KAMIS malam dua pekan lalu hujan lebat di Jakarta, Jakarta
kebanjiran. Kamis siang minggu berikutnya hujan lebat di daerah
Bogor, Jakarta kebanjiran. Alhasil dalam urusan banjir di musim
hujan tahun ini Jakarta tetap ambil bagian. Sekalipun tidak
menjad pelopor sebagaimana biasanya.
Seperti dikatakan para penjabat Pekerjaan Umum banjir di Jakarta
memang bisa karena hujan setempat bisa pula karena kiriman. Nah,
dalam dua kali banjir Januari kemarin kedua-duanya rupanya
mendapat kesempatan.
Pada banjir yang pertama Jakarta Barat nyaris menampung akibat
seluruhnya. Ini lantaran ada banyaknya kali di daerah itu. Juga
saluran banjir dari Ciliwung-(Banjir Kanal Tengah) menumpang
lewat ke sana sebelum sampai ke muara di laut Jawa. Hujan yang
merata di berbagai sudut kota pada akhirnya tumpah airnya nyaris
semua ke daerah itu.
Ciliwung yang berkelok-kelok melalui Jakarta Pusat sebenarnya
juga mempunyai saluran lain di Jakarta Pusat sendiri. Yakni
saluran yang antara lain memisahkan Jalan Hayam Wuruk dan Jalan
Gajah Mada, dua jalur jalan utama di pusat kota. Namun
sebagaimana dikatakan ir Martsanto dari Dinas PU DKI Jaya
saluran itu tidak dimaksudkan sebagai penampung banjir Ciliwung.
"Letaknyapun lebih tinggi," katanya.
Bisa dimaklumi di saat berbagai kali di Jakarta Barat meluap dua
pekan lalu, saluran Ciliwung yang antara lain diapit Jalan Hayam
Wuruk dan Gajah Mada tadi anteng saja.
Yang sempat mengherankan warga kota waktu itu pemandangan di
Jalan Thamrin. Tahun-tahun lalu jalan protokol ini selalu
tergenang apabila hujan turun dengan lebat. Satu waktu jalan ini
ditinggikan dengan perhitungan untuk menghindarkan genangan
terulang. Ternyata dua pekan lalu genangan air di sekitar jalan
ini mencapai lutut.
Menurut ir Martsanto, peninggian jalan itu beberapa waktu lalu
hanya dimaksudkan "mengatasi hujan sepuluh tahunan." Sedang yang
datang waktu itu "lebih dari yang diperkirakan."
Sebagai Kepala Urusan Tata Pengairan di dinas-nya, Martsanto
memang sibuk. Tapi tak kurang sibuk tentunya Gubernur
Tjokropranolo sendiri.
Di hari Jum'at dua pekan lalu Tjokro melongok berbagai sudut
kota. Selain memang tugasnya sebagai bapak ibukota, banjir kali
ini cukup mengagetkannya. Sebab tahun lalu nyaris tak terdengar
warganya berteriak. Akan hal tahun-tahun sebelumnya, ia sendiri
belum duduk di kursi gubernur.
Tjokro berkeliling antara lain sampai di daerah Pesing dekat
Tanggerang. Di sini dilihatnya banyak air dari irigasi
persawahan yang melimpah ke kali yang masuk Jakarta. Ia pun
berkata: "Bagaimana Jakarta nggak kebanjiran kalau sungai yang
sudah dibebani air dari Jakarta sendiri mesti juga menampung
buangan dari Tanggerang."
Tjokro menugaskan stafnya untuk melanjutkan peninjauan sampai
daerah Tanggerang sekaligus menemui Bupati Syukur di sana. Sang
Bupati dari daerah Jawa Barat itu belum sempat terdengar
komentarnya. Namun Rabu pekan lalu tak kurang dari Menteri
Pekerjaan Umum punya pendapat lain. Banjir di Jakarta dua minggu
lalu bukan banjir kiriman.
"Sebab utama banjir di Jakarta karena hujan yang serentak dan
merata di Jakarta sendiri," kata Menteri.
Presiden Setuju
Itulah sebabnya untuk mengendalikan banjir di masa datang di
daerah Jakarta Barat antara lain akan dibangun saluran pembuang
Cengkareng (Cengkareng Drain) dan berbagai saluran lain antara
kali dengan kali yang ada. Tahun 1982 diharap pekerjaan yang
akan memerlukan pembebasan tanah seluas 62 hektar itu bisa
selesai.
Sementara menunggu rampungnya proyek itu muara kali Angke akan
dikeruk. Empat ratus ribu meter kubik lumpur yang diperkirakan
ada di sana akan bisa lenyap dalam tempo sebulan. Pembuatan
berbagai saluran dan pengerukan lumpur itu akan memerlukan biaya
Rp 11 milyar. Kepala Negara sudah setuju.
Namun sementara pekerjaan itu semua baru sempat direncanakan
Jum'at lalu 'banjir kiriman' datang lewat kali Ciliwung dari
daerah Bogor. Maka apabila pada banjir terdahulu umumnya warga
Jakarta Barat yang sangat prihatin, pada banjir terakhir tak
sedikit warga Jakarta Pusat mendapat giliran.
Untuk membantu para korban, 4 hari sesudah banjir pertama Dinas
Sosial DKI sudah memberi bantuan bagi hampir 300 jiwa penduduk
87.750 kilogram beras dan lebih Rp 2,7 juta uang lauk pauk.
Sesudah itu bantuan masih dikeluarkan. Namun A. Rachmat seorang
ketua Rukun Tetangga di daerah Jelambar misalnya punya keluhan
dalam urusan ini. Sampai tiga hari pada banjir pertama dua pekan
lalu genangan air di rumahnya masih setinggi 40 Cm. Tapi ketika
itu sebagaimana ditulis sinar harapan ia hanya mendapat bantuan
20 gram beras dan obat pilek 3 tablet. "Kalau mau tolong,
tolonglah dengan benar," Rachmat berkata. Maklum, deh, pak,
repot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini