara dan karenanya harus ditangkap. Naudzubillah," kata Yudhoyono.

Sepulang dari jambore di Cibubur, Jakarta Timur, dengan menumpang 13 bus, mahasiswa mampir ke Mega Kuningan untuk meminta Yudhoyono tak mempolitisasi isu agama dalam pemilihan Gubernur DKI. "Kegaduhan politik ini hulunya SBY," ujar Septian Prasetyo, Ketua Panitia Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia. Peserta yang ikut sebenarnya baru sebagian. Menurut Septian, jambore dihadiri 2.600 mahasiswa dari ratusan kampus di 25 provinsi.

Pembicara dalam jambore yang dimulai pada Sabtu, 4 Februari 2017, itu adalah sejumlah pejabat pemerintah. Mereka yang hadir antara lain Menteri Pertanian Amran Sulaiman; Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara; anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidharto Danusubroto; serta Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

Teten mengakui hadir dalam acara tersebut tapi hanya menyampaikan pencapaian dua tahun pemerintahan Jokowi. Teten membantah tudingan bahwa Istana mensponsori kegiatan tersebut.

Sejumlah aktivis juga menjadi pembicara dengan materi yang menyudutkan pemerintahan Yudhoyono. Misalnya dalam skandal Bank Century. Forum menjadi riuh tatkala mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar tampil pada Ahad malam. Antasari, yang baru saja mendapatkan grasi dari Presiden Jokowi, memaparkan pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang mengirimnya ke bui sebagai kriminalisasi.

Meski dihadiri sejumlah menteri, menurut Septian, jambore tak didanai pemerintah, tapi dari sumbangan. "Kalaupun ada pejabat yang memberi, itu dari kantongnya sendiri," ujarnya. Menurut dia, jambore tiga hari itu menghabiskan dana sekitar Rp 100 juta. Anggaran paling besar dihabiskan untuk biaya makan peserta dan sewa lokasi. Adapun ongkos pulang-pergi ditanggung peserta sendiri-sendiri.

Septian menyangkal acara yang direncanakan sejak November tahun lalu tersebut dibekingi elite, termasuk politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Adian Napitupulu, seperti yang dituduhkan Demokrat. "Jambore murni digagas mahasiswa," kata mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang tersebut.

Sanggahan juga datang dari Adian. "Tudingan itu tidak berdasar dan meremehkan intelektualitas mahasiswa," ujarnya. "Tidak mungkin saya mampu menggerakkan ribuan mahasiswa dari berbagai provinsi." Meski muncul di acara jambore, Adian tak tampil di mimbar sebagai pengisi acara.

Bagi Cikeas, demonstrasi itu bagian dari serangan untuk menggerus elektabilitas Agus Harimurti. "Karena Agus enggak ketemu kasusnya, yang diserang kemudian SBY," ujar Rico Rustombi, juru bicara Demokrat.

Setelah demonstrasi 4 November dan 2 Desember 2016, tingkat keterpilihan Agus memang meroket. Dalam sejumlah survei, elektabilitas Agus melampaui Basuki, gubernur inkumben yang didukung PDI Perjuangan. Misalnya, dalam sigi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada pertengahan Desember, angkanya mencapai 30,8 persen. Adapun Basuki hanya 28,8 persen.

Pada akhir Januari, dalam survei SMRC, elektabilitas Agus menukik. Sedangkan Basuki dan Anies Baswedan terus menanjak, melewati Agus. Melihat tren ini, Yudhoyono memutuskan turun gunung menjadi juru kampanye Agus. "Semestinya saya sudah pensiun, tapi mengapa kali ini saya turun gelanggang? Karena saya melihat situasi yang memprihatinkan," ucapnya di depan pendukung Agus di Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu dua pekan lalu. "Di Jakarta dan Tanah Air."

n n n

PEMILIHAN Gubernur DKI Jakarta 2017 mempertemukan lagi tiga veteran pemilihan presiden, yakni Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Prabowo Subianto, dalam satu arena. Tak muncul di panggung kampanye hingga Desember tahun lalu, mereka turun ke lapangan belakangan sebagai kartu as para kandidat.

Megawati datang ke Konser Gue 2 yang digelar untuk mendukung Basuki-Djarot Saiful Hidayat di lapangan Senayan Golf Driving Range pada Sabtu dua pekan lalu. Ini kemunculan pertamanya di panggung bersama Basuki dan Djarot. Menurut politikus PDIP, Charles Honoris, Megawati hadir untuk memacu kader partai banteng memenangkan Basuki dalam satu putaran.

Pada awal dituduh menista agama, elektabilitas Basuki terjun bebas. Dari belakang layar, Megawati memerintahkan mesin partai bekerja mengembalikan elektabilitas Ahok. "Sekarang yang pakai baju kotak-kotak sudah banyak lagi, kan?" kata Charles Honoris, yang juga bendahara tim pemenangan Basuki-Djarot.

Ketika angin kembali berbalik, Senin dua pekan lalu, di persidangan, Ahok dan penasihat hukumnya membuat blunder dengan menyudutkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin. Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu dicecar sehubungan dengan percakapan teleponnya dengan Yudhoyono. Mendadak-sontak ini menjadi peluru baru bagi lawan Basuki.

Yudhoyono, yang merasa teleponnya disadap, meminta penjelasan Jokowi. Menurut dia, hanya lembaga negara yang punya kemampuan menguping percakapan pribadi. Masalahnya, ia tak bisa berkomunikasi langsung dengan Jokowi untuk mengklarifikasi sejumlah hal. "Ada tiga sumber yang memberi tahu saya, konon beliau ingin bertemu, tapi dilarang oleh dua-tiga orang," ujarnya. "Hebat juga Presiden dilarang seperti itu."

Kepada lingkaran dekatnya, Yudhoyono mengatakan bahwa kedua orang yang dimaksud adalah Megawati dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Sudah 13 tahun hubungan Yudhoyono dan Megawati tak akur. Tak hanya berhadapan dalam pemilihan presiden, sikap politik PDI Perjuangan dan Demokrat juga acap bersimpang jalan.

Pramono membantah sebagai orang yang menghalangi Yudhoyono bertemu dengan Jokowi. "Sama sekali tidak ada yang menghalangi," katanya. "Semua tamu yang meminta waktu bertemu dengan Presiden akan disampaikan kepada Presiden melalui Sekretaris Negara atau Sekretaris Kabinet." Dia pun mengatakan tak pernah ada instruksi dari Istana untuk menyadap Yudhoyono.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan Megawati tak pernah melarang Jokowi bertemu dengan Yudhoyono. Menurut Hasto, masalahnya justru ada pada pola komunikasi Ketua Umum Demokrat itu. "Dulu dengan Bu Mega pun demikian. Ingin bertemu, tapi disampaikan lebih dulu di depan publik, sehingga terkesan ada kepentingan tertentu," ujarnya.

n n n

BAGI Prabowo Subianto, pemilihan Gubernur DKI adalah jalan menuju 2019. Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono, Prabowo sudah hampir pasti maju lagi sebagai calon presiden. Meski pemilihan presiden masih dua tahun lagi, deklarasi pencalonan akan diumumkan tahun ini. Kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi bekal untuk 2019. "DKI ini penting karena ini Ibu Kota yang dilihat seluruh rakyat Indonesia," ujar Arief.

Gerindra berkaca kepada kemenangan Jokowi pada 2014. Saat itu Jokowi maju sebagai calon presiden meski baru dua tahun memimpin Jakarta. Bila Anies sukses memimpin Jakarta, Prabowo sebagai pengusung akan mendapatkan kredit. Prabowo dipastikan tak akan bersaing dengan Anies karena, kata Arief, "Anies sudah 'dibaiat' tak akan maju pada 2019."

Maka, dalam kampanye di Lapangan Banteng, Ahad dua pekan lalu, Prabowo "membocorkan" rencananya. "Kalau kalian ingin saya jadi presiden pada 2019, menangkan dulu Anies-Sandi," ucapnya kepada hadirin.

Sejak awal Januari, Prabowo mendatangi calon pemilih bersama Anies dan Sandiaga. Kehadiran Prabowo sudah dihitung oleh Eep Saefulloh Fatah, bos PolMark Indonesia, bakal mengerek elektabilitas pasangan tersebut. Saat melakukan survei pada awal Januari lalu, konsultan politik yang disewa Anies-Sandiaga itu menyisipkan pertanyaan tentang tingkat keterpilihan calon presiden.

Hasilnya, elektabilitas Prabowo di Jakarta mencapai 29,4 persen. Angka ini lebih tinggi ketimbang Jokowi, yang dipilih 26,3 persen responden. Nama-nama lain yang disodorkan dalam survei tak melebihi 5 persen. Anies dipilih oleh 4,2 persen responden. Adapun Agus Harimurti 3,6 persen. "Orang Jakarta lebih memfavoritkan Pak Prabowo," kata Eep, akhir Januari lalu.

Sementara kubu Prabowo sudah tancap gas, pihak Yudhoyono malah menginjak rem. Di depan pendukungnya di Jakarta Convention Center, Yudhoyono menyatakan pemilihan 2019 masih jauh. "Saya tegaskan belum saatnya berbicara 2019," ujarnya.

Rachland Nashidik mengatakan di antara pengurus Demokrat sebenarnya sudah ada pembicaraan mengenai 2019. Bila Agus terpilih menjadi gubernur, kata Rachland, sebagian besar menginginkan Agus tak maju sebagai calon presiden dua tahun lagi. "Nanti pada 2024 timing-nya baru pas," ujarnya. Walaupun begitu, menurut Rachland, "Kita lihat dua tahun lagi."

Anton Septian | Diko Oktora | Friski Riana | Istman Musaharun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus