Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Body shaming atau komentar negatif terhadap fisik seseorang makin marak seiring dengan berkembangnya media sosial. Body shaming lebih sering dialami oleh perempuan, dan dampaknya cukup besar pada psikis si perempuan tersebut, mulai dari malu, tidak percaya diri, tertekan, hingga stres berlebihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data dari survei yang dilakukan Zap Clinic dalam Zap Beauty Index 2020, ditemukan bahwa hampir separuh wanita Indonesia atau 40,7 persen mengalami body shaming dengan alasan utama tubuh yang dianggap terlalu berisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, sebanyak 36,4 persen wanita mengalami body shaming karena kulit yang berjerawat.
Sebanyak 28,1 persen wanita berkata hal tersebut dialami mereka karena bentuk wajah yang tembam. Berbeda dengan Gen X dan Gen Y yang kebanyakan mengalami body shaming karena tubuh yang berisi, masalah utama Gen Z adalah lebih kepada kulit yang berjerawat 42,6 persen.
Body shaming sulit dihindari karena ekspektasi sosial terkait kecantikan perempuan yang cenderung berlebihan. Faktanya, lebih dari separuh wanita Indonesia atau sekitar 62,2 persen mengaku pernah menjadi korban body shaming selama hidupnya.
Perempuan dari kalangan milenial dan Gen Z cenderung lebih banyak mengalami body shaming dibandingkan dengan Gen X. Angkanya mencapai sebesar 67,8 persen dan 62,2 persen.
Body shaming memang tidak seharusnya terjadi pada siapa pun, namun sayangnya, ada standar-standar kecantikan yang bilamana tidak terpenuhi oleh seorang wanita, maka ia harus menanggung kritikan pedas terhadap penampilannya tersebut.