KELANDJUTAN berita kemenangan Golkar dalam Pemilihan Umum jang
baru lewat masih terus. Minggu lalu kita telah mengikutinja
dengan mengetengahkan masalah struktur baru Golkar. Djuga telah
dikemukakan beberapa konsekwensi dari kemenangan tersebut dalam
lembaga perwakilan rakjat dan Kabinet pada masa jang akan
datang. Minggu ini masalah jang mulai menarik perhatian ialah
masalah kontrol atau pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan, dan djuga masalah pengikutsertaan atau partisipasi
rakjat dalam pelaksanaan itu, baik setjara langsung maupun tak
langsung. Kemenangan Golkar, kurang-lebih menurut tjatatan
terachir di DPR Pusat bakal mentjapai 70 s/d 75% kursi dan
dibeberapa daerah tingkat 11 bahkan ada jang sampai diatas 90%,
menimbulkan problim penting: Bagaimana nantinja parlemen jang
penuh Golkar itu akan mengontrol pemerintah Glolkar setjara
efektif? Bukankah suatu bentjana bagi pembangunan itu sendiri
apabila karena sama-sama Golkar, maka para wakil rakjat dari
kelompok Pohon Beringin hanja mengijakan sadja fihak eksekutif,
termasuk mengijakan sadja kesalahan serta penjelewengan? Dalam
suatu wawantjara baru-baru ini tokoh NU Subchan S.E. menjatakan
rasa "tjemas" terhadap keadaan pembangunan ekonomi kelak, karena
kemenangan formil Golkar di DPR bisa makin meniadakan unsur
pengawasan atau kontrol (TEMPO, 17 Djuli, halaman 9). Kepada
pers Belanda baru-baru ini Subchan bahkan djuga menjebutkan
adanja teknokrat pemerintah jang ikut "tjemas" kan kemungkinan
buruk itu ia tak menjebut siapa.
Meskipun Subchan terkenal sebagai tokoh jang bersuara keras
menghadapi Golkar baik sebelum dan sesudah Pemilu, aksentuasinja
terhadap masalah kontrol nampaknja bisa diterima setjara hati
terbuka dan dengan akal sehat. Dan ternjata bukan Subchan sadja
jang sudah memikirkan soal itu, tapi djuga kalangan Golkar
sendiri serta pedjabat-pedjabat tinggi sipil sertamiliter. Oleh
sebab itu lah nomor ini laporan utama kita memusatkan perhatian
pada soal penting itu: dengan kemenangar Golkar, bagaimana
mekanisme kontrol jang baik bisa berlangsung untuk kelantjaran
pembangunan dan modernisasi?
Guna menghidangkan laporan itu, team TEMPO jang bekerdja minggu
lalu (Toeti Kakiailatu, Salim Said, Zen Umar Purba, Fikri Djufri
dan Goenawan Mohamad) bekerdja kembali buat nomor ini. Ditambah
dengan Bur Rasuanto jang menuliskan laporan utama
dihalaman-halaman berikut, wawantjara-wawantjara dilakukan
kesegala fihak: baik dari Golkar, pedjabat sipil dan militer
maupun beberapa ahli diluar pemerintahan. Jang lebih kami
tampilkan disini ialah pendapat para teknokrat -- dan sudah
tentu termasuk Prof. Widjojo Nitisastro. Di tengah kesibukannja
jang luar biasa, Ketua BAPENAS ini, jang bersama para pembantu
dan kawan-kawannja tak djarang bekerdja hingga larut, bukanlah
orang jang termasuk sulit ditemui pers. Kerdjasamanja jang baik
dengan pers bahkan bukup diakui, Deputy Ketua BAPPENAS Emil
Salim djuga boleh di bilang "orang pers": ia salah satu kalamis
MPO. Dengan hubungan dan keterbukaan semacam itu pers sebagai
komunikator merasa mendapatkan banjak, dan dari situlah pers
bisa berbuat untuk menjumbang satu peran dalam pembangunan
ekonomi sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini