Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Marzuki Darusman: "Tiap Bulan Ada Rumor Saya Akan Diganti"

8 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


TELEPON genggam puluhan wartawan yang bertugas di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, berdering sepanjang Jumat pekan lalu. Setiap dering melahirkan informasi baru dengan sejumlah tanda tanya: dari soal penangkapan Ginandjar Kartasasmita hingga status tersangka bagi Ali Wardhana. Dan salah satu tanda tanya paling menggoda adalah pergeseran Jaksa Agung Marzuki Darusman ke posisi Menteri Pertahanan. Kabar itu cepat beredar. Dan hal itu bukan tanpa pemicu.

Sehari sebelumnya, Presiden Abdurrahman Wahid telah menetapkan tenggat bagi sang Jaksa Agung: Marzuki Darusman harus mundur per 31 Maret 2001 jika gagal mengurung Ginandjar di rumah tahanan. Namun, jika pasal itu yang jadi soal, Marzuki Darusman baru saja membuktikan diri sebagai penjaga deadline yang tepat: Kejaksaan Agung resmi mengenakan status tahanan pada Ginandjar pada Sabtu pekan lalu. Ginandjar memang masih "tertahan" di Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan. Tapi, Marzuki dengan mulus menyelesaikan "pekerjaan rumah"-nya di saat-saat terakhir.

Marzuki Darusman tidak jadi digusur. Setidaknya, sejauh ini. Bagaimana sebenarnya hubungan Marzuki dengan Presiden? Kepada wartawan TEMPO Andari Karina Anom, jaksa agung itu menjelaskan. Berikut ini petikannya.

Kami mendapat informasi kuat mengenai penggantian Anda. Apa yang terjadi sebenarnya?

Tidak pernah ada pembicaraan soal peng-gantian dan reshuffle dengan Presiden. Itu kan hak Presiden. Masa, saya menanya-nanyakan. Berita ini justru berkembang setelah dipanas-panasi oleh pers, bukan dari saya.

Dalam pertemuan dengan lembaga swadaya masyarakat se-Jawa di Jakarta, Kamis lalu, Presiden menyatakan tenggat Anda sebagai jaksa agung adalah 31 Maret 2001.

Pernyataan semacam itu sudah sering dilontarkan Gus Dur dalam berbagai kesempatan. Dari Istana juga beredar berbagai kabar. Hampir tiap bulan ada saja rumor bahwa saya akan diganti. Bukannya saya tidak mau diganti. Sekarang atau besok, kapan pun ia bisa mengganti jaksa agung, karena itu hak prerogatif presiden. Tetapi, isu-isu yang dikembangkan terus-menerus ini mengganggu kinerja Kejaksaan Agung secara umum. Sebab, Kejaksaan Agung adalah organisasi semimiliter dengan hierarki yang kuat. Isu jaksa agung akan diganti berpengaruh terhadap kinerja para jaksa.

Jadi, apa yang Anda bicarakan dengan Presiden pada Jumat malam pekan lalu?

Kebetulan Gus Dur baru kembali dari Ponorogo. Saya meneleponnya untuk melaporkan perkembangan terakhir. Gus Dur bilang, lebih baik saya datang saja ke Istana. Saya bilang, saya baru bisa ke Istana sekitar pukul sembilan malam. Dan saya datang. Gus Dur memang sering memanggil saya sewaktu-waktu. Jadi, ini bukan hal aneh.

Apakah Presiden membicarakan penggantian jaksa agung?

Saya tidak tahu soal ganti-mengganti. Itu urusan Presiden. Saya hanya mengerjakan tugas saya sebagai jaksa agung.

Kami mendapat informasi yang kuat bahwa tema pertemuan Anda dengan Presiden pekan silam adalah penggantian jaksa agung.

Saya tidak bisa bilang ya atau tidak. Kalau saya bilang tidak, nanti orang berspekulasi lagi. Saya tidak mau menanggapi berita yang tidak ada ujung-pangkalnya. Saya memang bertemu untuk membicarakan perkembangan masalah Ali Wardhana. Itu saja topik yang khusus.

Apakah Anda mengumumkan status Ali Wardhana sebagai tersangka untuk memenuhi target Presiden?

Sama sekali tidak. Saya kan mengumumkan dulu dia (Ali Wardhana) sebagai tersangka, baru melapor Presiden. Jadi, jangan dibalik bahwa saya menjadikan dia tersangka karena perintah Presiden.

Lantas, mengapa soal Ali Wardhana ini mesti buru-buru Anda laporkan ke Presiden? Kejaksaan kan sering menetapkan status tersangka tapi tidak buru-buru melapor seperti sekarang.

Tidak juga. Kebetulan Presiden baru kembali dari Jawa Timur. Ia memanggil saya ke Istana untuk memberikan laporan.

Apakah Anda melaporkan juga soal Ginandjar?

Saya melaporkan perkembangan umum seputar tugas-tugas Kejaksaan Agung, termasuk soal Ginandjar. Jadi, tidak khusus bicara soal Ginandjar. Presiden sudah tahu perkembangan terakhir kasus Ginandjar. Kalau beliau sudah tahu, untuk apa lagi saya melapor?

Ginandjar dikenal sebagai salah satu musuh politik Gus Dur. Apakah itu alasan ia menjadi target Kejaksaan Agung?

Saya tidak pernah bilang begitu. Kejaksaan juga tidak punya target penangkapan demi kepentingan politik. Tapi, memang ia (Ginandjar) tidak bersahabat dengan Gus Dur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus