Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Ada judi, selebaran dan protes

Perayaan sekaten di yogya kali ini mendapat protes dari beberapa organisasi massa & fraksi ppp di dprd yogya. karena ada permainan yang menjurus judi dan selebaran propaganda kristen. (hb)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA pasar malam di Alun-alun Utara Yogya. Dibuka 30 Desember tahun lalu, direncanakan selesai 9 Pebruari tahun ini. Ini pasar malam Sekaten. Dan Sekaten kali ini jatuh di tahun Dal -- yang menurut tradisi Jawa lalu harus dirayakan besar-besaran. Kali ini panitia Sekaten diketuai oleh Walikota Yogya, Achmad -- sedang biasanya sepenuhnya hanya diselenggarakan pihak Kraton. Pasar malam kali ini diisi macam-macam. Ada 'tong setan' -- ngebut pakai motor melingkari dinding dalam sebuah tong besar. Ada permainan lempar gelang. Sasarannya rokok, sabun atau hanya korek api. Ada juga Oriental Circus. Dan berbeda dari yang sudah-sudah, pasar malam ini disertai pemungutan karcis masuk Rp 50. Bahkan penjaga stand konon harus beli karcis. Maka ada yang protes. Bukan soal karcis itu. Generasi Muda Ka'bah, eksponen pemuda dalam PPP Yogya, menunjuk permainan-permainan dalam pasar malam sebagai menjurus ke perjudian. Lebih lagi, dalam pertunjukan Oriental Circus, ternyata ada kerja sama dengan Balai Mahasiswa Baptis. Mreka menyebar selebaran propaganda Kristen kepada pengunjung. Padahal, "perayaan Sekaten dimaksudkan sebagai media da'wah Islam," tulis surat protes GMK 14 Januari 1979. Setidak-tidaknya begitulah maksud Sekaten dulu-dulunya. Tak hanya GMK. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Yogya pun protes. Bahkan Fraksi PPP di DPRD Yogya mengeluarkan pernyataan tidak setuju terhadap permainan yang menjurus ke judi dan penyebaran selebaran tersebut. Sampai-sampai pihak Kraton, diwakili KRT Wardan Diponingrat, juga menyatakan ketidak setujuannya lewat Harian Masa Kini, Yogya. Merasa surat protes 14 Januari tak ditanggapi, GMK mengeluarkan surat lebih keras, 21 Januari. "Kami mengeluarkan pernyataan ini sebab ingin membantu Pemerintah menegakkan keputusannya," kata drs Aspanuddin, Ketua Umum GMK. Yang dimaksud ialah SK 70 Menteri Agama -- soal pedoman pcnyiaran agama. Menurut pihak Pemda, semua itu di adakan karena biaya yang tersedia ha nya Rp 2 juta. Sedang perayaan akar makan duit Rp 34,3 juta. Jadi terpaksa "dikomersilkan". Cuma, dari sumber yang bisa dipercaya, sejak 30 Desember 1978 sampai 15 Januari ini, uan masuk -- hasil karcis dan pajak-pajak lainnya -- sudah mencapai Rp 36.484.347. Menurut rencana, pada saat Sekatennya betul, 2-9 Pebruari, karcis itu akan ditiadakan. Sedang permainan yang menjurus judi, disetop. Hardjomuljo (53 tahun), Ketua Pelaksana 11 Perayaan Sekaten yang sehari-hari menjabat Kepala Sub Direktorat Ekonomi Kodya Yogya menanggapi pernyataan protes itu berkata "Dua hari setelah mulai, penyebaran buletin sudah dihentikan. Sedang permainan-permainan akan dihentikan tepat menjelang keluarnya garnelan Sekaten dari Kratom" Soalnya, katanya, "tidak mungkin menyetop secara drastis. Harus perlahanlahan." Mungkin pihak polisi Yogya sudah mencium akan adanya protes. 13 Januarl ada surat keputusan dilarang menambah stand permainan, dan yang sudah ada akan ditertibkan. Hanya kata 'ditertibkan' di situ tentu saja tak jelas. Sementara panitia menunggu ketegasan pihak kepolisian, ada yang mengatakan polisi sebenarnya segan kepada panitia untuk bertindak tegas. Maklum. Soal biaya itu sendiri tak begitu jelas: mengapa sampai begitu besar. Padahal untuk tanahnya panitia tidak menyewa kepada pihak kraton. "Karena Sekaten adalah acara milik Kraton," kata GPH Poerbojo, kakak Sri Sultan IX. Tetapi menarik, bahwa sumber yang dekat dengan panitia mengatakan kepada TEMPO: hasil karcis masuk ternyata tak jelas ke mana larinya. Malahan "ada anggota panitia yang membeli mobil atau sekuter begitu kepanitiaan mulai bekerja." Padahal menurut Aspanuddin: "Masyarakat kita sekarang lagi payah. Mengapa musti ditipu pula dengan permainan gelang rotan segala, yang mendidik orang banyak, terutama generasi muda, untuk berspekulasi tanpa kerja keras.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus