Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ciptaan Bandung, Paten Prancis

Seorang sarjana bandung, dr.ir. Soegijardjo Soegitjoko berhasil menemukan pompa insulin. Hak patennya berada ditangan prancis. Tapi alat ini dianggap terlalu besar.

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA berita baru dalam dunia kedokteran Indonesia. Seorang sarjana dari Institut Teknologi Bandung telah mampu membuat pompa insulin yang bisa digunakan untuk mengendalikan penyakit kencing manis (diabetes). Tetapi sang pencipta Dr. Ir. Soegijardjo Soegijoko masih kecewa. "Belum ada sponsor yang mau memproduksinya di sini," katanya. Peralatan yang ditemukannya itu terdiri dari pankreas elektronik berukuran 40 x 20 x 30 cm dengan bobot 1 kg. Mesin yang berfungsi sebagai pangreas penghasil insulin ini memakan biaya Rp 0,5 juta. Di samping itu ada pula transducer yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, berbobot 5 kg dengan biaya Rp 4,5 juta. Sedangkan alat utamanya, berupa pompa insulin berbobot tiga perempat kilogram dengan biaya Rp 0,5 juta. Seluruh peralatan ini bekerja dengan menyedot darah si penderita. Hasil pengambilan darah itu kemudian diteruskan ke unit kontrol yang akan menentukan berapa kadar insulin yang dibutuhkan. Pankreas elektronik udi secara otomatis akan memerintahkan pompa insulin untuk menyuntikkan insulin dalam jumlah tertentu. Setelah menjalani perawatan 2 x 24 jam seorang pasien bisa aman selama lebih kurang setengah tahun. Soegijardjo, sarjana asal Yogya yang berusia 40 tahun itu tidak merasa dirinya pantas disebut sebagai pencipu pankreas elektronik. " Lebih tepat kalau hasil saya itu disebut sebagai penyempurnaan dari alat-alat serupa yang telah ada sebelumnya," katanya kepada wartawan TEMPO Aris Amiris. Pankreas tiruan itu ditemukannya ketika sedang menuntut ilmu di Universite des Sciences et Techniques du Languedoc, Montpellier, Prancis. Di situ dia mengkhususkan diri dalam bidang microprocessor. Dia mulai menekuni percobaan untuk membuat pankreas elektronik itu sejak 1978 di universitas tersebut. Sarjana elektronik lulusan ITB tahun 1964 itu kemudian berhasil menciptakan impiannya 2 tahun kemudian. Pada tahun 1980 peralatan hasil rancangannya itu diuji oleh sebuah tim penguji dan Soegijardjo dinyatakan berhak meraih gelar Doktor. Sekalipun alat itu dia sendiri yang menemukan, hak patennya berada di tangan Prancis. "Tentang hal ini sudah ada perjanjian antara saya sebagai penerima bea siswa dengan pemerintah Prancis," ucapnya. Peralatan ciptaannya itu sendiri belum pernah dipergunakan di Indonesia. Lagi pula menurut Prof Utoyo Sukaton, ahli penyakit diabetes dan Ketua Perhimpunan Endokrinologi Indonesia, "harganya terlalu mahal." Pasaran Dunia Menurut Utoyo pompa insulin giat-giatnya dicoba orang di Amerika Serikat sejak 1976, dan mulai dipasarkan sejak 1979. "Alat ini dipergunakan bagi mereka yang membutuhkan insulin seumur hidup. Terutama bagi anak muda yang mengidap kencing manis." Menurut Utoyo penderita usia muda di negeri berkembang lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia diperhitungkan 1 sampai 2%. Sedangkan di negara maju mencapai 4%. "Selama 30 tahun saya jadi dokter, saya baru menemukan 15 anak yang umurnya bergerak antara 10 sampai 15 tahun," katanya. Penyakit itu biasanya diatasi dengan diit, olahraga dan obat-obatan. "Alatnya terlalu besar," begitulah kritik para dokter terhadap pankreas elektronik ciptaan sarjana ITB tersebut. Kritik seperti itu agaknya muncul terutama setelah tersiarnya kabar bahwa sebuah perusahaan dari AS (Eli Lilly & Co) belum lama ini berhasil menciptakan sebuah mesin pompa insulin yang ukurannya sedikit saja lebih besar dari sebungkus rokok. Dengan bobot 400 gr pompa ini bisa dipakai menggantung di pinggang. Dia bekerja secara otomatis mengendalikan kadar gula dalam darah si pemakai dengan menyuntikkan insulin ke dalam pembuluh darah sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan dokter sebelumnya. Siang malam alat ini bekerja secara otomatis. Menurut pihak pabrik sudah ada 100 pasien yang menggunakannya di AS. Suplai ke pasaran dunia akan dimulai permulaan tahun depan. Harganya sekitar Rp 1,5 juta. Dalam ASEAN Diabetes Update'81 (semacam seminar penyegaran mengenai diabetes) yang berlangsung 27-28 November di Yogyakarta, alat ini juga ramai dibicarakan para dokter. Tambahan lagi J. Stuart Soeldner MD, ahli endokrinologi dari AS menyinggung pula kemungkinan para ahli untuk menciptakan pompa serupa yang bisa diunamkan di dalam tubuh. Kerjanya nanti persis seperti pankreas, organ tubuh penghasil insulin itu. "Dua puluh tahun lagi atau mungkin kurang dari itu negara ASEAN sudah bisa menggunakannya," katanya dengan disambut hangat oleh sekitar 400 peserta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus