Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Perahu-perahu Memori Purba

Perahu adalah motif yang sering muncul dalam lukisan gua prasejarah di Nusantara. Seperti apa motif-motif gambar perahu purba itu?

4 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Figur perahu banyak ditemukan sebagai obyek lukisan cadas di gua Nusantara.

  • Ragam motif gambar perahu menunjukkan peruntukan dan kondisi wilayah.

  • Motif gambar perahu banyak ditemukan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

PERAHU adalah motif yang juga sering muncul dalam lukisan gua prasejarah kita, termasuk di Maros, Sulawesi Selatan. Hal itu disampaikan peneliti lukisan cadas yang juga kandidat doktor di Griffith University, Adhi Agus Oktaviana, dalam Borobudur Writers & Cultural Festival. Motif perahu di Indonesia, menurut dia, banyak ditemukan secara variatif di gua-gua Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku. “Kalau dari data saya, total ada 362 gambar motif perahu di 48 kawasan Nusantara,” katanya kepada Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari data yang dimilikinya, Adhi melihat ada dua tipe perahu yang digambar di dinding gua, yakni yang memakai layar ataupun tidak menggunakan layar. Tipe atau motif gambar perahu itu diduga Adhi bergantung pada letak wilayah gua dan kebutuhan transportasi di wilayah tersebut. “Si penggambar melukis dalam konteks geografisnya,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah atribut perahu dapat dikenali, menurut Adhi, dari dayung, layar, tiang layar, sampai kemudi. Di sejumlah lukisan cadas, muncul figur manusia. Ada yang digambarkan berdiri di haluan, lambung, juga buritan. Kadang citraan manusia dilukiskan sedang mendayung. Jumlah manusianya bervariasi. Ada yang sendiri, ada yang digambarkan berkelompok.

Dari 362 motif perahu yang dicatatnya, Adhi melihat terdapat tiga situs yang mempunyai karakter motif perahu penting, yakni situs Tebing Ambe, Kabupaten Maros; situs Gua Ladori, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara; dan situs Leang Kalibu, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Di situs Tebing Ambe terdapat gambar perahu bermotif lesung. Motif perahu di situs ini diperkirakan menjadi refleksi kedatangan penduduk awal di kawasan Maros. Dari 65 obyek gambar cadas yang ditemukan di sana, 17 di antaranya bermotif perahu. “Warna yang digunakan merah dan hitam. Namun sebagian gambar warna merah mulai rusak terkelupas,” tutur Adhi. Selain terdapat gambar perahu lesung, di situs ini ada gambar perahu berlinggi dengan hiasan di ujung-ujung haluannya. Yang menarik, salah satu perahu digambar dengan satu sosok manusia sedang mendayung sambil berdiri.

Gambar figur manusia sedang mendayung berdiri di Gua Ris Atot, Pulau Arguni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Adhi Agus Oktaviana

Adapun gambar perahu di Gua Ladori berupa perahu bercadik yang digambar dengan pigmen warna hitam. Dari 222 gambar cadas di situs ini, 104 di antaranya figur perahu. Adhi menjelaskan, gambar perahu di situs ini menarik karena disertai bentuk kelompok penumpang yang diperkirakan berjumlah 10 orang. Posisi gambar ini berada di ketinggian 112 sentimeter dari permukaan lantai gua dengan ukuran 72 x 30 sentimeter.

Sementara itu, di situs Leang Kalibu, ruang gua purba yang sempit dihiasi motif perahu dua dek. Gambar itu baru bisa diakses dengan posisi sedikit menunduk ataupun telentang. Di Leang Kalibu, ada empat gambar perahu dari keseluruhan 30 obyek imaji cadas di sana. Sebagian gambar itu masih terlihat jelas dengan warna kecokelatan. Pada salah satu obyek, perahu tergambar dikemudikan dengan berdiri. Adapun di sekitar perahu terlihat figur-figur mirip manusia yang sedang menaiki obyek mirip hewan. Sementara itu, di bagian lain gua tersebut terlihat gambar perahu dua dek yang lebih besar dengan jumlah penumpang lebih banyak. Sebagian figur itu terlihat membawa senjata.

Motif-motif itu menunjukkan teknologi pelayaran di Indonesia sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Mengutip penelitian Mahdi (2018), Adhi menjelaskan perkembangan perahu dari yang sederhana sampai tingkat yang lebih kompleks, dari perahu rakit atau lesung hingga perahu yang memiliki tiang layar, di Nusantara telah lama berkembang sejak periode prasejarah. Dari pengamatannya terhadap gambar perahu di sejumlah gua, Adhi mengungkapkan ada tujuh cara menggerakkan perahu.

Cara itu, antara lain, mendayung sambil duduk (motif perahu di Gua Pominsa, Muna) dan mendayung sambil berdiri (motif perahu di Leang Bulu’ Sipong 1, Maros, dan Ceruk Risatot, Papua). Ada beberapa motif perahu, yakni perahu dengan tambahan linggi (Gua Metanduno, Gua Pominsa); perahu dengan satu tiang layar (Gua Metanduno, Gua Kabori, Gua Pominsa); perahu dengan dua atau lebih tiang layar (Gua Metanduno); perahu dengan kombinasi tiang layar dan kemudi tunggal (Gua Kabori); serta perahu dengan kombinasi tiang layar dan kemudi ganda (Gua Kabori).

Temuan motif perahu dan cara menggerakkannya, menurut Adhi, cocok dengan tradisi masyarakat setempat. Bahkan masih ada yang menggunakannya sampai sekarang. “Cara menggerakkan perahu dengan orang-orang yang berdiri memegang dayung ini masih dilakukan sejumlah etnis Papua sampai sekarang,” ujar Adhi, yang mencatatkan 50 persen temuannya dari riset langsung ke lapangan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus