SATU-SATUNYA perusahaan bis swasta yang diizinkan mengoperasikan
bis Patas di Jakarta adalah PT Mayasari Bhakti. Perusahaan ini
menolak untuk diambil-alih dan karena itu pula penggajian
karyawannya benar-benar sistem swasta. Armadanya sekarang
berkekuatan 320 bis, 80% aktif bcroperasi, 20% sedang servis
atau sedang dalam urusan. Menurut direktur umum perusahaan itu,
A. Sutisna, tiap bis di perusahaannya bisa diservis 12 hari
sekali. "Itu kunci sukses kami, bis tidak mogok," kata Sutisna,
40 tahun.
Tapi tentu bukan itu saja. Mayasari punya 2 lokasi pool, Klender
dan Cililitan, masing-masing bisa menampung 220 dan 100 bis
lengkap denan kantor, masjid, mes karyawan, bengkel dan tempat
cuci. Bis dicuci tiap hari, diservis teratur, dan jarang yang
ringsek.
Di samping itu kondisi kerja para karyawan diperhatikan. Gaji
sopir (600 orang) Rp 70.000, kondektur dan montir Rp 35.000 per
bulan. Uang perangsang antara Rp 5000 s/d Rp 15. 000, THR Rp
8.000. Sejak 1975, semua karyawan yang berjumlah 2000 orang itu
terdaftar sebagai pemegang polis PT Asuransi Buana Putra, berupa
asuransi kecelakaan dan asuransi jiwa.
Jam kerja tiap karyawan enam setengah jam dalam sehari, 25 hari
dalam sebulan. Sistem target atau setoran tidak ada. Yang
dihitung cuma jumlah pendapatan per hari, rata-rata. Kebiasaan
mengangkut penumpang tanpa karcis, diakui Sutisna sulit
dikontrol dan karena itu "dimaklumi." Sampai sekarang tidak ada
karyawan yang mengeluh karena tidak "berstatus pegawai negeri".
Sebaliknya mereka sadar, penghasilannya pasti lebih besar dari
pegawai negeri".
Bermula pada perusahaan angkutan antar-kota di Ja-Bar, tahun '69
Mayasari Bhakti hijrah ke Jakarta. Dari 1970-1976 berturut-turut
memperoleh kredit bis dari DKI sebanyak 135 buah, dilengkapi
kredit Bapindo 135 buah. Terakhir kredit bis Patas diperoleh
November silam, 25 buah. Sutisna mengakui lebih enak mengelola
Patas karena "sistem karcis murni betul-betul berjalan dan bis
juga lebih awet."
"Kami merencanakan pengembangan armada untuk tahun depan," kata
Sutisna optimistis. Tapi pengusaha angkutan yang 100% pribumi
ini mengakui, tarif Rp 50 jauh dekat itu "enaknya nggak ada".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini