Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Maling Kolor Cewek, Bak-Buk…

14 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERAPA harga dua kutang dan empat lembar celana dalam? Jika pertanyaan itu dilemparkan ke Johan Manurung, muka bisa babak-belur, kepala benjol-benjol, tangan dan kaki memar. Plus sel dingin ruang tahanan polisi. Lo?

Begitulah nasib yang harus diterima Johan. Gara-garanya, pemuda berusia 24 tahun ini mengutil pakaian dalam dari jemuran milik Indriani Tobing, 23 tahun, Kamis pekan lalu. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul dua dini hari di Perumnas II Bekasi. Dengan melompati pagar besi setinggi satu meter, Johan menggasak pakaian dalam, lalu memasukkannya ke bajunya. Saat hendak kabur, seorang warga memergokinya. Johan langsung merunduk di balik pagar. Warga yang curiga langsung meneriakinya maling. Dini hari itu, warga beramai-ramai keluar rumah dan langsung mengepungnya. Dengan mudah, warga meringkus Johan dan menemukan kutang dan celana dalam di balik bajunya.

Dasar sudah terdesak, Johan membuat alasan sekenanya. "Saya lagi nyari pakaian saya yang hilang," ujarnya dengan mulut berbau alkohol. Tentu saja alasan itu tidak masuk akal. Tanpa dikomando, bogem belasan warga mendarat di sekujur tubuhnya. Setelah puas, warga baru menyerahkan Johan, yang sehari-hari berjualan minuman di depan Mal Metropolitan Bekasi, ke kantor polisi.

Kepada polisi, Johan mengakui perbuatannya. Bahkan dia mengiyakan telah beberapa kali mencuri pakaian dalam wanita. Belum diketahui, apakah barang-barang pribadi wanita itu hendak dijualnya atau memang untuk dikoleksinya. "Kita akan memeriksa kejiwaan pelaku juga," kata polisi.

Mari Ber-KB, Meong, Meong…

SUKSES Indonesia menjalankan program Keluarga Berencana sudah diakui dunia. Kini, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, membuat "rekor" baru dalam program serupa. Bedanya, kali ini bukan untuk manusia, melainkan buat kucing-kucing liar di lingkungan rumah sakit itu. "Saat ini saya memimpin 5.300 populasi. Yang 5.000 manusia, sisanya kucing," kata Direktur RSUD dr. Soetomo, Dr. Slamet Riyadi Yuwono.

Akibatnya, 300-an kucing dengan leluasa berkeliaran di sal-sal dan lorong-lorong RSUD. Bahkan jatah makan pasien pun sering mereka embat. Para dokter khawatir si meong bisa menjadi penyebar penyakit. "Jangan sampai ada pasien yang semula dirawat karena tipus kemudian malah kena toxoplasma (racun bawaan hewan peliharaan)," kata Slamet.

Mau membinasakan kucing itu, Slamet takut kualat. Sebab, konon kucing termasuk hewan kesayangan Nabi. Belum lagi nanti bisa muncul hujatan dari para penyayang binatang. Pimpinan rumah sakit pernah menggelar sayembara, yang bisa menangkap dan membuang kucing dari rumah sakit akan diberi hadiah Rp 5.000. Ternyata upaya ini gagal menurunkan populasi kucing.

Untuk menekan membengkaknya jumlah kucing, pimpinan RSUD mengundang tim dari Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Mereka diminta memandulkan semua kucing di rumah sakit itu. Korban pertama, 18 ekor kucing, dioperasi Sabtu dua pekan lalu. Targetnya, setiap akhir pekan 20 ekor kucing harus dimandulkan. "Kucing-kucing ini tetap bisa menyalurkan hasrat seksual, hanya tidak bisa melakukan fungsi reproduksinya," kata ketua panitia "sunat massal", drh. I Komang Wiarsa.

Untungnya, persetujuan datang dari Steve Winanda, aktivis sosial dari Rotary Surabaya yang menyaksikan aksi pemandulan kucing itu. "Saya lihat prosesnya sudah manusiawi (mungkin maksudnya hewani). Tidak ada teriakan atau isi perut yang keluar. Ia seperti tertidur dalam mimpi," kata Steve.

Mungkin sedang memimpikan "hidup enak tanpa tanggung jawab".

Agung Rulianto, Agus Raharjo (Surabaya), Siswanto (Bekasi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus