Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Masih Jadi Pusat Pertumbuhan

Makassar bersiap menjadi pintu gerbang Indonesia timur. Perekonomian maju pesat. Kawasan minus masih ada, pengemis tak sedikit.

6 Oktober 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MERPATI Nusantara Airlines boyongan. Maskapai pelat merah ini resmi memindahkan kantor pusatnya dari Jakarta dan Surabaya ke Makassar, Sulawesi Selatan, per 1 September lalu. Mereka menempati bangunan terminal lama Bandar Udara Hasanuddin. Selama gedung dirombak, direksi ngantor di Jalan Swadaya.

Keputusan ”melawan” arus ini—mengingat perusahaan rame-rame membikin kantor di Jakarta—tidak diambil tiba-tiba. Pemerintah meminta manajemen meningkatkan efisiensi untuk memperbaiki rapor yang bertahun-tahun merah. Departemen Keuangan juga akan mengucurkan dana Rp 330 miliar untuk program penyehatan.

Maka manajemen menggeser kantornya ke timur sebagai upaya efisiensi biaya operasional. Pindahan ini juga bukan tanpa alasan. Sekitar 75 persen layanan Merpati memang ke Indonesia tengah dan timur. ”Kami mendekati pasar,” kata Bambang Bhakti, Direktur Utama Merpati, saat peresmian kantor baru.

Makassar memang berdaya pikat tinggi. Menurut Sekretaris Korporat Merpati, Purwatmo, kota yang berusia empat abad itu menjadi pusat singgah orang dan barang via udara. Hampir semua pesawat yang akan terbang ke Indonesia timur singgah untuk mengisi bahan bakar di Kota Anging Mamiri ini.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan arus penumpang melalui Bandara Hasanuddin terus meningkat. Pada 2006 tercatat 1.413.051 orang, meningkat menjadi 1.695.494 pada 2007, dan per Juni 2008 jumlah penumpang 776.801. Perluasan bandara ini diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 4 Agustus 2008.

Kini Hasanuddin memiliki terminal seluas 10.800 meter persegi, dengan kapasitas 1,5 juta penumpang per tahun. Luas apronnya 69.100 meter persegi, yang mampu menampung 32 pesawat berbagai ukuran. Ada fasilitas terowongan bawah tanah untuk menyeberangi jalan dan memanggil taksi. PT Angkasa Pura I menginvestasikan Rp 550 miliar untuk pembangunan proyek tersebut, dari hasil obligasi yang diterbitkan awal 2007 senilai Rp 400 miliar.

Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Najib bin Tun Abdul Razak pun kepincut untuk membuka jalur Kuala Lumpur-Makassar ketika berkunjung ke Makassar, September tahun lalu. ”Kalau tidak bisa tiap hari, dua atau tiga kali seminggu,” kata dia. Niatnya akhirnya diwujudkan AirAsia pada 25 Juli lalu dengan terbang setiap hari. Namun, karena load factor yang rendah, kini penerbangan langsung Kuala Lumpur-Makassar dikurangi menjadi empat kali sepekan.

l l l

”Selamat datang di Makassar,” sapa Hamludin, 24 tahun, sopir taksi bandara, kepada Tempo. Dari bandara, taksi meluncur ke jalan tol seksi empat, yang baru diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 September lalu. Jalur ini berhubungan dengan tol seksi satu dan dua (dibangun pada 1995) menuju pusat kota.

Sepuluh menit taksi melaju, di sisi kiri-kanan jalan bebas hambatan ini terbentang kawasan industri Makassar, yang dikelola PT KIMA. Luasnya 303 hektare, dan akan dikembangkan menjadi 703 hektare. Perseroan itu menjual kaveling siap bangun, rental bangunan pabrik siap pakai, dan gudang. Saat ini 169 perusahaan domestik dan asing telah bergabung. Posisi kawasan ini memang strategis, 15 kilometer dari pusat kota, dan 15 menit dari pelabuhan.

Pelabuhan Bongkar-Muat Soekarno-Hatta juga dibenahi. Kawasan pergudangan diperluas. Menurut website-nya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar dan PT Pelindo IV mulai merealisasi pembangunan pelabuhan pada awal 2008.

Lima orang tukang bangunan sedang memasang pagar pembatas antrean tiket dan memperbaiki salah satu ruangan di Pelabuhan Makassar, Rabu dua pekan lalu. Puluhan penumpang transit dari Pulau Buton yang menunggu kapal menuju Kupang membuka lapak di selasar pelabuhan, membuat suasana pelabuhan menjadi kumuh. Sampah dari penumpang transit berserakan di sudut pelabuhan.

Rencananya, sepanjang pantai dekat Pelabuhan Soekarno-Hatta hingga Pelabuhan Rakyat Paotere akan direklamasi. Totalnya 150-200 hektare, untuk kawasan bisnis, area pelabuhan, serta fasilitas umum dan fasilitas sosial. Targetnya rampung pada 2014 dengan menelan biaya Rp 800 miliar. Selanjutnya, pembangunan pelabuhan peti kemas dan area kontainer dimulai pada 2014, dengan investasi Rp 600 miliar.

Pelabuhan Bongkar-Muat Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Penumpang Makassar berada di sebelah utara Pantai Losari. Sedangkan Pelabuhan Rakyat Paotere berjarak lima kilometer dari pusat kota. Ini adalah pelabuhan tua peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo, abad ke-14.

Dengan pelabuhan dan bandara yang sudah semakin luas, Makassar kini siap menjadi pintu gerbang Indonesia timur. Global Trade Center dibangun di atas lahan seluas 20 ribu meter persegi, sejak akhir 2002. Ini bagian dari proyek Makassar Commercial District yang akan menempati 150 ribu meter persegi di Tanjung Bunga, Kota Makassar.

Alun-alun kota pun bersolek. Pagar seng setinggi dua meter menutupi Lapangan Karebosi, kawasan yang biasanya dipakai warga untuk olahraga, main layang-layang, dan konser musik. Kompleks ini direvitalisasi menjadi dua lapangan sepak bola, tempat rekreasi, area penghijauan, dan pusat perbelanjaan, komplet dengan parkir bawah tanah. Investasinya Rp 113 miliar.

Pembangunan Makassar memang pesat. Menurut Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, pertumbuhan provinsi selama April-September mencapai 9,14 persen. ”Di atas rata-rata nasional 6,3 persen,” tulis Syahrul dalam pesan pendeknya.

Anggaran daerah, salah satunya, ditopang sektor pertanian, yakni kakao, beras, dan jagung. Dari kakao saja, tahun lalu mereka mengekspor sekitar 181.100 ton, menyumbangkan 15 persen pendapatan daerah (lihat tabel). Penyumbang terbesar nikel, yang hasil ekspornya pada 2007 menguasai 79 persen pendapatan ekspor.

Dalam tempo lima bulan terakhir, enam bank swasta membuka jaringan di Sulawesi Selatan, antara lain Bank Bumiputera dan Bank Commonwealth. Kini sudah 34 bank yang beroperasi di Makassar. Kemajuan Makassar juga bisa dilihat dari kepemilikan kendaraan bermotor yang terus menanjak, baik mobil maupun sepeda motor.

Namun, seperti kota besar lain, persoalan kemiskinan masih ada. Salah satunya, tak jauh dari kawasan elite Tanjung Bunga, tampak rumah-rumah berdinding seng berimpitan di pinggiran Selat Makassar. Pengemis memang tidak berkeliaran di perempatan lalu lintas. Tapi, menjelang malam, mereka muncul di anjungan Pantai Losari.

Retno Sulistyowati, Amandra Mustika Megarani, Irmawati (Makassar)

Pertumbuhan Kendaraan Bermotor (Ribu)

  Mobil Motor
2004 141 547
2005 147 615
2006 157 712
2007 165 794

SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAERAH SULAWESI SELATAN 2008

Provinsi Sulawesi Selatan
APBD Versus Pendapatan Asli Daerah (Miliar Rupiah)

  APBDPAD
2004 938 563
2005 1.165 675
2006 1.392 775
2007 1.717 992
2008* 2.115 1.113

Ekspor Kakao (Ton)
*hingga Agustus

2004181.254
2005193.357
2005193.357
2007181.122
2008*103.344

SUMBER: ASOSIASI KAKAO INDONESIA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus