Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan sampah menjadi masalah yang harus segera ditangani setelah banjir di Ibu Kota surut. Dia khawatir tumpukan sampah itu bisa menjadi sarang bibit penyakit jika tidak buru-buru disingkirkan dari permukiman penduduk. "Segala macam (sampah) ada, you name it. Everything under the sky," ujar Anies Baswedan saat mengikuti kerja bakti di Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehari sebelumnya, Anies mengeluarkan seruan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kerja bakti serentak di wilayah Ibu Kota yang terendam banjir. Bantuan itu dibutuhkan agar lingkungan tempat tinggal korban bisa segera direhabilitasi. "Tempat-tempat kemarin yang terkena dampak (banjir), suasana belum benar-benar kembali seperti semula," katanya. "Inilah kesempatan bagi kita untuk berempati dan turun tangan langsung membantu sesama warga kota."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anies, ada sekitar 300 orang yang terlibat dalam kerja bakti tersebut. Mereka berasal dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan sosial. Tidak sedikit pula individu-individu yang datang atas nama pribadi. "Tadi kami angkat (sampah) apa saja yang sudah terkumpul di sini karena tidak mungkin warga di sini membawa itu semua," katanya. "Kalau tidak datang para relawan kerja bakti ini, enggak mungkin cukup kekuatan untuk mengangkat."
Anies menuturkan, berdasarkan data pada 2 Januari lalu, banjir merendam sekitar 390 RW di Jakarta. Sabtu lalu, sekitar 65 RW atau 3 persen dari wilayah tersebut masih terendam banjir. "Sekarang masih terus dalam proses penyurutan air. Kami bersyukur pengendaliannya berjalan dengan cepat," katanya.
Atori, warga Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, mengatakan lingkungan tempat tinggalnya sudah sering terkena banjir. Tapi dia menilai banjir kali ini merupakan yang terparah. "Ini paling gede. Orang dewasa tenggelam di sini," ujar pria berusia 52 tahun itu.
Menurut Atori, saat banjir pada 1 Januari lalu, keluarganya terpaksa naik ke lantai dua. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, air tak sampai masuk ke rumah.
Pernyataan serupa disampaikan oleh Serena, 56 tahun, yang rumahnya lebih jauh dari bibir sodetan Kali Cipinang. Pada banjir 2007 dan 2012, air hanya menggenang di jalan depan rumah. "Kalau kemarin, semua barang di dalam rumah terendam air," kata dia.
Masalah sampah pasca-banjir juga dirasakan oleh sebagian penduduk Kota Bekasi. Warga Pondok Gede Permai, Kecamatan Jatiasih, misalnya. "Sampah seperti enggak ada habisnya," kata Katmo, petugas Dinas Lingkungah Hidup Kota Bekasi, kemarin. "Hari ini saja sudah tiga rit, tapi sampah masih banyak."
Dinas Lingkungah Hidup Kota Bekasi mengerahkan belasan truk sampah di perumahan Pondok Gede Permai. Bahkan alat berat juga diturunkan. "Kalau alat berat cuma satu. Bisa saja ditambah, tapi armada (pengangkut) sampahnya terbatas," kata Andi, operator alat berat dari Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bekasi.
Pondok Gede Permai terkena banjir paling parah pada awal Januari lalu. Di beberapa titik, ketinggian air mencapai lima meter. Tapi, kata Andi, truk sampah juga dibutuhkan di beberapa lokasi banjir. Di antaranya Pondok Mitra Lestari, Kemang IFI, dan Vila Jatirasa. "Kemarin, banjir di sana juga termasuk parah," katanya.
Menurut Andi, alat berat digunakan sejak Kamis lalu untuk mengeruk sampah dan lumpur dari jalan utama. Ia memperkirakan 80 persen sampah telah disingkirkan. "Mudah-mudahan secepatnya selesai," kata Andi.
M. YUSUF MANURUNG | IMAM HAMDI | ADI WARSONO | SUSENO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo