Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUSILO Bambang Yudhoyono meriung di pendapa rumahnya di Puri Cikeas, Bogor, dengan sejumlah orang. Mereka duduk mengelilinginya, takzim mendengarkan Ketua Umum Partai Demokrat itu berbicara. Di sana, hadir Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan serta para pengurus pusat Demokrat, di antaranya Sekretaris Jenderal Hinca Panjaitan; anggota Majelis Tinggi, Sjarifuddin Hasan; dan Wakil Ketua Umum Roy Suryo. Pada Rabu malam pekan lalu itu, mantan presiden ini mengundang semua pemimpin partai yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan datang ke rumahnya.
Koalisi itu merupakan gabungan enam partai yang tidak ikut mengusung pasangan inkumben Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Enam partai itu adalah Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Gerakan Indonesia Raya, dan Partai Keadilan Sejahtera. Rencananya rapat dimulai pada pukul 19.00. Namun, hingga dua jam berlalu, yang hadir baru Zulkifli Hasan. Belakangan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua PPP Romahurmuziy menyusul hadir. Gerindra dan PKS tak memenuhi undangan Cikeas dan memilih membentuk poros baru yang bermarkas di rumah Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara 4, Jakarta Selatan.
Sambil menunggu para tamu, Yudhoyono meminta Imelda Sari, Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat, bertanya kepada wartawan yang datang: siapa nama calon yang diusung koalisi Cikeas. Sejumlah nama, seperti Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan Yusril Ihza Mahendra, kerap disebut. Seseorang menyebut Agus Harimurti Yudhoyono. Begitu nama itu muncul, Imelda setengah berteriak melapor ke Yudhoyono, "Pak, katanya Mas Agus Yudhoyono." Yudhoyono tersenyum mendengar itu. Ketika Imelda bertanya kepada seorang jurnalis perempuan, ia menjawab nama yang sama. Setengah berteriak, Imelda berkata ke arah Yudhoyono, "Perempuan suka Mas Agus Yudhoyono, Pak."
Nama Agus hingga Rabu pekan lalu tak pernah beredar dalam bursa nama calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sebelumnya, pada Jumat dua pekan lalu, dari Padang, Zulkifli Hasan memberi sinyal bahwa koalisi partai poros Cikeas ini akan memberikan kejutan. "Tunggu tanggal mainnya, kandidat yang kami calonkan tidak terduga-duga," ujar Zulkifli. Belakangan, kejutan itu bernama Agus Harimurti Yudhoyono. Ia anak sulung Yudhoyono berpangkat mayor Tentara Nasional Indonesia. Agus kandidat Gubernur Jakarta, berpasangan dengan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Sylviana Murni.
Rabu malam itu, poros Cikeas menawarkan Agus sebagai calon gubernur kepada koalisi Partai Gerindra dan PKS. Tawarannya, Agus dijodohkan dengan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai calon wakil gubernur. Seorang peserta rapat koalisi Gerindra-PKS mengatakan nama Agus Yudhoyono langsung ditolak oleh mayoritas peserta rapat, yang dihadiri antara lain oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden PKS Sohibul Iman. Ketua Partai Gerindra Jakarta Muhammad Taufik membenarkan hal ini. "Kami menilai Agus Yudhoyono terlalu muda dan belum dikenal masyarakat Jakarta," ujar Taufik.
Koalisi Gerindra-PKS meminta poros Cikeas menyodorkan nama lain. Maka muncul nama pengusaha Chairul Tanjung, yang kemudian sempat mendatangi rumah Prabowo. "Namun dia menolak," kata Taufik. Pilihan poros Cikeas pun kembali ke Agus Yudhoyono. Tapi poros koalisi Kertanegara konsisten menolak.
Lobi di antara dua poros yang berlangsung sejak Rabu sampai Kamis dinihari pekan lalu tak kunjung membuahkan hasil. Hingga Jumat pagi pekan lalu, poros Cikeas masih berharap koalisi Kertanegara mau bergabung. Namun keinginan itu tetap tidak direspons, hingga akhirnya poros Cikeas memilih jalan sendiri.
Sunudyantoro (Jakarta), Andri El Faruqi (Padang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo