Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mari Mencari Herba Indonesia

Masih sedikit dokter Indonesia meriset manfaat tumbuhan Indonesia bagi kesehatan. Siasat pengobatan murah.

10 Agustus 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cerita ini datang dari Idrus Alwi, doktor spesialis jantung. Sebagian pasien penderita sakit jantung yang meninggal mengalami peradangan. Padahal pengurangan peradangan jantung bisa meningkatkan harapan hidup pasien. Idrus mencatat, beberapa pasien tetap meninggal walau telah mendapat obat berstandar kedokteran Barat. ”Tingkat mortalitasnya masih tinggi, mencapai enam hingga tujuh persen,” ujarnya.

Maka Kepala Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini mencoba memikirkan pendekatan lain. Inilah awal hubungannya dengan kurkumin, nama Latin untuk kunyit, salah satu herba Indonesia yang amat populer. Idrus meneliti manfaat kurkumin pada ekstrak kunyit dan temu lawak sebagai obat antiperadangan pada penderita jantung. Penelitian ini dia buat untuk tesis doktornya.

Hasilnya? Dalam sebulan, kurkumin terbukti mampu menurunkan peradangan. ”Ini karena efek kurkumin sebagai anti-inflamasi (peradangan),” katanya. Hasil risetnya membuat Idrus amat menganjurkan sosialisasi manfaat herba pada masyarakat Indonesia.

Menurut dia, selama ini masyarakat kita sebetulnya diuntungkan karena sering mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan sebagai makanan sehari-hari. Kunyit dan temu lawak, misalnya, sudah dianggap sebagai obat bagi penderita liver.

Nah, karena sudah menjadi konsumsi sehari-hari, risiko herba terhadap tubuh lebih rendah ketimbang obat kimia. ”Lebih aman,” ujar Idrus. Lagi pula, karena banyak tumbuh di Indonesia, produksi herba bisa lebih murah. ”Kalau diproduksi massal, bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat murah,” dia menambahkan.

Sayang, hasil penelitian Idrus kini masih tersandung di Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hasil risetnya belum dapat dianggap sebagai obat dan menurut Badan Pengawas masih perlu dilanjutkan. Selama belum lolos evidence based dan clinical test—sebagai bagian dari penelitian ilmiah—penemuannya bukanlah obat. Maka dalam merawat pasiennya, dia sepenuhnya masih tetap menggunakan obat berstandar kedokteran Barat.

Penelitian tentang pengobatan herba di Indonesia baru bergerak beberapa tahun setelah reformasi. Konsekuensinya, harga herba di Indonesia masih mahal. Di negara-negara Barat, penelitian serupa sudah banyak dilakukan. Pandangan yang menyebutkan kedokteran Barat lebih unggul ketimbang Timur memang disikapi dengan jalan tengah: penelitian ilmiah.

Saat ini, menurut Doddy Partomihardjo, Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Universitas Indonesia sudah ada departemen khusus penelitian herba. ”Untuk meneliti khasiat obat dan biokimianya,” ujarnya. Penelitian Idrus, menurut Doddy, termasuk satu dari sedikit penelitian tentang manfaat herba di Indonesia. Di luar negeri, lebih-lebih di Cina, penelitian herba sudah berkembang. ”Penggunaan herba di Cina sudah legal dan bagus,” katanya.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1968 ini menganjurkan dokter Indonesia mulai giat meriset manfaat tumbuh-tumbuhan Indonesia sebagai obat. ”Potensinya besar, apalagi masyarakat kian kritis dengan efek obat kimia,” kata Doddy. Beberapa universitas di Indonesia sudah punya departemen khusus untuk penelitian herba. ”Untuk mengetahui obat dan biokimianya,” ujarnya.

Idrus Alwi membenarkan soal itu. Ahli jantung ini mencontohkan laboratorium Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor yang sudah melakukan penelitian herba. Hasilnya, menurut Idrus, lebih dipercaya oleh rumah sakit dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, dibanding hasil penelitian dari beberapa sumber lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus