Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cranial Incisored Jazz-metal Yogya
JANGAN salah. Judul berikut ini bukan buku psikologi meski bisa melelehkan lidah. Rebuild: The Unfinished Interpretation of Irrational Behavior adalah album perdana kelompok Cranial Incisored (CI) yang dirilis ulang Juni 2006. Sebuah kelompok band baru dari negeri Abang Sam? Keliru! Album berisi 14 lagu itu memang diproduksi Malicious Intent Records, perusahaan rekaman AS yang bermarkas di Philadelphia. Tapi empat musisi yang mengerjakannya asli wong Yogya. ”Semua berawal dari demo lagu yang kami taruh di MySpace.com,” ujar Halim, 29 tahun, gitaris-pendiri-frontman CI.
Didirikan pada Mei 1998, CI adalah tipikal musisi era 90-an yang melek internet. Mereka tak ragu menjadikan dunia maya sebagai panggung global untuk memamerkan karya. Awalnya hanya lewat situs web yang dirancang sendiri oleh Halim yang sehari-hari bekerja sebagai web designer. Juli 1999 mereka membuat demo pertama berjudul—hmm, tarik napas—My Sperm in Vain. Mulai jelaskah musik yang mereka mainkan? Jika belum, tengoklah demo kedua bertajuk: The Experimental Minds of Instability to Shock Your Therapy System yang dibuat di pengujung tahun 2001. Dua tahun kemudian, CI memproduksi album perdana, ya Rebuild tadi, dalam bentuk kaset.
Ketika MySpace menggeliat dan menunjukkan tajinya sebagai calon situs nongkrong terbesar sejagad, CI ikut mendaftar dan membuka ”lapak digital” di sana. Mumpung gratis, mengapa tidak? Beberapa nomor bisa diunduh peminat. Kiat ini rupanya mangkus. ”Ada label (perusahaan rekaman—red) dari Jepang yang tertarik merilis album kami,” kata Halim. Tapi lantaran prosesnya agak lama, perusahaan itu ditinggalkan. Mereka akhirnya bertemu Malicious. Perusahaan rekaman AS yang kini pindah markas ke Maryland itupun merekam ulang Rebuild dan mengedarkannya dalam bentuk cakram keping (CD) untuk distribusi di wilayah AS dan Kanada.
Dapat royalti berapa? ”Kami memilih dibayar dengan CD juga, bukan uang,” ujar Halim. Maksudnya, royalti yang berhak mereka terima dikonversi ke dalam jumlah CD yang setara. Kiriman pertama sebanyak 100 keping CD sudah diterima pekan lalu. Kini band yang digawangi Halim, Mal (bas), Didit (vokal), dan Obet (drum), itu bersiap meluncurkan mini album Lipan’s Kinetic yang dijadwalkan beredar pada Januari 2007. Kali ini diedarkan Broken Blast Records, juga perusahaan rekaman yang bercokol di Amerika.
Tapi, genre musik apakah yang dimainkan CI persisnya? Para penggemar CI menyebutnya sebagai campuran math metal, grindcore, dan jazz, yang dioplos jadi satu. Jazz? ”Ya. Saya memang banyak mendengarkan gaya gitaran free jazz,” ujar Halim dengan dialek Jogja yang kental.
Muhammad Myrdal Dokumenter independen
SEBENTAR lagi jika Anda mengetik ”Myrdalism” di kotak pencarian situs MySpace, maka yang muncul bukan daftar karya ekonom-politikus Swedia terkemuka Gunnar Myrdal, melainkan lima film pendek dan satu video klip (”Carousel” dari band Sound at Regional States) garapan Muhammad Myrdal, 19 tahun, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung. ”Sebagian besar karya saya masih terpajang di YouTube,” ujarnya. YouTube adalah ”situs gaul” seperti MySpace, hanya lebih fokus pada penayangan film-film pendek sineas independen mancanegara.
Keinginan Myrdal memanfaatkan MySpace sebagai etalase virtual bagi karyanya bukan tak beralasan. Kendati pernah mengikuti Festival Film Pendek Islami 2006 di Bandung dan meraih penghargaan sebagai sutradara termuda, Myrdal masih kecewa karena tak bisa mengikuti kompetisi film dokumenter Eagle Award yang diselenggarakan Metro TV. ”Waktu itu karena status saya masih pelajar SMA, saya tidak boleh ikut,” katanya. Di dunia maya, tak ada batasan umur yang bisa mengerangkeng kreativitasnya.
Maka sambil terus mempelajari gaya penyutradaraan sutradara favoritnya, Mel Gibson pada The Passion of the Christ (”Sudut pengambilan kamera dan lighting-nya gila banget,” kata Myrdal) ia terus menyempurnakan kecakapannya dalam membesut film pendek dan dokumenter. ”Komunitas pembuat film di MySpace memungkinkan terjadinya diskusi intensif antarsutradara dari berbagai negara,” katanya.
Tapi omong-omong soal namanya yang tak lazim bagi kuping Indonesia itu?”Ayah saya memang ekonom dan mengaku terinspirasi dengan kehebatan Gunnar Myrdal,” kata Myrdal van Bandoeng ini. ”Mungkin satu saat akan saya coba buat versi film dokumenternya sendiri,” katanya tertawa.
Deadmaya Tersandung visa
BAGI komunitas penggemar musik indie di Jakarta, Deadmaya adalah salah satu band yang tak boleh dilewatkan penampilannya. Mereka cukup sering tampil di berbagai pensi (sebutan untuk pentas seni di SMA-SMA). Maka dua pekan lalu ketika tampil di Liquid Room, Cilandak Town Square (Citos), Jakarta, tempat nongkrong paling hype remaja ibukota itupun diluberi peminat musik metal/hardcore/thrash yang menjadi basis fans mereka. ”Salah satu yang menyebabkan kami dikenal memang MySpace,” tutur Angga Bangun Subur, 24 tahun, gitaris-pendiri band yang dibentuk Oktober 2004 itu.
Dua lagu mereka yang paling sering diunduh di MySpace adalah Faceless Martyr dan Self-Destruction. Di mata Angga, proses berbagi secara virtual (share online) di MySpace lebih unggul dibanding ”situs nongkrong” lain seperti Friendster. ”Di Friendster, saya lebih banyak berhubungan dengan orang Indonesia juga, jadi kurang mendunia,” ujarnya.
Sementara di MySpace, begitu lagu di-upload, respons langsung berdatangan dari berbagai penjuru. ”Bahkan ada pihak dari Colorado yang menawarkan mixing dan recording gratis atas materi-materi kita,” kata Angga. Sayang, tawaran itu belum bisa direalisasikan. ”Kami inginnya ikut ke Colorado sekaligus belajar mixing, tapi terbentur soal visa,” ujar perancang grafis di biro iklan Creative Mate ini.
Akibatnya, album perdana yang direncanakan akan keluar dalam waktu dekat, mungkin akan tetap dikerjakan di dalam negeri dulu. Toh penundaan itu tak berdampak pada jadwal pentas Deadmaya yang cukup padat. Sabtu pekan lalu, band yang terdiri dari Angga, Sar Fenwick (vokal), Andhika ”Jujun” Triyadi (bas), dan Rino Mardhani (drum) itu diagendakan menggelar konser di Pantai Kuta, Bali, bersama sejumlah band lain. They’re... rraawwkkk!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo