JANG terdjadi Sabtu sore itu sematjam mimpi buruk. Diistana
musim panas Skirate, 25 kilometer ke selatan Rabat, Radja Hassan
II sedang merajakan hari kelahirannja jang ke-42. Sekitar 500
orang hadir: dutabesar, anggota korps diplomatik dan
pedjabat-pedjabat tinggi Maroko. Tamu-tamu berserakan dihalaman
jang luas, baginda duduk dibawah tenda. Dutabesar Inggeris
Thomas Shaw baru sadja menelan ikan salmon panggang dan bersama
Dutabesar Swedia ia berdjalan-djalan ditaman lalu mampir
sebentar ketenda keradjaan. Tiba-tiba terdengar letupan-letupan.
Mula-mula mereka tak atjuh "Kami kira itu bunji petasan sebagai
satu atjara perajaan itu", kata Shaw kemudian. Tapi tiba-tiba
para tamu Maroko mendjadi ribut dan peluru-peluru
berdesing-desing. Didekat kolam renang Dutabesar Yugoslavia,
seorang bekas pedjuang Perang Dunia II, bertiarap dilantai
dengan kursi diatas kepalanja. Lalu sebuah granat tangan djatuh
dekat situ, tapi tak meledak. Betapapun peluru telah membawa
korban.
Lalu muntjullah sepasukan tentara ternjata: para taruna akademi
militer jang berpakaian tempur. Dengan sendjata dikokang, mereka
menjuruh semua tamu mengangkat tangan dan keluar istana serta
mendjemur mereka dalam baris tiga lapis dibawah matahari jang
membakar. Penggeledahan dilakukan. Tidak ada uang jang diambil,
tapi barang-barang matjam korekapi dilemparkan ketanah dan
diindjak-indjak. Saat-saat selandjutnja merupakan
ketidak-pastian: para tahanan disuruh telungkup selama satu
djam, meskipun kemudian pasukan itu mengizinkan mereka minum.
Sehingga Radja Hassan II muntjul, tidak terluka dan bebas.
Serentak para pradjurit berseru: "Hidup Baginda!" Dan perubahan
suasana segera terdjadi. Setelah 5 djam ditahan, para diplomat
diperbolehkan pulang. Namun Dutabesar Belgia, Marcel Dupre,
Menteri Pariwisata Maroko Mohamad Lazrak dan Panglima AU
Djenderal Mohamad Namichi, kedapatan mati.
Tripoli. Apa jang ditjari oleh 250 Pradjurit, para kadet dari
Akademi Militer Ahermoumou? Menurut kisah jang kemudian
dibuka-kan, mereka telah di kerahkan oleh Djenderal Mohammad
Medbouh (44 tahun), Menteri rumahtangga keradjaan. Kabarnja para
kadet itu ditipu, bahwa radja sedang dalar bahaja atau djadi
tahanan para diplomat asing Sabtu sore tersebut. Sementara di
negara tetangga, Lybia, radio Tripoli mengabarkan bahwa suatu
"kudeta militer telah dilancarkan untuk memakzulkan Radja
Hassan, dan berhasil. Pemerintahan Ghadafi di Tripoli menjatakan
dukungannja kepada rezim baru Maroko. Tapi ternjata "rezim baru"
itu tak pernah lahir. Pasukan jang setia kepada radja dengan
tjepat memukul pasukan pemberontak dan Djenderal Medbouh
dinjatakan tewas. Perwira itu, jang oleh Hassan dinjatakan
sebagai "salah satu kawan sekerdja saja jang paling erat", hanja
mentjoba suatu petualangan jang amat berbahaja, tapi tjeroboh.
Dalam wawan-tjaranja dengan radio Perantjis radja Hassan
menjatakan: "Saja ingin mengatakan, bahwa menurut fikiran
saja dan djuga rakjat saja, tak pernah sekali pun kegunaan
1.400 orang mempengaruhi reputasi angkatan bersendjata
keradjaan".
Dan diangkatlah Djenderal Oufkir, Menteri Dalam Negeri, sebagai
penguasa penuh pemerintahan darurat. Beberapa perwira tinggi
dihukum mati. Hassan sendiri dalam pidatonja jang disiarkan
berulang-ulang diradio Rabat menambahkan satu hal: ia
menjesalkan pemerintah Lybia. Hari Minggu dikabarkan Kedutaan
Lybia dikepung tentara Maroko, tapi tak suatupun dikabarkan
terdjadi. Meskipun demikian jang terdjadi dibidang lain tjukup
djelas: hubungan antara kedua negara Maghribi itu akan tidak
ramah dimasa mendatang. Tapi hubungan dengan Aldjazair nampaknja
tidak akan terganggu, sebab pemerintahan Boumidienne pada
hari-hari pertama setelah pertjobaan kup jang gagal itu diam.
Walaupun begitu Aldjazair jang tampil sebagai republik
"revolusioner" tentunja akan bergembira melihat radja Maroko
jang dianggap konservatif itu djatuh. Maroko-Aldjazair pernah
tegang ditahun 1963, ketika pasukan kedua negara bentrok
diperbatasan. Namun djasa baik Kaisar Haile Selassie dari
Ethiopia dan organisasi Persatuan Afrika serta Konperensi Punbak
di Kairo Djanuari 1964 berhasil memperbaiki hubungan mereka.
Dengan demikian, rezim Ghadafi --jang menjangka Medbouh bisa
berhasil memakzulkan assan seperti ia memakzulkan Radja Idris
jang tua diawal September 1969 -- bukan sadja kecele, tapi
tampak sendirian dalam suatu tindakan gegabah. Di Kiro Presiden
Sadat hanja tutup komentar. Dari Tunisia Presiden Borguiba
kirim utjapan selamat -- dan demikian djuga radja Faisal serta
Hussein.
Perempuan. Tapi bisakah kegagalan kup di Skirate itu diartikan
sebagai kemenangan Hassan? Untuk sementara, ja. Sebab kup itupun
menundjukkan bahwa dia tidak aman samasekali. Benar, radja jang
sebelum memerintah dulu terkenal sebagai anak mandja penggemar
mobil, kuda dan perempuan (antara lain, aktris Perantjis Etchika
Chourreau) ini sudah banjak berubah. Prestasinja tjukup: diawal
1969, ada tiga tudjuan djangka pendek tertjapai. Sepanjol
berhasil menjerahkan wilajah ini kepada Maroko, persetudjuan
kerdjasama dengan Aldjazair diteken, dan Maroko mendjadi anggota
Asosiasi, meskipun tidak penuh, dalam Pasaran Bersama Eropa.
Jang terachir ini agak meringankan Maroko sedikit setjara
ekonomis, mengingat negeri ini (penghasilan per kapita: $ 170)
tak punja tambang minjak seperti negara Arab lain, termasuk
Aldjazair (penghasilan perkapita: $193) dan Lybia (penghasilan
per kapita: $ 640).
Djuga Hassan mentjoba mengadakan reformasi. Ia berusaha
mentjiptakan kelas menengah jang terdidik dan menaikkan deradjat
hidup rakjat. Dibulan Desember 1965 ia mengumumkan serangkaian
projek, termasuk reformasi agraria, pembangunan pelabuhan Nador
dan sebuah projek pengairan. Namun kegelisahan tak mudah
ditekan. Ditahun 1970 demonstrasi-demonstrasi mahasiswa
menentang pemerintah terdjadi di Casablanca, dan
pemogokan-pemogokan di lakukan oleh persatuan buruh, Union
Marocaine du Travail. Barangkali karena pemerintahan Hassan jang
otoriter tidak ber-hasil menjalurkan aspirasi-aspirasi di
masjarakat setjara wadjar di parlemen. mungkin djuga karena
chalajak politik dan kaum intelektuil tidak melihat alternatif
setjara damai, maka antjaman kudeta bisa setiap saat timbul.
Apalagi mengingat tjara-tjara Hassan menindas oposisi. Dalam
Pemilu 1968 beberapa tokoh partai oposisi UNFP (Union Nationale
des Forces Populaires) jang didiri-kan Ben Barka ditangkap,
dengan tuduhan akan membunuh radja dan menggulingkan
pemerintahan. Melihat itu, UNFP bersama partai Istimal memboikot
kelandjutan Pemilu. Tapi partai pemerintah, FDIC, djalan terus
dan menang. Sementaraitu 11 orangj ang di hukum mati, 8 orang
diantaranja in absentia. Tak tjukup tenteram dengan itu, ditahun
1965 Ben Barka jang hidup dalam pembuangan di Paris dibunuh.
Otak pembunuhan, Djenderal Oufkir, dilindungi Hassan dari
penangkapan polisi Perantjis -- hingga hubungan antara
Paris-Rabat memburuk. J,'affaire Ben Barka menghebohkan
pemerintahan De Gaulle waktu itu, dan tjara-tjara penindasan
oposisi mungkin masih akan meletuskan antjaman lagi bagi Hassan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini