Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BALIHO Fauzi Bahar terlihat menonjol di keramaian Jalan Ahmad Yani, Kota Padang, Kamis pekan lalu. Berukuran jumbo, baliho itu mencantumkan foto calon legislator Partai NasDem tersebut lengkap dengan logo partai dan nomor urutnya. Tapi tak ada foto atau nama Joko Widodo di baliho bekas Wali Kota Padang itu.
Fauzi mengaku agak berat mengkampanyekan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Sumatera Barat. Sebab, provinsi itu merupakan lumbung suara Prabowo Subianto. Kendati tak memasang foto Jokowi di balihonya, Fauzi mengklaim tetap mengkampanyekan Jokowi-Ma’ruf. “Saya langsung turun ke konstituen mensosialisasi program Pak Jokowi,” katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Bukan hanya Fauzi yang tak memasang foto pasangan calon presiden-wakil presiden yang diusung partainya. Pada Kamis dan Jumat pekan lalu, Tempo berkeliling ke sejumlah wilayah di Sumatera Barat. Di berbagai penjuru Kota Padang, tak terlihat foto Jokowi-Ma’ruf di baliho milik para calon legislator dari partai pendukung pasangan tersebut. Begitu pula di sepanjang Jalan Raya Bukittinggi-Payakumbuh dan Jalan Payakumbuh-Padang.
Calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Solidaritas Indonesia yang berlaga di daerah pemilihan Sumatera Barat II, Endang Tirtana, menyatakan tak mudah mempromosikan Jokowi-Ma’ruf. Sebab, menurut Endang, sentimen agama masih menjadi sandungan elektabilitas Jokowi. Endang sering mendapat laporan dari relawan PSI yang menyebarkan pamflet bahwa sejumlah warga mempertanyakan foto Jokowi di selebaran yang dibagikan.
Tak hanya di Sumatera Barat, secara keseluruhan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf di Sumatera masih tertinggal dari Prabowo-Sandiaga Salahuddin Uno. Survei Alvara Research Center pada Oktober lalu menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi-Ma’ruf di pulau itu sekitar 40 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 44,6 persen.
Ketua tim kampanye Jokowi-Ma’ruf di Sumatera Barat, Hendra Irwan Rahim, mengatakan para calon legislator di Sumatera Barat cenderung enggan mengkampanyekan pasangan tersebut karena khawatir elektabilitas mereka tergerus. “Sebagian partai sedang bersiap menghadapi pemilihan anggota legislatif,” ujar Ketua Golkar Sumatera Barat itu. Dua petinggi partai pendukung Jokowi-Ma’ruf membenarkan kondisi itu.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani juga mengatakan kader partainya di daerah seperti Sumatera Barat dan Riau sulit mengkampanyekan Jokowi. Maka Arsul membebaskan calon legislator partainya di daerah tersebut untuk tak menaruh foto Jokowi di alat peraga kampanye. “Kami juga harus memikirkan suara kader kami. Tapi kami juga meminta mereka door to door mengkampanyekan Jokowi,” ujarnya.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang menjadi pengusung utama Jokowi, menghadapi masalah serupa. Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat Alex Indra Lukman mengaku sering menerima keluhan dari calon legislator yang khawatir nama Jokowi tak menjual keterpilihan mereka. “Tapi garis partai jelas, kami tetap harus mengkampanyekan Jokowi,” katanya.
Menurut Alex, sebagian masyarakat Sumatera Barat memang masih enggan mendukung Jokowi. Padahal Jokowi sudah enam kali berkunjung ke sana. Dia mencontohkan, pada kedatangan Jokowi pertama hingga ketiga, masyarakat tak antusias menyambut Presiden. Barulah pada kunjungan keempat, Alex mengarahkan Jokowi untuk lebih dulu menyapa warga Kabupaten Dharmasraya, yang merupakan salah satu basis PDIP di sana. “Hasilnya, ribuan orang datang menyambut,” ujar Alex.
Sumatera Barat menjadi provinsi dengan persentase kekalahan tertinggi Jokowi pada pemilihan presiden 2014. Pasangan Jokowi-Jusuf Kalla hanya mendulang 23 persen atau 539 ribu dari total 2,149 juta suara di provinsi itu. Dari 19 kabupaten/kota, mereka hanya menang di Kabupaten Mentawai.
Kondisinya kini tak jauh berbeda. Politikus PDI Perjuangan, Bambang Wuryanto, saat ditemui akhir Oktober lalu mengatakan, berdasarkan survei Cirus Surveyors Group, elektabilitas Jokowi di Sumatera Barat hanya 15 persen. Direktur Riset Cirus, Kadek Dwita Apriani, enggan menyebutkan hasil survei lembaganya. “Di provinsi seperti Sumatera Barat dan Riau, elektabilitas Jokowi masih tertinggal,” kata Kadek.
Tak hanya di Sumatera Barat, secara keseluruhan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf di Sumatera masih tertinggal dari Prabowo-Sandiaga Salahuddin Uno. Survei Alvara Research Center pada Oktober lalu menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi-Ma’ruf di pulau itu sekitar 40 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 44,6 persen.
Kepada Tempo, Ketua Harian Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Moeldoko, membenarkan kabar bahwa di sejumlah wilayah di Sumatera jagoannya memang masih kalah. Dia menduga isu agama yang muncul pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 kini bergaung di Sumatera. “Memenangi Sumatera butuh kerja keras,” ujar Moeldoko.
Sejumlah petinggi partai di tim kampanye Jokowi mengatakan elektabilitas inkumben yang tak melesat di Sumatera membuat tim nasional lebih berfokus pada daerah Jawa. Jumlah pemilih di pulau ini pada 2014 mencapai sekitar 58 persen pemilih nasional. Ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengatakan Jokowi pada Oktober lalu meminta tim pemenangan berupaya lebih keras menggalang dukungan. Menurut Bambang, Jokowi sempat mengeluhkan elektabilitasnya yang cenderung stagnan atau menurun di Sumatera dan Jawa Timur.
Salah satu fokus pemenangan di Jawa adalah Jawa Barat, provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak. Pada 2014, Jokowi-Kalla hanya meraup 40,2 persen atau 9,53 juta suara, berselisih 4,6 juta suara atau sekitar 19,5 persen dari Prabowo. Tapi, di provinsi ini, mesin partai pendukung Jokowi belum sepenuhnya bergerak. Ketua tim kampanye Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengatakan belum semua calon legislator mengkampanyekan pasangan ini. Namun, menurut dia, hasil survei menunjukkan tingkat keterpilihan Jokowi hanya terpaut sekitar 4 persen di bawah Prabowo.
Tiga petinggi partai di koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf mengatakan sebagian dari sembilan partai tak terlalu gencar mengkampanyekan pasangan ini karena tak menerima efek “ekor jas” alias coattail effect dari calon yang diusungnya. Sejumlah lembaga survei menyebutkan pencalonan Jokowi paling berdampak terhadap PDI Perjuangan.
Survei Alvara menunjukkan tingkat keterpilihan PDIP meningkat sekitar 5 persen pada medio Juli-Oktober lalu hingga menjadi hampir 30 persen. Sama dengan elektabilitas Jokowi, partai banteng hanya kalah di wilayah Sumatera. Sedangkan sigi Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan elektabilitas PDIP pada periode Januari-September lalu naik dari 22,2 persen menjadi 24,8 persen.
Adapun partai-partai lain tak mengalami kenaikan signifikan. Bahkan Alvara memperkirakan hanya ada dua partai pendukung Jokowi selain PDIP yang lolos ke parlemen, yaitu Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa. Karena itulah tiga petinggi partai pendukung Jokowi lainnya memilih berfokus pada pemilihan anggota legislatif supaya bisa melampaui ambang batas parlemen sebesar 4 persen suara nasional.
Calon wakil presiden nomor 01, Ma’ruf Amin (kedua dari kiri), dan Bupati Bondowoso Salwa Arifin (kedua dari kanan) saat bersilaturahmi di Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Bondowoso, Jawa Timur. -ANTARA/Seno
Wakil Sekretaris Jenderal Partai NasDem Willy Aditya membenarkan kabar bahwa partainya tak menerima efek “ekor jas” seperti PDIP. Tapi dia mengatakan partainya tetap berkampanye memenangkan Jokowi-Ma’ruf. “Kami mengupayakan berbagai cara, seperti mengerahkan kepala daerah, agar Jokowi bisa menang,” ujarnya. Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia Raja Juli Antoni juga mengklaim tak berhenti berkampanye untuk Jokowi. “Kami tetap berharap ada coattail effect,” katanya.
Tiga petinggi partai pendukung Jokowi-Ma’ruf mengatakan mandeknya kampanye untuk Jokowi juga disebabkan oleh pasokan logistik yang seret. Bukan hanya duit, alat peraga pun belum dibagikan. Ketua tim kampanye Sumatera Barat, Hendra Irwan Rahim, menyebutkan belum mendapat bantuan dari tim pusat. “Kami lebih banyak bekerja sama dengan sukarelawan,” ujarnya.
Ketua tim kampanye Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengakui hal serupa. Bekas Bupati Purwakarta ini mengatakan bantuan yang diterima baru dari pengurus pusat partai beringin. Ketua Golkar Jawa Barat itu menyebutkan dana yang dikirim partainya masih cukup untuk mendanai kampanye. “Bensinnya masih ada. Nanti, kalau habis, diisi lagi,” ucapnya.
Seorang politikus dari partai besar yang membantu memenangkan Jokowi menyebutkan berbagai tim bayangan yang membantu Jokowi pun masih ngos-ngosan mengumpulkan biaya kampanye. Menurut politikus itu, hingga akhir tahun ini baru 30 persen dana kampanye dicairkan. Mulai Januari hingga pemungutan suara 17 April 2019, tim kampanye nasional baru akan jorjoran mendistribusikan logistik.
Ketua Harian Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Moeldoko, mengatakan belum semua daerah mendapat amunisi untuk memenangkan Jokowi. Menurut dia, tim pusat tak mau royal membagikan logistik pada masa awal kampanye. “Ibarat perang, peluru jangan diboroskan di awal,” ujarnya.
PRAMONO, HUSSEIN ABRI DONGORAN, RAYMUNDUS RIKANG, ANDRI EL FARUQI (PADANG)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo