BOLEH berpikir sejengkal dari pusar. Cuma jangan gusar sampai bebek dikirim ke DPRD Kabupaten 50 Kota di Sumatera Barat. Kejadiannya begini. Desa miskin di Mahat, Kecamatan Suliki sekitar 50 km dari Payakumbuh merupakan proyek pengembangan kawasan terpadu. Mereka mendapat bantuan Inpres Desa Tertinggal, Rp 297 juta. Tujuannya adalah pengadaan bebek, kambing, dan sapi. Bebek itu dibagikan kepada 1.600 petani, masing-masing 20 ekor plus Rp 20 ribu jatah makanan dua bulan. Tapi, sudah dua bulan lebih, itik tadi tidak juga mahajankan telur. Bebek itu tua semua. Telapak kakinya tebal dan kupingnya tertutup. Budek. Petani resah. Keluhan itu disampaikan kepada Syafri Ripin, anggota DPRD 50 Kota, yang ke sana. Mereka mendesak agar semua bebek itu diperagakan kepada Ketua DPRD dan Bupati. Wah. Untuk sampai ke mobil, orang harus jalan kaki mendaki bukit selama 8 jam. Akhirnya, dipakai sistem delegasi. Satu ekor. ''Satu saja cukup mewakili. Sudahlah tua, pekak pula,'' ujar Syafri Ripin di depan pleno tanggapan umum terhadap penjelasan APBD Kabupaten 50 Kota. Bagi yang kurang yakin, Syafri mempersilakan melihat sendiri. Bebek itu parkir di rumah penjaga gedung DPRD. ''Saya tidak rela petani dipermainkan. Semua itik itu harus diganti. Dari mana uangnya bukan urusan saya,'' ujar Aziz Haili. Menurut Bupati 50 Kota itu kepada Fakhrul Rasyid dari TEMPO, pengadaan itik itu ketika ia dan Kepala Dinas Peternakan, Kahar Sawali, sedang naik haji. Kini kejaksaan di sana siap mengusut kasus ini ke lapangan. Jadi, itik-delegasi-tunggal tadi belum boleh meninggalkan kompleks DPRD. Di pasar, harga itik usia 4 tahun Rp 1.500 per ekor. Tapi dalam proyek dicantumkan usia maksimal 68 bulan, dan harganya Rp 8.000 seekor. Itik maurak (tua) itu bisa gol adalah berkat make-up yang piawai. Sepintas tampak muda. Sayapnya dipangkas. Namun, itik yang tak kena diajak bohong itu ngomong dengan tubuhnya yang renta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini