Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lukisan Orang-Orang Guncang

Soenarto PR menjadi pembimbing melukis untuk penderita sakit jiwa di RS Jiwa Grogol (jakarta). ia kelihatan cukup sabar untuk menghadapi rupa-rupa tingkah laku.

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOENARTO Pr, pelukis yang didaulat untuk membimbing para penderita penyakit jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grogol (Jakarta) suatu hari bertanya-tanya ke mana salah seorang murid asuhannya. "Tadi pagi dia memecahkan kaca jendela. Dia minggat," jawab seorang pasien yang sedang bersiap-siap untuk menerima pelajaran melukis. Bekas pimpinan Sanggar Bambu '59 yang berambut panjang sampai ke bahu itu teringat pada lukisan-lukisan yang dibuat Salamah (bukan nama sebenarnya). Biasanya wanita itu memilih rumah, gunung atau laut. Tetapi hari-hari terakhir dia banyak membuat lukisan yang menggambarkan kemarahan. Lukisannya yang paling akhir adalah tentang binatang berlidah panjang berwarna merah seperti api. Soenarto, 50 tahun, tidak terlalu paham mengenai penyakit jiwa. Tapi dari pengalamannya mengajar di kalangan orang-orang yang "guncang" jiwa di rumah sakit itu, dia tambah yakin bahwa perasaan orang bisa terbaca dari lukisannya. Contoh lain lagi. Ada seorang penderita, selain gila dia juga tuli dan bisu. Karena tak ketahuan siapa nama sebenarnya, dia kemudian dipanggil Susi oleh penghuni rumah sakit. Menurut Soenarto, si Susi ini bagus lukisannya. "Barangkali tak ada pelukis yang bisa melukis begitu abstrak seperti Susi," cerita Soenarto Pr. Kepada TEMPO. Tapi pada suatu hari tiba-tiba gaya lukisannya berubah. Susi beralih dari abstrak ke realis. Sang guru bertanya-tanya, mengapa lukisan Susi jadi aneh. "Tadi pagi dia mencoba melarikan diri, tapi gagal karena tertangkap keamanan," jawab seorang petugas yang biasanya hadir mengawasi sambil membantu para pasien. Sudah sejak setengah tahun yang lalu Soenarto menjadi guru di rumah sakit jiwa itu. Dia diundang pihak rumah sakit untuk membimbing para penderita yang sudah masuk dalam kategori ringan dan dipersiapkan untuk dikembalikan ke masyarakat. Mereka memang masih mendapat obat-obatan, tapi dosisnya sudah jauh berkurang. Gembira Melukis Selain melukis, pasien juga belajar membuat barang-barang kerajinan. Menonton dan olahraga termasuk pula dalam jadwal rehabilitasi yang dipusatkan di dalam ruangan yang berukuran sekitar 50 mÿFD. Ruangan itu bernama Bagian Therapi Sosial. Soenarto Pr. seminggu sekali mengajar di situ. Pelukis yang berpembawaan tenang itu nampaknya memang cocok betul untuk pekerjaan yang dibebankan padanya. Dia cukup sabar untuk menghadapi rupa-rupa tingkah laku yang sering-sering tak terduga. "Ngapain lu ke mari geblek!" muridnya yang biasanya pendiam tiba-tiba menghardik di pintu masuk. Kalau mengajar anak-anak, barangkali dia tak perlu mengambilkan cat dan memilihkan kuas. Tapi buat para penderita gangguan jiwa dia harus melakukannya. Sundari (bukan nama sebenarnya) menurut pengakuan Soenarto merupakan muridnya yang paling produktif.Tapi untuk mempersiapkan sebuah lukisan Soenarto Pr. harus menyalakan rokok, karena wanita berusia 30 tahun itu perokok berat. Dia juga harus melorotkan cat dari tube, karena kalau tak begitu Sundari akan melukis dengan sebuah warna saja. Satu kali muridnva ini melukis pantai dengan gunung sebagai latar belakang. Di tengah laut dia membuat sebuah bundaran gelap. Disangka perahu. Ternyata menurut si murid itu adalah gua. Sekali mengajar menurut Soenarto Pr dia mendapat honorarium Rp 10.000. "Tapi boleh dibilang uang itu kebanyakan habis terpakai untuk menghibur pasien. Karena saban hari saya harus membawa oleh-oleh rokok atau permen," katanya. Kelihatannya dia senang dengan lapangan yang baru ini. "Saya ingin belajar. Dan buat para penderita, melukis mungkin akan memberikan penyembuhan. Karena yang saya lihat mereka sangat gembira kalau sedang melukis," katanya pula. Para murid Soenarto Pr. nampaknya telah menghasilkan beberapa lukisan yang mendapat kesempatan dipamerkan di Hotel Sari Pasific awal Desember. Sekitar 20 lukisan dari Rumah Sakit Jiwa Grogol turut serta dalam pameran besar para penderita gangguan jiwa dari seluruh rumah sakit jiwa di Indonesia yang diselenggarakan untuk memeriahkan pertemuan ASEAN Forum on Mental Rhabilitation 29 November sampai 4 Desember di hotel itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus