KARENA perencanaan yang setengah matang, kubah masjid yang dibuat dengan semangat menggebu itu hampir tak bisa dimanfaatkan. Warga RT 04/RW 10 Kampung Cicabe, Sukapada, Cicaheum, Bandung, dekat perkampungan Cicadas (daerah yang sering disebut sebagai terpadat di dunia), hendak memperluas masjid Baabul Khoiral (Pintu Gerbang Kebajikan) yang dibangun sejak 1977. Masjid yang nantinya akan mempunyai luas 126 m2 itu akan diberi kubah cukup besar. Pembangunan dimotori Haji Bakran AS, 56, yang baru kembali setelah tujuh tahun bekerja di Arab Saudi. Dana yang tersedia Rp 2,5 juta, Rp 1 juta swadaya masyarakat dan selebihnya bantuan dari Departemen Agama. Pembangunan dimulai akhir April lalu secara gotong royong. Kubah berdiameter 2,5 m, tinggi 3 m, dan berat 150 kgitu dibuat di rumah Pak Haji. Tapi begitu kubah selesai, persoalan pun muncul: Bagaimana mengangkutnya ke masjid? Jaraknya memang tidak jauh, hanya 50 meter. Hanya, gang di kampung itu, yang dipadati rumah penduduk, lebarnya cuma 2 meter. Memenggal rumah-rumah penduduk atau menyewa helikopter tentu tiJak mungkin. Tapi karena yang dituju adalah jalan kebajikan (sesuai dengan nama masjid itu) ada saja jalan keluar. Kubah tadi akhirnya bisa diangkut dengan jalan melingkar berjarak + 200 meter, lewat sungai. Baabul Khoirat kebetulan memang terletak di tepi Sungai Cidurian. Ketika warga beramai-ramai mengangkut kubah, polisi dan orang-orang di terminal Cicaheum sempat kaget karena mengira ada demonstrasi. Total diperlukan waktu 10 jam untuk menggotong kubah itu. Esoknya, alhamdulillah, masyarakat sudah bisa bersembahyangJumat di masjid kebanggaan borkubah baru itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini