ADA sebuah cerita duka yang terjadi bagaikan diilhami tema serial mini horor di TVRI, Friday the Thirteen. Peristiwanya hari Jumat, 13 Agustus lampau. Sersan Satu Mochtar, 28 tahun, dan Sersan Kepala H. Tampubolon meluncur dari Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan mobil patroli lalu lintas ke arah Pematangsiantar. Di Kelurahan Lubuk Baru, mereka berhenti dekat tanah lapang. Penduduk sedang pesta 17-an. Acaranya tarik tambang. Tatkala polisi itu mengatur lalu lintas, dari arah Tebingtinggi meluncur sebuah sepeda motor sport dengan kecepatan tinggi. Dikemudikan Antoni, 20 tahun, yang memboncengkan Elly Nurhayati, 19 tahun. Mereka tak pakai helm. Mochtar berusaha menyetop. Tapi mereka tancap gas. Menurut saksi mata, Mochtar lalu melempar dengan helm yang ada di tangannya. Kena. Sepeda motor itu oleng, dan menyerempet Nurjannah, 22 tahun, yang berdiri di tepi jalan. Sepeda motor menyerumbu tembok trotoar. Kedua remaja itu terjungkal mencium aspal. Sepeda motornya salto tiga kali, lalu terjun ke arah Deni Arifin, 13 tahun. Kaki kiri Deni lecet, tapi sepeda mininya hancur tertimpa. Kedua pengendara motor tadi tewas saat itu juga. Antoni anak H. Suhaemi, administrator kebun, dan Elly putri bungsu Letnan Kolonel A. Hadori, Ketua Golkar Kota Madya Tebingtinggi. Antoni sedang mudik, libur kuliah di Universitas Trisakti, Jakarta. Elly temannya semasa SMA. Mochtar membawa kedua jenazah dan korban luka ke rumah sakit. Di kursi depan duduk Deni dan kakak iparnya, Nursiah, 33 tahun. Di bak belakang Kijang itu, selain kedua mayat, ada Nurjannah, yang luka parah, dan Rajiman Sinaga penarik becak yang membantu menggotong jenazah. Mochtar memegang setir. Tiba di pertigaan Jalan Dr. Hamka, ia gugup karena mengelakkan mobil dari sebuah sepeda motor. Mobil ini terguling di sebelah Stadion Tebingtinggi, 400 meter dari rumah Antoni. Kedua mayat tadi terlempar ke luar. Nurjannah terimpit bak mobil. Juga Rajiman. Deni tambah luka lagi. Kakak iparnya tewas. Sementara itu, Mochtar luka ringan. Satu jam di rumah sakit, Rajiman pun menyusul Nursiah. Empat nyawa beruntun melayang di hari sial itu. ''Biar polisi saja yang mengurus persoalan ini,'' kata Suhaimi. Ia tak berniat menuntut Mochtar. Musibah ini juga diterima dengan tabah oleh keluarga A. Hadori, serta keluarga Rajiman, dan keluarga Nursiah. ''Mochtar harus ditindak,'' ujar Letnan Kolonel Sri Soegiarto kepada Munawar Chalil dari TEMPO. Soegiarto baru sebulan menjadi Kapolres Deli Serdang. Mochtar yang bujangan itu kini ditahan dalam sel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini