Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Partai-partai tersebut merasa tak menikmati efek “ekor jas” karena kadernya tak berlaga sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Pertama kali dipopulerkan dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat, efek “ekor jas” merupakan istilah untuk menyebut dampak elektoral dari pencalonan kandidat terhadap partai pengusung.
Sejumlah sigi lembaga survei menunjukkan hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra yang menangguk efek elektoral dari calon yang berlaga dalam pemilihan presiden. PDI Perjuangan menjunjung kadernya, Joko Widodo, sebagai calon presiden, yang dipasangkan dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang kini nonaktif, Ma’ruf Amin, sebagai calon wakilnya. Sedangkan Gerindra mengusung dua elitenya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.
Survei Alvara Research Center menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan melonjak dari 24,9 persen pada Juli 2018 menjadi 29,9 persen per Oktober 2018. Begitu pula Gerindra, yang tingkat keterpilihannya naik dari 15,6 persen menjadi 18,4 persen pada periode yang sama. Tren elektabilitas partai lain cenderung menurun kalau tidak landai.
Sebagaimana Alvara, hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan tren elektabilitas PDI Perjuangan dan Gerindra naik dari Januari sampai September 2018. Tingkat keterpilihan partai banteng terkerek dari 22,2 persen menjadi 24,8 persen, sedangkan Gerindra dari 11,4 persen menjadi 13,1 persen.
Partai Demokrat terang-terangan mengutamakan pemenangan calon anggota legislatifnya ketimbang berkampanye untuk pasangan nomor 02, Prabowo-Sandiaga. Di kubu pasangan nomor 01, sejumlah calon legislator di Sumatera Barat dan Jawa Barat enggan memasang potret Jokowi pada alat peraga karena khawatir terpuruk. Pada pemilihan presiden 2014, di dua wilayah itu Jokowi kalah telak.
Pemungutan suara tinggal lima bulan lagi. Koalisi partai pengusung calon malah makin tak kompak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo