Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH karyawan Grup Media mengenal pria itu sebagai teknisi pendingin ruangan. Ia biasa datang bila ada masalah pada alat pendingin gedung di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Asiong, begitu pria pertengahan 40-an tahun itu dikenal.
Nama aslinya Alfian Sanjaya. Ia lahir dan besar di Jambi. ”Saya ini orang kampung, hanya lulus sekolah menengah pertama,” katanya. Kenyataannya, Asiong bukan orang kampung biasa.
Alfian tercatat sebagai Komisaris PT Vista Bella Pratama, perusahaan pembeli hak tagih (cessie) pemerintah di PT Timor Putra Nasional. Membeli cessie dengan harga Rp 446 miliar dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada 2003, Vista berhak atas piutang senilai hampir Rp 4,5 triliun di perusahaan milik Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto itu.
Kepada Tempo, Alfian mengaku tak tahu apa-apa soal pembelian hak tagih Timor itu. ”Saya dulu cuma disuruh tanda tangan. Setelah itu, enggak tahu apa-apa,” ujarnya. ”Bahkan saya enggak tahu bila Anda tanya: apa itu cessie?”
Menurut sumber Tempo, nama Alfian sebenarnya hanya dipakai untuk kepentingan Surya Paloh, pemilik Grup Media, dalam transaksi hak tagih utang Timor. Ia memang dikenal dekat dengan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar itu. Ia antara lain biasa menyiapkan berbagai hal jika Surya berlibur ke Kaliage, pulau di kawasan Kepulauan Seribu milik sang pengusaha.
Awalnya adalah keputusan Surya Paloh mengikuti tender pembelian piutang Timor, yang dinilai sebagai ”barang bagus”. Politikus Partai Beringin itu meminta Taufik Surya Darma, 43 tahun, juga orang kepercayaannya, membentuk perusahaan guna keperluan ini. Dipakailah Vista Bella, perusahaan yang pada akta awal pendiriannya dibuat untuk perdagangan dan kontraktor umum, yang akhirnya memenangi tender.
Taufik cukup berpengalaman menjalankan bisnis Surya Paloh. Pada 1992, ia memimpin pembangunan Hotel Sheraton Media di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Ia juga berperan penting antara lain dalam pembangunan Hotel Tiara, Medan, dan gedung Metro TV di Jakarta.
Pembangunan Hotel Sheraton juga menjadi awal pertautan Alfian Sanjaya dengan Surya Paloh. Sumber Tempo memastikan, Alfian terlibat dalam pemasangan instalasi listrik, termasuk pemasangan alat penyejuk udara, di hotel bintang lima itu. Sejak itu, ia pelan-pelan masuk lingkaran dekat Surya Paloh, hingga akhirnya diminta menjadi Komisaris Vista Bella.
Alfian tidak menjawab tegas ketika dimintai konfirmasi soal hubungannya dengan Surya Paloh. ”Saya enggak mau banyak berkomentar, takut salah,” katanya. Ketika kemudian ditanyai mengapa bisa menjadi Komisaris Vista Bella, Alfian menjawab, ”Anda tahu sendirilah, zaman sekarang, mana ada yang riil?” Taufik Surya juga menolak menjelaskan kaitan Vista dengan Surya Paloh.
Surya Paloh belum bisa dimintai konfirmasi soal keterkaitannya dengan Vista Bella. Kepada Tempo, yang mengirim faksimile daftar pertanyaan konfirmasi ke kantornya, sekretaris Surya Paloh mengatakan bosnya sedang ke luar negeri. Dalam wawancara sebelumnya dengan Tempo, Presiden Komisaris PT Media Televisi Indonesia itu membantah memiliki kaitan dengan Vista Bella.
Sumber Tempo menuturkan, Komisi Pemberantasan Korupsi, yang terlibat dalam usaha pembatalan transaksi Vista Bella, telah meminta keterangan Taufik dan Alfian, juga seorang anggota staf Surya Paloh yang tahu soal jual-beli itu. Candra M. Hamzah, Wakil Ketua Komisi, membenarkan soal pemanggilan itu. ”Saya lupa siapa saja,” katanya, ”tapi kami memang memanggil berbagai pihak untuk dimintai keterangan.”
Budi Setyarso, Sahala Lumbanraja, Vennie Melyani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo