ADA berita baru dalam dunia kedokteran Indonesia. Seorang
sarjana dari Institut Teknologi Bandung telah mampu membuat
pompa insulin yang bisa digunakan untuk mengendalikan
penyakit kencing manis (diabetes). Tetapi sang pencipta Dr.
Ir. Soegijardjo Soegijoko masih kecewa. "Belum ada sponsor yang
mau memproduksinya di sini," katanya.
Peralatan yang ditemukannya itu terdiri dari pankreas elektronik
berukuran 40 x 20 x 30 cm dengan bobot 1 kg. Mesin yang
berfungsi sebagai pangreas penghasil insulin ini memakan biaya
Rp 0,5 juta. Di samping itu ada pula transducer yang berfungsi
menurunkan kadar gula dalam darah, berbobot 5 kg dengan biaya
Rp 4,5 juta. Sedangkan alat utamanya, berupa pompa insulin
berbobot tiga perempat kilogram dengan biaya Rp 0,5 juta.
Seluruh peralatan ini bekerja dengan menyedot darah si
penderita. Hasil pengambilan darah itu kemudian diteruskan ke
unit kontrol yang akan menentukan berapa kadar insulin yang
dibutuhkan. Pankreas elektronik udi secara otomatis akan
memerintahkan pompa insulin untuk menyuntikkan insulin dalam
jumlah tertentu. Setelah menjalani perawatan 2 x 24 jam seorang
pasien bisa aman selama lebih kurang setengah tahun.
Soegijardjo, sarjana asal Yogya yang berusia 40 tahun itu tidak
merasa dirinya pantas disebut sebagai pencipu pankreas
elektronik. " Lebih tepat kalau hasil saya itu disebut sebagai
penyempurnaan dari alat-alat serupa yang telah ada sebelumnya,"
katanya kepada wartawan TEMPO Aris Amiris.
Pankreas tiruan itu ditemukannya ketika sedang menuntut ilmu di
Universite des Sciences et Techniques du Languedoc, Montpellier,
Prancis. Di situ dia mengkhususkan diri dalam bidang
microprocessor. Dia mulai menekuni percobaan untuk membuat
pankreas elektronik itu sejak 1978 di universitas tersebut.
Sarjana elektronik lulusan ITB tahun 1964 itu kemudian berhasil
menciptakan impiannya 2 tahun kemudian. Pada tahun 1980
peralatan hasil rancangannya itu diuji oleh sebuah tim penguji
dan Soegijardjo dinyatakan berhak meraih gelar Doktor.
Sekalipun alat itu dia sendiri yang menemukan, hak patennya
berada di tangan Prancis. "Tentang hal ini sudah ada perjanjian
antara saya sebagai penerima bea siswa dengan pemerintah
Prancis," ucapnya.
Peralatan ciptaannya itu sendiri belum pernah dipergunakan di
Indonesia. Lagi pula menurut Prof Utoyo Sukaton, ahli penyakit
diabetes dan Ketua Perhimpunan Endokrinologi Indonesia,
"harganya terlalu mahal."
Pasaran Dunia
Menurut Utoyo pompa insulin giat-giatnya dicoba orang di Amerika
Serikat sejak 1976, dan mulai dipasarkan sejak 1979. "Alat ini
dipergunakan bagi mereka yang membutuhkan insulin seumur hidup.
Terutama bagi anak muda yang mengidap kencing manis."
Menurut Utoyo penderita usia muda di negeri berkembang lebih
kecil jumlahnya dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia
diperhitungkan 1 sampai 2%. Sedangkan di negara maju mencapai
4%. "Selama 30 tahun saya jadi dokter, saya baru menemukan 15
anak yang umurnya bergerak antara 10 sampai 15 tahun," katanya.
Penyakit itu biasanya diatasi dengan diit, olahraga dan
obat-obatan.
"Alatnya terlalu besar," begitulah kritik para dokter terhadap
pankreas elektronik ciptaan sarjana ITB tersebut. Kritik seperti
itu agaknya muncul terutama setelah tersiarnya kabar bahwa
sebuah perusahaan dari AS (Eli Lilly & Co) belum lama ini
berhasil menciptakan sebuah mesin pompa insulin yang ukurannya
sedikit saja lebih besar dari sebungkus rokok.
Dengan bobot 400 gr pompa ini bisa dipakai menggantung di
pinggang. Dia bekerja secara otomatis mengendalikan kadar gula
dalam darah si pemakai dengan menyuntikkan insulin ke dalam
pembuluh darah sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan
dokter sebelumnya. Siang malam alat ini bekerja secara otomatis.
Menurut pihak pabrik sudah ada 100 pasien yang menggunakannya di
AS. Suplai ke pasaran dunia akan dimulai permulaan tahun depan.
Harganya sekitar Rp 1,5 juta.
Dalam ASEAN Diabetes Update'81 (semacam seminar penyegaran
mengenai diabetes) yang berlangsung 27-28 November di
Yogyakarta, alat ini juga ramai dibicarakan para dokter.
Tambahan lagi J. Stuart Soeldner MD, ahli endokrinologi dari AS
menyinggung pula kemungkinan para ahli untuk menciptakan pompa
serupa yang bisa diunamkan di dalam tubuh. Kerjanya nanti persis
seperti pankreas, organ tubuh penghasil insulin itu. "Dua puluh
tahun lagi atau mungkin kurang dari itu negara ASEAN sudah bisa
menggunakannya," katanya dengan disambut hangat oleh sekitar 400
peserta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini