Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBULAN terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rajin menonton televisi. Yang ia pelototi adalah sidang Panitia Khusus Bank Century yang disiarkan langsung televisi swasta nasional. Kalau tak sempat siang, malam setelah bertugas ia menonton video rekaman yang telah disiapkan para anggota staf. ”Informasi di-update, pagi dan malam,” kata staf khusus kepresidenan bidang komunikasi politik, Daniel Sparringa. ”Setelah itu biasanya Presiden berberdiskusi dengan para anggota staf untuk menganalisis hal-hal yang mungkin akan muncul.”
Presiden juga makin sering bicara tentang bailout Bank Century dan pemakzulan. Sebelumnya, tema-tema ini dia hindari. ”Hampir semua negara melakukan bailout, semua menjaga growth, mencegah pengangguran, meski tak semuanya berhasil,” katanya saat membuka seminar dan pameran Feed the World di Jakarta Convention Center, Senayan, Jumat pekan lalu. Kepada ratusan pengusaha lokal yang berkumpul di tempat itu, Presiden menyinggung pentingnya stabilitas politik. ”Ada pihak yang mengganggu agar kita tidak bisa bekerja dengan baik,” katanya.
Empat hari sebelumnya di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Cilangkap, Jakarta, Yudhoyono juga bicara tentang stabilitas. Dia menegaskan, meski suhu politik memanas, penyelenggara negara harus tetap bertugas. Menurut dia, itulah inti kesepakatan pimpinan lembaga negara yang bertemu di Istana Bogor akhir Januari lalu. Di Cilangkap, Yudhoyono ditemani beberapa menteri, termasuk Sri Mulyani Indrawati—Menteri Keuangan yang kini sedang dibidik Panitia Khusus Century.
Staf khusus kepresidenan bidang hukum, Denny Indrayana, mengatakan bahwa Yudhoyono khawatir masyarakat tidak mendapatkan informasi yang benar menyangkut isu-isu terakhir, termasuk tentang pemakzulan. Soal menjatuhkan Presiden, menurut Denny, ada kesan seolah-olah itu masalah sederhana. Padahal itu tidak mudah dan ada mekanismenya dalam UUD 1945. ”Inilah yang ingin dijelaskan Presiden.”
Isu pemakzulan memang menggelisahkan Yudhoyono. Menurut Daniel Sparringa, ”Ketika di media massa ada orang mengatakan impeachment adalah buah dari Panitia Khusus, Presiden terkejut.” Itulah sebabnya, menurut Daniel, Presiden memutuskan untuk bicara. Kebetulan ada silaturahmi antarpimpinan lembaga negara di Istana Bogor.
Di Bogor para pemimpin lembaga menyepakati bahwa dalam sistem presidensial tak ada mosi tidak percaya yang bisa menjatuhkan kabinet. Presiden dan wakil presiden hanya bisa dimakzulkan kalau melakukan pelanggaran hukum berat, korupsi, atau tidak sanggup lagi memimpin.
Philipus Parera, Wahyu Dhyatmika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo