KETIKA Dr. Henry Kissinger singgah di Islamabad tanggal 8 Djuli,
orang-orang tidak bisa menduga lain ketjuali bantuan ekonomi
Amerika jang djadi bahan pembicaraan utama. Penasihat Gedung
Putih itu tidak memberi keterangan apapun ketika meninggalkan
negeri jang lagi dirundung malapetaka itu. Tetapi tekad Amerika
untuk tetap membantu Pakistan setelah ditinggal 11 negara donor
pada tanggal 26 Djuni lalu, pastilah dapat mendjadi batu penduga
jang baik. Dalam keadaan perekonomian jang separah sekarang ini,
bantuan 500 djuta dollar jang dihentikan oleh negara donor jang
bersidang di Paris bulan lalu itu tentulah merupakan pukulan
dahsjat pada batang tubuh Pakistan jang kisut kering. Bukan
tjuma itu jang menjakitkan, sebab pertimbangan untuk
menghentikan aliran dollar itupun tjukup menampar Islamabad.
Konon keputusan Paris itu lahir dari laporan para penindjau Bank
Dunia serta Dewan Moneter Internasional (IMF) jang baru pulang
dari Pakistan Timur. Laporan tersebut menjebut Presiden Yahya
Khan sebagai orang jang bertanggung-djawab terhadap pembantaian
massal jang terdjadi dibagian Timur wilajahnja. Untung sadja
Washington berpikiran lain, meskipun tudjuannja sama. Melalui
bantuan- bantuannja, Pemerintah Nixon berharap bisa membudjuk
Yahya Khan untuk setjepatnja mengatasi keruwetan.
Liga Awami. Yahya memang menginginkan ketenteraman itu. Selain
di perlukan untuk segera mengatasi keruwetan ekonomi,
ketenteraman djuga di perlukan bagi menghadapi India jang sudah
tjukup merugi-kan Pakistan melalui larangan terbang diatas
wilajahnja, Setiap minggunja, Islamabad karenanja harus
mengeluarkan seperempat djuta dollar bagi route terbang jang
diperpandjang India. Dan Yahya-pun bangkit di Karachi. Disana
sang Presiden memohon waktu 4 bulan bagi penjerahan kekuasaan
kepada mereka jang terpilih dibulan Nopember tahun silam. Tentu
sadja ada ketjualinja. Liga Awami dengan Mudjibur tetap
terlarang dan mereka jang ikut berontak terus djadi buronan.
Undang-undang dasar sedang disusun oleh team ahli pilihan Yahya,
dan keadaan darurat perang akan tetap berlaku sampai di anggap
tidak diperlukan lagi. Kursi jang kosong? "Akan diisi melalui
pemilihan distrik sadja", kata Kepala Negara jang tetap memakai
seragam militernja sambil terus berusaha mengembalikan kekuasaan
kepada orang-orang sipil.
Usaha itu sadja nampaknja belum tjukup, meskipun tetap menarik.
Siapakah jang akan duduk dikursi jang kebanjakan kosong di
Bengali nanti? Mudjibur dan pengikutnja adalah pemegang
majoritas mutlak disana, dan mereka sudah disapu. Maka anggota
Parlemen Inggeris jang lagi berada di Dacca, Toby Jessel,
menjebut tjara jang telah dan akan dipakai Islamabad itu
sebagai suatu rentetan teror. "Saja tidak bisa menasihatkan agar
pengungsi-pengungsi Pakistan jang memenuhi India itu supaja
pulang kekampung halaman mereka", kata orang Inggeris itu kepada
para wartawan. Dia djuga tak bisa menasihatkan agar Inggeris
memberi pertolongan kepada Yahya Khan jang tertjekik antara lain
oleh kekerasannja sendiri.
Sukar untuk meramalkan jang bakal terdjadi 4 bulan mendatang,
tetapi djika diperhatikan berita-berita bertentangan mengenai
Pakistan Timur jang disebut berangsur tenteram sementara 2
divisi tentara didatangkan dari Barat sambil arus pengungsi
masih tak terbendung ke India, rasanja tjukup membingungkan
berita-berita para pemberontak memang tidak seramai dulu lagi,
tapi pasukan-pasukan Mukti Fouj jang menempuh perdjuangan
bergerilja, kabarnja masih tjukup merepotkan Gubernur Djenderal
Tikka Khan jang ter-paksa mendapatkan beberapa djembatan
diruntuhkan dan kereta-kereta api jang disabot.
Paling tidak, keadaan itu masih bagaikan tabir asap jang dengan
tebal masih menggelapi hari-hari mendatang bagian dunia jang
lagi dihinggapi malapetaka itu. Oleh karena itu, mudah
dimengerti djika pengungsi jang berdjumlah hampir djuta orang
itu semakin memadati India, sementara penjakit-penjakit menular
dan kelaparan jang menakutkan tetap pula dalam kedudukan
menganjam para penduduk jang malang itu. Tapi karena kemalangan
sudah merata nampaknja hanja orang-orang pintar jang sempat
menghitung kehantjuran perekonomian bagian Timur Pakistan itu.
Impor sudah djauh ditekan sebab pembajaran terlalu tidak mungkin
dilakukan. Penghasilan jang tahun lalu mentjapai 415 djuta
dollar achir tahun ini sudah baik djika mentjapai 103 djuta
dollar. Meskipun demikian, kabar terachir menjebut lebih
tingginja angka impor dan ekspor.
Walhasil keadaan serba katjau. Bagian pedalaman jang tidak
terlalu disentuh huru-hara, terpaksa mengalami sengsara karena
perhubungan jang terhalang. Industri jang terhindar dari
kemusnahan tidak pula bisa djalan sebab para pekerdja ada
diseberang. Maka kesengsaraan itupun menular dengan tjepatnja ke
India. Diperbatasan kedua negara bersengketa kesengsaraan lebih
menjiksa dua bangsa. Para pengungsi jang datang tanpa modal,
disamping butuh belas kasihan tidak pula luput dari kebutuhan
pengawasan, sebab tenaga mereka jang murah mengantjam para
pekerdja tuan rumah. Sekaligus dua persoalan jang timbul:
pasaran tenaga mendjadi katjau sedang harga-harga bagaikan balon
gas. Dan orang-orang India-pun makin repot djadinja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini