Dari Menara Imperium, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, tim sukses calon presiden dari Partai Golkar Wiranto dan Salahuddin Wahid dikendalikan. Bak sebuah markas besar tentara, di kantor mewah itu bertabur pensiunan para jenderal. Mantan Panglima TNI itu memang mengajak serta bekas kolega dekat dari militer untuk ikut memperkuat skuad tim sukses.
Para mantan serdadu yang menjadi motor penggerak Wiranto antara lain Jenderal (Purn.) Fachrul Razi, sebagai wakil ketua tim sukses. Di urutan penting ketiga duduk Mayjen (Purn.) Affandi sebagai sekretaris. Selain itu ada bekas Pangdam Pattimura Letjen (Purn.) Suaidi Marasabessy, yang menjabat Koordinator Bidang Perencanaan, Konsepsi, dan Evaluasi. "Pengalaman jabatan dan pertemanan sangat penting untuk membangun jaringan," kata Suaidi.
Di jajaran pelaksana juga ada nama Mayjen (Purn.) Tulus Sihombing sebagai Direktur Informasi, Organisasi Gabungan, dan Kepala Bagian Kontra-Isu. Bintang dua yang lain adalah Mayjen Sonny Soemarsono sebagai Wakil Kepala Hubungan Kelembagaan. Juga mereka yang mengkoordinasi daerah, antara lain Mayjen (Purn.) Soentoro, serta mantan Kapolda Metro Jaya Nurfaizi untuk Jawa Tengah. Sedangkan wilayah Aceh dikomandani Laksamana Pertama (Purn.) Afwan Madani dan Mayjen (Purn.) Nasution.
Sebanding dengan kubu Wiranto, pesaingnya dari militer lainnya, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, juga menggandeng delapan jenderal. Mantan Menteri Pertahanan, Jenderal (Purn.) Edy Sudrajat tampil dengan memboyong partainya, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Ada juga Panglima TNI di era Presiden Abdurrahman Wahid, Laksamana (Purn.) Widodo A.S.
Selain dibekingi oleh dua jenderal penuh, masih di jajaran dewan pengarah ada Mayjen (Purn.) Evert Erenst Mangindaan yang mantan Komando Daerah Militer VII Trikora dan Gubernur Sulawesi Utara. Juga turut serta, senior SBY di jajaran Sosial Politik, Mayjen Ma'aruf. Turut pula Mayjen (Purn.) Syamsoedin, mantan Pangdam Iskandar Muda Mayjen Djali Yusuf, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Marsekal Pertama (Purn.) Suratto Siswodihardjo.
Dari calon presiden sipil pun, ada juga nama tim sukses yang berasal dari militer. Pasangan Hamzah Haz dan Agum Gumelar nomor tiga terbanyak mengikutsertakan mantan tentara. Mereka yang terlibat dalam tim sukses antara lain Sekjen Partai Persatuan Pembangunan Letjen Yunus Yosfiah. Sedangkan mantan Kepala Pusat Penerangan ABRI, Brigjen (Purn.) Abdul Wahab Mokodongan, duduk sebagai wakil ketua tim kampanye.
PDI Perjuangan, yang mengusung pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi, menyertakan Mayjen (Purn.) Theo Syafei, mantan Pangdam Udayana. Namun, seperti dikatakan oleh sekretaris tim sukses Mega-Hasyim, Heri Akhmadi, keberadaan Theo tak lebih karena posisinya sebagai ketua partai dan ketua pemenangan pemilu. "Cuma satu, tak ada yang lain," ujar mantan Ketua Dewan Mahasiswa ITB Bandung itu.
Amien Rais, yang pernah menjadi lokomotif reformasi pun, punya mantan jenderal. Dialah Mayjen (Purn.) Suwarno Adiwijoyo, yang pernah menjabat Asisten Politik Kasospol ABRI. Suwarno sebelumnya adalah Ketua DPP Partai Amanat Nasional pimpinan Amien.
Dilihat komposisinya, para bintang yang menjadi tim sukses ini memiliki latar belakang sosial politik serta teritorial. Kelompok jenderal inilah yang memang memiliki jaringan dengan masyarakat di pelbagai daerah. Namun, apakah para jenderal itu bisa menjamin terdongkraknya suara para kandidat? Menurut pengamat militer dari CSIS, J. Kristiadi, tak ada korelasi antara mantan tentara dan perolehan suara.
Namun Kristiadi mengingatkan, keberadaan politisi asal militer itu adalah bentuk inferioritas politisi sipil. "Bayangkan, ada tentara yang baru masuk partai langsung menjabat sekretaris jenderal. Padahal kader partai harus mengantre lama," katanya. Menurut Kristiadi, lemahnya kepemimpinan sipil juga dipengaruhi gaya kepemimpinan sipil yang tak mendemokratiskan partainya. "Ini akibat pembonsaian selama Orde Baru," katanya.
Edy Budiyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini