Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lahirnya Strategi Kebudayaan

Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 baru saja digelar pada awal Desember lalu.

28 Desember 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hilmar Farid. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam kongres itu, lahir strategi kebudayaan yang bertolak dari pokok-pokok pikiran kebudayaan daerah. Dalam rentang sepuluh bulan sebelumnya, lebih dari 800 pertemuan dibuat untuk menampung berbagai gagasan, dari tingkat kabupaten dan kota hingga provinsi. Dalam puncak kongres yang lalu, ide-ide tersebut dirumuskan menjadi tujuh poin strategi kebudayaan.

Salah satu poin strategi kebudayaan yang terpenting adalah pembentukan dana abadi kebudayaan. Seusai kongres, Presiden Joko Widodo berjanji menganggarkan Rp 5 triliun untuk dana abadi tersebut mulai tahun depan. Strategi kebudayaan yang bisa dibuat setelah kongres kebudayaan yang pertama kali digelar seabad lalu ini tak lepas dari peran sentral Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid.


 

I Nyoman Nuarta. TEMPO/STR/Prima Mulia

 

Wisnu Kencana yang Monumental

Patung Garuda Wisnu Kencana akhirnya berdiri dengan sempurna. Sejak digagas 28 tahun silam, pengerjaan patung karya perupa I Nyoman Nuarta itu sempat terhenti belasan tahun. Pada 2013, pembangunan patung dimulai dari awal dengan ukuran setinggi 121 meter dengan lebar 64 meter.

Nuarta membentuk tubuh patung Garuda Wisnu Kencana dengan struktur baja pada bagian tengahnya. Sedangkan kulitnya menggunakan tembaga yang disusun dari 754 modul atau keping. Pengerjaan pembangunan patung yang melibatkan sekitar 150 orang itu akhirnya rampung pada Juli lalu.

 


 

Restu Imansari Kusumaningrum. Instagram @PurnatiIndonesia

 

Dionysus Dialek Nusantara

Produser Restu Imansari Kusumaningrum membuat terobosan penting dalam dunia teater. Ia mencetuskan sebuah kolaborasi antara dramawan legendaris Jepang, Tadashi Suzuki, dan aktor-aktor Indonesia. Hasilnya adalah pementasan karya lama Tadashi: Dionysus. Karya ini merupakan tafsir Tadashi atas naskah Euripides, dramawan Yunani kuno. Pada Agustus dan September lalu, kolaborasi ini disajikan di Jepang dan Prambanan, Yogyakarta, dengan materi hampir semua aktor Indonesia.

Yang unik, semua aktor Indonesia yang terlibat dalam Dionysus berdialog dengan bahasa daerah masing-masing. Restu menginginkan, meski gaya pertunjukan Dionysus tetap ala Tadashi Suzuki yang sangat Jepang, pementasan berani menonjolkan bahasa lokal Nusantara, dari bahasa Batak sampai bahasa Jawa Tegal.

Pementasan ini merupakan hasil proses panjang yang membutuhkan kesabaran tinggi. Selama empat kali—masing-masing hampir dua bulan—para aktor Indonesia dikarantina di padepokan Tadashi Suzuki di pegunungan Toga, Toyama, Jepang, dalam periode kurang-lebih tiga tahun untuk menjalani latihan dasar.

 


 

Garin Nugroho. TEMPO/Yovita Amalia

 

Isu Transgender

Film Kucumbu Tubuh Indahku karya sutradara Garin Nugroho baru saja memenangi Cultural Diversity Award dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dalam Asia Pacific Screen Awards ke-12 pada awal Desember lalu. Pada awal September lalu, film yang berkisah tentang seorang penari lengger lanang itu juga meraih Bisato D’Oro Award 2018 dari Venice Independent Film Critic.

Garin memang cukup berani mengangkat isu transgender, yang begitu sensitif di tengah masyarakat. Khazanah kebertubuhan dalam dunia seni tradisi Nusantara begitu kaya. Melalui film ini, Garin secara tidak langsung melakukan renungan atas paranoid identitas yang tengah menyeruak di Indonesia.

 


 

Eka Kurniawan. TEMPO/STR/Nurdiansah

 

Prince Claus untuk Sejarah Alternatif

Penulis Eka Kurniawan meraih Prince Claus Awards 2018 kategori sastra/literatur pada awal Desember lalu. Bersama empat pemenang kategori lain, Eka menyingkirkan lebih dari 200 orang yang diundang secara resmi untuk mengajukan diri sebagai nomine.

Oleh dewan juri, novel-novel Eka, seperti Cantik Itu Luka dan Lelaki Harimau, dianggap mampu menarasikan kisah imajinatif serta mengangkat budaya Indonesia lewat penceritaan kembali kisah dan mitologi lokal yang selama ini mulai terabaikan. Ia pun dinilai berhasil menarik perhatian dunia dengan menyampaikan sejarah Indonesia alternatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus