Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI beranda rumah dinasnya, Rabu sore pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo termenung seorang diri. Wajahnya lesi. Pandangannya terpaku pada rerumputan di pekarangan sampai ia terusik oleh keriuhan dari arah gerbang. Baru ia sadari puluhan wartawan sudah berkumpul di luar pagar rumah di Jalan Suropati Nomor 7, Jakarta, itu.
Hari itu, setelah mendampingi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mencoblos di Kebagusan, Jokowi berencana mengunjungi sejumlah tempat pemungutan suara di Jakarta. Entah kenapa, agenda tersebut dibatalkan. Dari kediaman Megawati di Kebagusan, ia langsung meluncur ke rumah dinasnya.
"Hari ini rakyat sudah menentukan siapa pemenang pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan selanjutnya," kata Jokowi kepada wartawan di gerbang rumahnya. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei pada Rabu sore itu menunjukkan PDI Perjuangan, partai yang mengusungnya sebagai calon presiden, meraup sekitar 19 persen suara, di bawah target partai ini, yakni 27,02 persen.
Kemasygulan Jokowi tumpah malam itu juga. "Saya tidak puas. Harus diakui marketing politiknya kurang mentok," ujarnya sebelum rapat mendadak dengan Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta-juga rumah Megawati. Salah satunya pemasangan iklan partai yang menampilkan dirinya selama empat hari terakhir kampanye. "Yang lain ngiklan sejak lima tahun lalu."
Dengan raihan 19 persen suara, tiket mengikuti pemilihan presiden belum dalam genggaman. PDIP mesti menggandeng partai lain agar melampaui 25 persen suara atau 20 persen kursi di parlemen-setara dengan 112 kursi. Kalaupun dikonversi ke kursi di parlemen, PDIP diprediksi mendapat minimal 105 dan paling banyak 117 kursi. Syarat minimum sebanyak 112 kursi pun belum aman.
Maka, di Teuku Umar sekitar pukul 19.00 itu, Jokowi diajak Megawati mengevaluasi hasil hitung cepat. Megawati kemudian menginstruksikan Jokowi membuka pintu bagi banyak partai. Bila sudah begini, mau tak mau pendamping Jokowi harus calon wakil presiden yang juga bisa mendulang suara. "Supaya perolehan suaranya maksimal," ujar seorang politikus Banteng.
Diserang isu agama pada kampanye pemilihan legislatif juga menjadi pelajaran. Pasangan Jokowi harus bisa menjadi penangkis kampanye hitam itu. Karena itu, menurut politikus tadi, besar kemungkinan pasangan Jokowi berasal dari partai berbasis massa Islam. Dari poros ini, PDIP sudah intens berkomunikasi dengan Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional.
Malam yang sibuk buat Jokowi. Sepulang dari rumah Megawati, ia dijadwalkan tampil live di empat stasiun televisi secara berturut-turut, membicarakan hasil pemilihan umum. Baru rampung talk show di stasiun televisi Indosiar, ia kembali dipanggil Megawati ke Teuku Umar. Agenda bertandang ke tiga stasiun televisi lain dibatalkan.
Tuan rumah menanyakan rencana Jokowi pada pemilihan presiden. Jokowi meminta izin agar tim pemenangan presiden langsung di bawah kendalinya. Jokowi sudah memiliki tim sendiri di luar struktur partai yang beranggotakan, di antaranya, pengamat militer Andi Widjajanto dan aktivis antikorupsi Teten Masduki. Tim ini berkantor di Jalan Cemara 19, Jakarta Pusat.
Pada pemilihan legislatif, tim tersebut bertugas, antara lain, menyesuaikan jadwal Jokowi dengan kampanye partai. Selintas ini mudah. Kenyataannya, koordinasi antara Cemara dan Lenteng Agung-markas PDIP-sering tak mulus. Jokowi berharap, bila kendali di bawah satu atap, persoalan seperti itu tak terulang lagi.
Anton Septian, Widiarsi Agustina, Ananda Teresia
Partai Merah di Ujung Grafik
LSI | SMRC | CSIS-Cyrus | Lingkaran | |
PDIP | 19 | 18,9 | 19,1 | 19,7 |
Golkar | 14,7 | 14,9 | 14,4 | 14,6 |
Gerindra | 12,2 | 11,9 | 11,9 | 11,8 |
Demokrat | 9,9 | 10,1 | 9,6 | 10,4 |
PKB | 8,9 | 9,1 | 9,3 | 9,1 |
PAN | 7,3 | 7,6 | 7,4 | 7,4 |
NasDem | 7 | 6,7 | 6,9 | 6,2 |
PKS | 6,9 | 6,9 | 6,9 | 6,6 |
PPP | 6,4 | 6,3 | 6,6 | 7 |
Hanura | 5,4 | 5,1 | 5,4 | 5,2 |
PBB | 1,6 | 1,4 | 1,6 | 1,3 |
PKPI | 0,9 | 0,9 | 1,1 | 0,9 |
Ambang batas Parlemen 3,5%
Tingkat Partisipasi
186 juta pemilih
200.000 calon anggota badan legislatif
19.699 kursi legislatif
- 560 kursi DPR
- 132 kursi DPD
- 2.112 kursi DPRD provinsi
- 16.895 kursi DPRD kabupaten/kota
Pertumbuhan Suara 2009-2014
Basis Pemilih
Perdesaan | Perkotaan | |
PDIP | 17 | 21 |
Golkar | 15 | 15 |
Gerindra | 12 | 13 |
Demokrat | 11 | 8 |
PKB | 9 | 9 |
PAN | 7 | 7 |
NasDem | 8 | 6 |
PKS | 9 | 9 |
PPP | 7 | 6 |
Hanura | 6 | 5 |
PBB | 1 | 2 |
PKPI | 1 | 1 |
"Suara kami suara petani dan nelayan."
Prabowo Subianto, Ketua Umum Dewan Pembina Gerindra
Iklan Partai Paling Sering Dilihat
TV | Poster | Tim Kampanye | |
Hanura | 22,9 | 4,9 | 2,5 |
Golkar | 18,6 | 15,8 | 8,3 |
Gerindra | 17,3 | 9 | 4,8 |
PDIP | 8,1 | 18,4 | 8,6 |
NasDem | 7,4 | 7,1 | 3,3 |
Demokrat | 6,9 | 9,6 | 4,6 |
PAN | 2,2 | 6,6 | 4,2 |
PKB | 1,8 | 5,5 | 3,5 |
PKS | 1,1 | 4,8 | 3,4 |
PPP | 0,7 | 3,4 | 2,8 |
PBB | 0,2 | 0,6 | 0,7 |
PKPI | 0,1 | 0,9 | 1 |
PDIP Unggul, Gerindra Merata
PDI Perjuangan unggul di 16 provinsi, disusul Golkar. Meski tak memenangi satu pun provinsi, perolehan suara Gerindra cukup merata di hampir semua provinsi sebagai pemenang dengan urutan ketiga. Dibanding pada Pemilihan Umum 2009, Gerindra mencatat pertumbuhan jumlah suara paling besar, hingga 267 persen.
"Koalisi dengan PDI Perjuangan hanya di parlemen, tidak di pemilihan presiden."
Aburizal Bakrie, Ketua Umum Golkar
Sebuah partai bisa mengajukan calon presiden sendiri jika mendapat minimal 112 kursi DPR atau 25 persen perolehan suara nasional.
"Dalam sistem presidensial tak ada konsep koalisi atau oposisi, presiden berkuasa penuh dan semuanya harus bergotong-royong membangun negara."
Joko Widodo, calon presiden PDIP
PDIP No, Jokowi Yes
Meski suara untuk PDI Perjuangan tak cukup membawa Joko Widodo menjadi presiden, pemilih mantap memberikan suaranya untuk Gubernur Jakarta jika pemilihan presiden digelar pada 9 April 2014, dan jika calon presiden hanya ada tiga.
Siapa calon presiden yang akan dipilih?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo