Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lebih Dari Biasa?

Banjir yang diderita jakarta akibat hujan yang serentak dan merata. Untuk mengendalikan banjir di masa datang di daerah Jak-Bar akan dibangun saluran pembuang cengkareng & berbagai saluran lain. (kt)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMIS malam dua pekan lalu hujan lebat di Jakarta, Jakarta kebanjiran. Kamis siang minggu berikutnya hujan lebat di daerah Bogor, Jakarta kebanjiran. Alhasil dalam urusan banjir di musim hujan tahun ini Jakarta tetap ambil bagian. Sekalipun tidak menjad pelopor sebagaimana biasanya. Seperti dikatakan para penjabat Pekerjaan Umum banjir di Jakarta memang bisa karena hujan setempat bisa pula karena kiriman. Nah, dalam dua kali banjir Januari kemarin kedua-duanya rupanya mendapat kesempatan. Pada banjir yang pertama Jakarta Barat nyaris menampung akibat seluruhnya. Ini lantaran ada banyaknya kali di daerah itu. Juga saluran banjir dari Ciliwung-(Banjir Kanal Tengah) menumpang lewat ke sana sebelum sampai ke muara di laut Jawa. Hujan yang merata di berbagai sudut kota pada akhirnya tumpah airnya nyaris semua ke daerah itu. Ciliwung yang berkelok-kelok melalui Jakarta Pusat sebenarnya juga mempunyai saluran lain di Jakarta Pusat sendiri. Yakni saluran yang antara lain memisahkan Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada, dua jalur jalan utama di pusat kota. Namun sebagaimana dikatakan ir Martsanto dari Dinas PU DKI Jaya saluran itu tidak dimaksudkan sebagai penampung banjir Ciliwung. "Letaknyapun lebih tinggi," katanya. Bisa dimaklumi di saat berbagai kali di Jakarta Barat meluap dua pekan lalu, saluran Ciliwung yang antara lain diapit Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada tadi anteng saja. Yang sempat mengherankan warga kota waktu itu pemandangan di Jalan Thamrin. Tahun-tahun lalu jalan protokol ini selalu tergenang apabila hujan turun dengan lebat. Satu waktu jalan ini ditinggikan dengan perhitungan untuk menghindarkan genangan terulang. Ternyata dua pekan lalu genangan air di sekitar jalan ini mencapai lutut. Menurut ir Martsanto, peninggian jalan itu beberapa waktu lalu hanya dimaksudkan "mengatasi hujan sepuluh tahunan." Sedang yang datang waktu itu "lebih dari yang diperkirakan." Sebagai Kepala Urusan Tata Pengairan di dinas-nya, Martsanto memang sibuk. Tapi tak kurang sibuk tentunya Gubernur Tjokropranolo sendiri. Di hari Jum'at dua pekan lalu Tjokro melongok berbagai sudut kota. Selain memang tugasnya sebagai bapak ibukota, banjir kali ini cukup mengagetkannya. Sebab tahun lalu nyaris tak terdengar warganya berteriak. Akan hal tahun-tahun sebelumnya, ia sendiri belum duduk di kursi gubernur. Tjokro berkeliling antara lain sampai di daerah Pesing dekat Tanggerang. Di sini dilihatnya banyak air dari irigasi persawahan yang melimpah ke kali yang masuk Jakarta. Ia pun berkata: "Bagaimana Jakarta nggak kebanjiran kalau sungai yang sudah dibebani air dari Jakarta sendiri mesti juga menampung buangan dari Tanggerang." Tjokro menugaskan stafnya untuk melanjutkan peninjauan sampai daerah Tanggerang sekaligus menemui Bupati Syukur di sana. Sang Bupati dari daerah Jawa Barat itu belum sempat terdengar komentarnya. Namun Rabu pekan lalu tak kurang dari Menteri Pekerjaan Umum punya pendapat lain. Banjir di Jakarta dua minggu lalu bukan banjir kiriman. "Sebab utama banjir di Jakarta karena hujan yang serentak dan merata di Jakarta sendiri," kata Menteri. Presiden Setuju Itulah sebabnya untuk mengendalikan banjir di masa datang di daerah Jakarta Barat antara lain akan dibangun saluran pembuang Cengkareng (Cengkareng Drain) dan berbagai saluran lain antara kali dengan kali yang ada. Tahun 1982 diharap pekerjaan yang akan memerlukan pembebasan tanah seluas 62 hektar itu bisa selesai. Sementara menunggu rampungnya proyek itu muara kali Angke akan dikeruk. Empat ratus ribu meter kubik lumpur yang diperkirakan ada di sana akan bisa lenyap dalam tempo sebulan. Pembuatan berbagai saluran dan pengerukan lumpur itu akan memerlukan biaya Rp 11 milyar. Kepala Negara sudah setuju. Namun sementara pekerjaan itu semua baru sempat direncanakan Jum'at lalu 'banjir kiriman' datang lewat kali Ciliwung dari daerah Bogor. Maka apabila pada banjir terdahulu umumnya warga Jakarta Barat yang sangat prihatin, pada banjir terakhir tak sedikit warga Jakarta Pusat mendapat giliran. Untuk membantu para korban, 4 hari sesudah banjir pertama Dinas Sosial DKI sudah memberi bantuan bagi hampir 300 jiwa penduduk 87.750 kilogram beras dan lebih Rp 2,7 juta uang lauk pauk. Sesudah itu bantuan masih dikeluarkan. Namun A. Rachmat seorang ketua Rukun Tetangga di daerah Jelambar misalnya punya keluhan dalam urusan ini. Sampai tiga hari pada banjir pertama dua pekan lalu genangan air di rumahnya masih setinggi 40 Cm. Tapi ketika itu sebagaimana ditulis sinar harapan ia hanya mendapat bantuan 20 gram beras dan obat pilek 3 tablet. "Kalau mau tolong, tolonglah dengan benar," Rachmat berkata. Maklum, deh, pak, repot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus