Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Tetap Bertahan

Bis Mayasari Bhakti, satu-satunya perusahaan bis swasta yang diizinkan mengoperasikan bis patas. Menolak diambil alih pemerintah.

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU-SATUNYA perusahaan bis swasta yang diizinkan mengoperasikan bis Patas di Jakarta adalah PT Mayasari Bhakti. Perusahaan ini menolak untuk diambil-alih dan karena itu pula penggajian karyawannya benar-benar sistem swasta. Armadanya sekarang berkekuatan 320 bis, 80% aktif bcroperasi, 20% sedang servis atau sedang dalam urusan. Menurut direktur umum perusahaan itu, A. Sutisna, tiap bis di perusahaannya bisa diservis 12 hari sekali. "Itu kunci sukses kami, bis tidak mogok," kata Sutisna, 40 tahun. Tapi tentu bukan itu saja. Mayasari punya 2 lokasi pool, Klender dan Cililitan, masing-masing bisa menampung 220 dan 100 bis lengkap denan kantor, masjid, mes karyawan, bengkel dan tempat cuci. Bis dicuci tiap hari, diservis teratur, dan jarang yang ringsek. Di samping itu kondisi kerja para karyawan diperhatikan. Gaji sopir (600 orang) Rp 70.000, kondektur dan montir Rp 35.000 per bulan. Uang perangsang antara Rp 5000 s/d Rp 15. 000, THR Rp 8.000. Sejak 1975, semua karyawan yang berjumlah 2000 orang itu terdaftar sebagai pemegang polis PT Asuransi Buana Putra, berupa asuransi kecelakaan dan asuransi jiwa. Jam kerja tiap karyawan enam setengah jam dalam sehari, 25 hari dalam sebulan. Sistem target atau setoran tidak ada. Yang dihitung cuma jumlah pendapatan per hari, rata-rata. Kebiasaan mengangkut penumpang tanpa karcis, diakui Sutisna sulit dikontrol dan karena itu "dimaklumi." Sampai sekarang tidak ada karyawan yang mengeluh karena tidak "berstatus pegawai negeri". Sebaliknya mereka sadar, penghasilannya pasti lebih besar dari pegawai negeri". Bermula pada perusahaan angkutan antar-kota di Ja-Bar, tahun '69 Mayasari Bhakti hijrah ke Jakarta. Dari 1970-1976 berturut-turut memperoleh kredit bis dari DKI sebanyak 135 buah, dilengkapi kredit Bapindo 135 buah. Terakhir kredit bis Patas diperoleh November silam, 25 buah. Sutisna mengakui lebih enak mengelola Patas karena "sistem karcis murni betul-betul berjalan dan bis juga lebih awet." "Kami merencanakan pengembangan armada untuk tahun depan," kata Sutisna optimistis. Tapi pengusaha angkutan yang 100% pribumi ini mengakui, tarif Rp 50 jauh dekat itu "enaknya nggak ada".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus