Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUARA gemercik air dari keran yang mengucur terdengar dari sel nomor 04 di blok isolasi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang, Kamis pekan lalu. Seorang sipir yang mengontrol keamanan blok tersebut secara spontan berhenti di depan kamar itu. ”Kenapa keran dibuka terus?” katanya setengah berteriak.
Dari dalam sel, terdengar suara menyahut. ”Saya baru buang air, Pak”, ujarnya. Tak lama kemudian, dari balik terali besi muncul seorang pria bertelanjang dada dengan badan yang kekar dan otot lengan yang menyembul. ”Makan untuk saya mana, Pak? Sudah lapar, nih,” ujarnya. Sipir itu menjawab, ”Nanti diantar.” Ia lalu ngeloyor meninggalkan sel.
Pria bertelanjang dada itu adalah Gunawan Santosa. Mendekam sebentar di tahanan Polda Metro Jaya setelah dicokok di Plaza Senayan, sejak Senin pekan lalu ia dikembalikan ke habitatnya: penjara Cipinang.
Sebelum kabur dari penjara pada awal Mei 2006, Gunawan menempati sel isolasi di blok C. Meski sel isolasi, blok C sebenarnya tergolong blok umum alias penjara bagi narapidana yang tidak perlu penanganan khusus.
Kini berbeda. Blok khusus yang dihuni Gunawan terdiri 16 sel dan dikawal khusus. Di kalangan sipir, blok ini biasa disebut ”blok pansus”. ”Sekarang Gunawan benar-benar diisolasi,” kata Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang, Lilik Sujandi.
Untuk kabur tak mudah. Bangunan blok isolasi dikelilingi dua tembok tinggi dengan kawat berduri. Satu tembok di bagian luar penjara, satu lagi tembok dalam yang membatasi blok isolasi dengan blok lain. Tembok kedua ini tingginya 8 meter dengan kawat berduri melingkar-lingkar.
Seperti blok lainnya, tak sembarang orang bisa datang ke sini. Pembesuk yang ingin menjenguk sanak saudaranya hanya bisa sampai ruang besuk, sebuah ruang yang dilapisi kaca tebal. Para pembesuk hanya bisa berbicara dengan napi lewat sebuah lubang kecil.
Ada beberapa pintu yang harus dilalui oleh mereka yang ingin mencapai blok ini. Dari pintu masuk gedung utama, saringan pertama yang harus dilalui adalah ”pintu portir”. Di pintu ini, kartu identitas harus ditinggalkan. Semua barang bawaan, termasuk barang elektronik, wajib dititipkan kepada petugas. Jangan coba-coba ”menyelundupkan” telepon genggam atau kamera. Seketika pintu detektor akan menjerit-jerit jika dilewati siapa pun yang di tubuhnya terdapat benda-benda berbau logam.
Lapis pengamanan berikutnya adalah ”pos utama”. Pos di belakang gedung portir ini dijaga sekitar lima petugas. Di sini, semua yang masuk harus menjalani pemeriksaan fisik untuk memastikan pengunjung tidak membawa benda berbahaya. Dari sini, pembesuk harus berjalan sekitar 100 meter menyusuri sebuah lapangan untuk sampai di blok isolasi tersebut. Selesai? Belum. Masih ada dua lapis pintu besi bergembok dijaga dua sipir.
Di dalam blok isolasi terdapat 16 sel: delapan di kiri, delapan di kanan. Tiap sel berukuran sekitar 4 x 5 meter persegi. Sel-sel itu juga dilapisi dua pagar. Lapis pertama dan kedua dipisahkan oleh semacam teras dengan lebar 4 meter. Pagar kedua dilengkapi jendela dan pintu berjeruji.
Pintu kedua ini hanya dibuka saat petugas mengantar makanan dan minuman pada pagi, siang, dan malam. Untuk mencegah sipir dan para penghuni sel ”bermain mata”, misalnya dengan menggandakan kunci penjara—pengendali kunci dipegang langsung oleh Kepala Kesatuan Pengamanan Penjara. ”Kunci disimpan di boks portir dan penggunaannya harus sepengetahuan kepala pengamanan,” ujar Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang, Wibowo Joko Harjono.
Pada setiap sudut blok isolasi dipasang kamera pengawas bergerak alias CCTV (closed circuit television). Dari gedung utama, sejumlah petugas di depan monitor mengawasi hasil kerja kamera tersebut. ”Kamera akan merekam setiap detik peristiwa di blok isolasi,” kata Joko. Selain kamera, di depan sel Gunawan dipasang lampu sorot 150 watt. Lampu itu siang-malam menyorot sel Gunawan, termasuk saat penghuninya tertidur pulas.
Dimas Adityo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo