Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Senyum Menteri di Kardus Sembako

Nama Erick Thohir mulai masuk bursa calon presiden. Dilirik sejumlah partai.

18 Juli 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Erick Thohir saat berada di acara "Panggung Gemb1ra" di The Pallas SCBD, Jakarta, April 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Loyalis Erick Thohir dan Indonesia Milenial Fest mendeklarasikan Erick sebagai calon presiden 2024.

  • Erick membantah berada di balik manuver dan merasa tak cocok menjadi presiden lantaran bukan orang Jawa.

  • Dalam sejumlah survei sepanjang 2020, elektabilitas bos Mahaka Group itu masih di kisaran 2 persen.

TANGKAPAN layar grup percakapan WhatsApp yang menamai diri Loyalis Erick Thohir beredar di media sosial pada akhir April lalu. Grup itu menyinggung peluang Erick maju menjadi calon presiden 2024.

Seorang anggota grup menulis bahwa elektabilitas Erick sudah unggul atas kandidat lain. Anggota itu pun menyebutkan kelompok Loyalis Erick Thohir (Letho) yang ada di 34 provinsi siap mendeklarasikan Menteri Badan Usaha Milik Negara ini sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum 2024. “Deklarasi itu adalah spontanitas anggota yang mengidolakan Pak Erick. Saya tak bisa mencegahnya,” kata Ketua Umum Letho Anshar Ilo ketika dihubungi pada Jumat, 17 Juli lalu.

Sejumlah survei memang menyebutkan nama Erick masuk bursa calon presiden. Sigi Indo Barometer pada Januari 2020 menempatkan Erick di peringkat kesembilan dengan elektabilitas 2,5 persen. Adapun tingkat keterpilihan Erick dalam sigi Charta Politika pada Februari 2020 baru 2,3 persen, dengan popularitas mencapai 53,3 persen.

Erick sempat berkomentar dalam grup itu. Ia menulis bahwa gerakan kelompok Letho cukup baik, tapi meminta namanya tak dicatut. Erick menyarankan identitas organisasi diubah karena kelompok tersebut awalnya didirikan untuk mendukung pencalonan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin pada pemilu presiden lalu.

Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada 16 Juli lalu, Erick membenarkan kabar bahwa ia menjadi anggota grup WhatsApp Letho. Tapi mantan Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu mengaku sudah keluar dari grup tersebut. Menurut Erick, ia memprotes nama kelompok itu karena tak sesuai dengan tujuan awal pembentukan organisasi, yakni mendukung pemerintahan Jokowi. “Kita kerja untuk Presiden, bukan untuk pribadi saya,” Erick berujar.

Manuver anggota Letho tak sekadar di grup WhatsApp. Mereka sempat membagikan paket bantuan sembako—sembilan bahan kebutuhan pokok—bagi penduduk yang terkena dampak wabah corona. Dalam kemasan paket itu, tertera tulisan “Letho Peduli Bantuan Covid-19. Erick Thohir Capres 2024” disertai potret bekas bos klub sepak bola Inter Milan itu mengenakan jas dan tersenyum. Dalam video yang beredar di media sosial, dua orang yang menerima sekarung beras dari Letho mendoakan agar Erick melenggang menjadi calon presiden.

Ketua Umum Letho Anshar Ilo membantah kabar bahwa paket bantuan itu berasal dari organisasinya. Setelah video testimoni sembako viral, Anshar mengklaim langsung menggelar rapat dengan semua pengurus Letho di daerah. Menurut dia, tak satu pun pengurus mengaku menggelar acara pembagian bahan kebutuhan pokok untuk warga yang terkena dampak pagebluk corona. “Ada pihak yang ingin merusak reputasi Letho,” katanya.

Dukungan agar Erick maju pada pemilu empat tahun mendatang juga datang dari kelompok yang menamai diri Indonesia Milenial Fest. Pada 9 Maret lalu, di D Hotel, Jakarta, mereka mendeklarasikan Erick sebagai calon presiden dan Bahlil Lahadalia, kini Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, menjadi pendampingnya. Acara itu dihadiri sejumlah anak muda, antara lain seorang pria berpeci yang mengaku sebagai Ketua Umum Indonesia Milenial Fest Arief Rosyid.

Sehari setelah deklarasi tersebut, Erick menghubungi Arief Rosyid Hasan dan mempertanyakan acara itu. Arief membantah menjadi motor deklarasi tersebut. Kepada Erick, dia mengatakan, “Kalau saya mau mendukung seseorang menjadi calon presiden, tak akan segamblang itu acaranya.” Erick kemudian meminta Arief mengklarifikasi acara tersebut ke publik.

Arief—menjabat Komisaris Independen Bank Mandiri Syariah sejak 3 April lalu—mengaku membentuk organisasi bernama Milenial Fest, bukan Indonesia Milenial Fest. Dia menuding pria berpeci yang mengaku sebagai Ketua Umum Indonesia Milenial Fest di D Hotel telah mencatut namanya dan organisasinya. Menurut dia, Milenial Fest memberikan ruang yang sama kepada pemimpin muda di Indonesia untuk tampil. Sejak 2018, Milenial Fest pernah mengundang Erick, Bahlil, Sandiaga Salahuddin Uno, Anies Baswedan, hingga Fahri Hamzah.

Acara deklarasi itu belakangan dirujuk politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Adian Napitupulu, untuk mengkritik kebijakan Erick dalam memilih komisaris BUMN. Menurut dia, ada kelompok milenial yang diangkat menjadi komisaris perusahaan pelat merah setelah mendukung pencalonan Erick sebagai presiden. “Apa iya alat ukurnya deklarasi presiden, baru diangkat menjadi komisaris,” kata Adian.

Dua bulan setelah acara deklarasi, nama Indonesia Milenial Fest muncul kembali. Dalam video singkat yang beredar pada 28 April lalu, ada tumpukan puluhan kardus bantuan sembako di sebuah ruangan. Di salah satu dinding, tergantung spanduk bertulisan “Erick Thohir for President 2024” dan “Posko Kelurahan Warakas, Jakarta Utara”. Ada pula foto Erick di spanduk itu. Bagian atas kardus berisi mi instan, minyak, gula, dan telur itu ditempeli kertas berisi tulisan “Paket Bantuan Covid-19” serta slogan pencalonan Erick dalam pemilihan presiden 2024. Di sudut label, tertera logo Indonesia Milenial Fest.

Awal Mei lalu, kepolisian mendatangi Kelurahan Warakas untuk menanyakan keberadaan posko tersebut. Lurah Warakas, Makhrus Nugroho Darojat, mengatakan telah menyelidiki keberadaan posko itu. Meski dibantu penduduk sekitar serta personel bintara pembina desa, Makhrus tak menemukan posko tersebut. Juga tak ada penduduk yang mengaku menerima bantuan dari organisasi bernama Indonesia Milenial Fest. “Di Warakas ini ada istilah jarum jatuh pasti terdengar. Kalau ada posko sembako, pasti ada yang tahu, tapi nyatanya tak ada laporan,” ujarnya.

Gerakan mendorong Erick menjadi presiden juga bergema di jagat maya. Muncul grup Facebook bernama Erick Thohir for President 2024, yang beranggotakan 25 ribu akun, yang dibuat pada 10 Desember 2019. Ada pula grup bernama sama dengan huruf kapital yang dibentuk pada 17 Januari lalu. Grup yang berisi sedikitnya 6.000 anggota itu memajang foto Erick bersalaman dengan Presiden Jokowi. Beberapa unggahan di kedua grup itu senada isinya, antara lain kritik terhadap kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Tiga petinggi partai politik pendukung pemerintah mengakui Erick menjadi salah satu kandidat potensial dalam pemilihan presiden 2024. Ketiganya mengatakan bos Mahaka Group itu masuk radar partai mereka. Erick disebut punya keunggulan dari sisi usia, yang tergolong masih muda, dan berpengalaman dalam berbagai bisnis. Nama pengusaha kelahiran Jakarta itu pun dilirik sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.

Erick membantah berada di balik semua gerakan deklarasi calon presiden itu. Ia mengaku terganggu dengan manuver politik yang mengatasnamakannya. “Itu pembusukan. Lagi pula saya bukan orang Jawa,” ujar Erick.

RAYMUNDUS RIKANG, BUDIARTI UTAMI, DEWI NURITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus