SEJAK rumah Tamimi di Desa Tarisi, Wanareja, 65 km di barat Cilacap, terbakar pada malam Jumat Kliwon 19 April lalu, nama Si Udin sanat populer. Padahal, ketika belum tahu duduk soalnya, Markasan, Ketua RT di situ, sempat marah-marah dan tersinggung. "Masa ada rumah terbakar, orang pada tertawa geli," katanya. Tamimi - yang rumahnya dan kandang kambing beserta kambingnya sekalian habis terbakar - memang tak patut ditertawakan. Tapi ratusan orang, yang mencoba memadamkan kebakaran itu, memang bukan menertawakan Tamimi. Sumber tawa adalah Herudin alias Mang Udin, 45, pengusaha mi di desa itu. Malam itu, begitu tahu ada kebakaran, pria bertubuh tinggi besar itu langsung keluar rumah sambil menenteng ember. Ia hanya mengcnakan singlet dan kain sarung. Udara malam itu memang terasa panas sekali. Sewaktu menimba dan menyiramkan air ke arah api, agar bebas bergerak, ia mengalungkan sarungnya ke leher. Maka, tanpa ampun lagi tampaklah kemaluan Mang Udin. Dan orang pun berteriak mengingatkannya. Apa mau dikata, Mang Udin rupanya kelewat bersemangat hingga tak mendengar peringatan. Setelah api padam, barulah ia sadar apa yang terjadi. "Saya segera berlari pulang karena malu," katanya. Tak dinyana, anak-anak mengejarnya sambil cekikikan. "Ingin melihat Si Udin," kata mereka. Dan para orangtua segera pula berlarian ke rumah Mang Udin. Bukan untuk ikut melihat, melainkan takut anak-anak mereka nyasar atau hilang. Soalnya, waktu itu sudah lewat tengah malam. Akibat kejadian itu, Mang Udin, untuk sementara, tak berani keluar siang hari. Sebab, di mana-mana orang sudah telanjur menyebut tiap alat vital dengan "Si Udin".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini