Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Malioboro, Wajah Terbelah Empat

Sayembara disain tata ruang kawasan Malioboro. Sayembara ini bermaksud mencari upaya pembenahan di kawasan Jl. Malioboro. kelompok padi fak. teknik arsitektur UGM memenangkan sayembara ini.

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMUA kendaraan bermotor akan dilarang melewati Malioboro, jalan terpenting di Kota Yogya. Di sana hanya akan terlihat becak, andong, sepeda dan pejalan kaki. Para pejalan kaki ini kelak akan dipayungi pohon-pohon yang merindangi sepanjang jalan itu. Tapi semua itu baru terdapat dalam gagasan Kelompok Padi yang memenangkan sayembara Disain Tata Ruang Malioboro. Sayembara yang hasilnya diumumkan 2 Desember lalu, bermaksud mencari upaya pembenahan kawasan jalan kebanggaan warga Yogya itu dan sekaligus mendekatkannya pada bentuknya yang semula. Kawasan Malioboro adalah mulai dari Tugu di utara sampai Kraton Yogya di selatan. Untuk itu, menurut konsep Kelompok Padi dari Fak. Teknik Arsitektur UGM, kawasan Malioboro hendaklah dibedah 4: wilayah Alun-alun, Kraton dan sekitarnya, wilayah untuk hiburan tradisional, daerah pertokoan dan daerah hiburan nontradisional dari Jalan P.L Mangkubumi sampai Tugu. Di wilayah pertama, bangunan-bangunan antik berarsitektur Jawa tetap dipertahankan. Di wilayah hiburan tradisional (sepanjang Jalan A. Yani) yang sudah terdapat bekas benteng Vredenburg tetap bergaya kolonial. Untuk wilayah pertokoan (Malioboro sekarang) bangunan bergaya ina seperti umumnya sekarang terlihat di sana, dibiarkan. Sedang pada wilayah hiburan nontradisional (seperti bioskop) diizinkan bagi bangunan-bangunan bergaya modern. Bila gagasan itu dilaksanakan, berarti pelebaran jalan dan penggusuran penduduk tak dapat dihindari. Sebab untuk kendaraan bermotor harus dibuat jalan lingkar sekaligus tempat parkir di belakang kompleks pertokoan. Tapi tak kalah penting dari itu, beberapa bangunan yang ada sekarang tapi tak sesuai dengan konsep itu, harus dibongkar untuk diganti dengan bangunan yang sesuai dengan wilayahnya. Maka, misalnya, Kantor Kodim 096, kantor Kanwil Depsos, kantor Kanwil Pertanian, Laboratorium Penyakit Paru-paru yang ada di wilayah pertokoan (Malioboro sekarang) harus angkat kaki. Tinggal Rencana? Para pedagang kaki lima yang sekarang berjejal di sepanjang trotoar akan dipindahkan ke sepanjang jalan antara lapangan parkir dan muara Malioboro. Dengan begitu hamparan mereka tak akan menggoda kesibukan di Jalan Malioboro itu sendiri. Tapi pembenahan jantung Kota Gudeg itu akan berarti pula tertelannya biaya yang tak sedikit. "Jika konsep Kelompok Padi diterapkan, perlu biaya Rp 2 milyar, di luar ganti rugi bagi penduduk," kata Hari Dendi selaku koordinator Kelompok Padi. Tapi perkiraan biaya itu sudah mencakup pembuatan tempat-tempat duduk sebagai tempat istirahat para pejalan kaki di sepanjang jalan itu. Walikota Yogya, Sugiarto, memang tak hendak menerapkan konsep pemenang sayembara itu secara utuh. "Nanti akan dirumuskan lagi, konsep mereka yang tak menang juga akan dipakai," kata Sugiarto. Sayembara yang diadakan Pemda DIY bersama Ditjen Cipta Karya PU itu dimulai pertengahan Oktober 1981, diikuti 14 kelompok peserta, semua dari Yogya. Pemenang kedua adalah Kelompok Deru dari Fak Teknik UII Yogya dan pemenang ketiga Kelompok Sanggareng dari Fak. Teknik Sipil UGM. Karena semua kelompok peserta berada di Yogya, konsep mereka tak jauh berbeda. Para pemenang umumnya mempunyai kelebihan variasi dalam konsep-itu pun dengan berbagai alternatif untuk dipilih si pemesan sayembara. Dengan kata lain, pembenahan kawasan Malioboro memerlukan jalan panjang. Tapi mungkin tak sepanjang gagasan pembuatan jalan lingkar dan pembangunan rel di bawah tanah yang sudah direncanakan sejak belasan tahun lalu-dan belum terlaksana hingga sekarang. Karena khawatir konsep pembenahan Malioboro akan mengalami nasib seperti kedua proyek itu, 2 Desember lalu Sultan Hamengkubuwono IX sampai berkata agak pedas. "Saya sudah memberi persetujuan, tetapi rencana itu tetap rencana," kata Sultan. Barangkali karena itu, Walikota Yogya, Sugiarto, cepat-cepat berkata kepada TEMPO, "pembenahan Malioboro akan dimulai triwulan pertama 1982."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus