Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lukisan Bak Truk Tak Pernah Mati

30 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ZAMAN boleh berubah, teknologi boleh makin canggih, tapi lukisan pada bak truk, lengkap dengan kalimat-kalimat khas, tetap hidup. Ungkapannya pun masih menggelitik meski masa berubah. Sementara dulu kita biasa melihat tulisan seperti ”Kutunggu Jandamu”, ”Tabah Menanti”, atau ”Seberat-berat Rindumu, Masih Berat Muatanku”, dan yang nakal ”Sopir Bercinta, Kenek Menderita”, kini bisa kita baca yang berbahasa Inggris: ”Alone By Must” atau ”The Man Cool Are You Sir Call”. Maksudnya ”alon bae mas” (pelan saja mas) dan ”temanku ayu sekali”.

Para senimannya pun terus hidup dengan kreativitas yang tak pernah habis. Menurut Maitis Manto, yang sudah 14 tahun menjadi pelukis bak truk, para seniman lukis bak tak ketinggalan teknologi. Mereka bisa menguasai teknik menggunakan kuas hingga airbrush, yang bisa menghasilkan pigmen kuat tahan sinar ultraviolet.

Memang yang menjadi tren belakangan ini adalah melukis bak truk dengan airbrush. ”Meski bak sering dicuci dan kepanasan, lukisan tak pudar,” ujar seniman yang rumahnya juga dijadikan studio di pinggir jalur utama pantai utara Jawa sekitar Alas Roban, Batang, Jawa Tengah, ini. Kalau si sopir meminta truknya digambar dengan cat biasa, itu artinya dia kurang biaya.

Dari segi materi gambar, Maitis mengaku senang dengan berkurangnya tren gambar perempuan seksi dengan tulisan ”mengundang”, yang sempat dominan. Perkembangannya kini adalah variasi lukisan ala moy indie—menggambarkan Indonesia molek dengan keindahan alam—gambar tokoh, satwa, otomotif, dan tokoh-tokoh animasi.

Tren gambar tokoh juga bergeser. Sementara dulu yang laris adalah Sukarno, Iwan Fals, Rambo, dan Che Guevara, belakangan beralih ke tokoh yang pop, seperti Luna Maya, Cristiano Ronaldo, serta pembalap Valentino Rossi dan Michael Schumacher. ”Sekarang bahkan tokoh animasi, seperti Ipin-Upin, Spongebob, Avatar, Samurai X, dan Final Fantasy, juga laris,” ujarnya Jumat dua pekan silam. Gambar tokoh ada juga yang dipelesetkan, misalkan Ora Sama bin Lain dari Usamah bin Ladin.

Seniman bak truk lainnya, Nur Iman, 41 tahun, biasa melukis obyek masa kini. Ditemui pada Sabtu dua pekan lalu di Losari, Cirebon, Jawa Barat, dia sedang menuntaskan pesanan menggambar Moto GP di sisi samping bak truk dan gambar anak di belakang. ”Anaknya pemilik truk,” kata Iman, yang sebelumnya bekerja di perusahaan pembuat poster film di Jakarta.

Sedangkan gambar wanita seksi, meski peminatnya tak seramai dulu, tetap saja ada yang memesannya. Pelukis Agus Muryanto, 42 tahun, pun menuruti permintaan meski tak sesuai dengan minatnya. ”Kalau memaksakan kehendak, tidak laku,” kata jebolan komunitas lukis kanvas di Bandung itu. Agus bisa melukis penguasa Irak, Saddam Hussein. Namun, karena pesanan, dari tangannya lahir juga gambar wanita bahenol Gadis Pantura atau Bintang Saritem.

Menggambar pada bak truk bukan monopoli pelukis di sepanjang jalur Pantura. Sholahuddien alias Pay, 32 tahun, pemilik studio Pay Airgrafix di Jakarta Timur pernah mempraktekkannya. ”Untuk lucu-lucuan,” kata seniman airbrush itu. Dia masih ingat saat diminta melukis gambar wanita dengan posisi rebahan dengan tulisan Janda Kembang.

Meski sering dicap kampungan, gambar-gambar pada bak truk tetap disebut pameran seni di jalan. Upaya mengangkatnya pernah dilakukan Wibowo Adi Utama, pelukis realis dari Yogyakarta, dalam pameran yang digagas Byar Creative Industry—organisasi pengkajian ilmu seni berbasis anak muda di Semarang—dua tahun lalu. ”Umumnya norak, lucu, naif, mesum, liar, ndeso bahkan wagu, tapi jujur dan unik,” tulis Wibowo. Saat itu lukisan dua jari berbentuk wanita telanjang dalam lingkaran lambang hati, berikut tulisan Dua Istri Lebih Baik, pun jadi lebih nyeni.

Harun Mahbub, Sohirin (Semarang), Ivansyah (Cirebon)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus