SUASANA alam mendukung benar penggerebekan itu. Malam tanpa bulan, Sirocco, angin kering Gurun Sahara yang datang mengarungi Laut Tengah, masuk dengan terkaing-kaing ke Palermo, ibu kota Sisilia, Italia, membuat penduduknya enggan ke luar rumah. Jangan heran kalau hanya sedikit di antara mereka yang sempat memperhatikan apa yang sedang berkembang. Berpuluh mobil pasukan bersenjata lengkap memburu di jalan-jalan dan gang-gang. Lalu membuat lingkaran kepungan di bagian-bagian kota tertentu. Pintu rumah, apartemen, dan bahkan kantor digedor atau didobrak paksa, penghuninya diciduk. Mereka digiring beramai-ramai ke penjara, bagai tawanan perang. Ini memang perang sungguhan. Newsweek, 15 Oktober, menyebut bahwa 3.000 anggota polisi terlibat dalam operasi penggerebekan itu. Sebuah pesawat DC-9 khusus milik perusahaan penerbangan Alitalia menunggu duluan di lapangan udara Palermo untuk menerbangkan 28 hasil penggerebekan ke Pisa. Di kota menara miring itu sudah menanti pula sejumlah mobil van berkawal untuk mengangkut mereka ke penjara Florence, Livorno, dan Pulau Pianosa. Sampai malam berubah parak siang, tak seorang pun penduduk Kota Palermo - kecuali pasukan yang bertugas - mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Sebelum dinihari 29 September, hari raya St. Michael (pelindung polisi), pihak keamanan Italia melakukan gempuran terhadap Mafia yang termasuk terbesar sejak 1920 - saat Diktator Benito Mussolini menumpas tanpa ampun organisasi bajingan yang tersohor itu. Polisi tidak cuma diperlengkapi dengan senjata tetapi juga daftar panjang yang memuat 366 nama anggota Mafia yang harus ditangkap. Tapi jumlah yang dapat terjaring, ternyata, tak jelas. Menurut Time, 15 Oktober, 53 orang. Tapi Newsweek, pada tanggal yang sama, menyebut angka 66 orang. Hanya saja, kedua media cetak besar AS itu sepakat menentukan jumlah yang sudah dipenjarakan lebih dahulu, yaitu 140 orang. Pengaruh gempuran terhadap "syarikat terhormat" - demikian anggota Mafia menyebut dirinya itu luar biasa. Uap kekhawatiran mencekam semua peringkat Mafioso (anggota Mafia) yang namanya tidak tercantum dalam daftar tangkapan. Bahkan kaum politisi, yang selama ini aman main mata dengan Mafia, mulai merasakan gigilan. Yang terjaring bukan lagi ikan teri. "Mereka yang ditangkap semuanya pemimpin penting Mafia," kata Sosiolog Pino Arlacchi, ahli bidang kejahatan terorganisasi. "Tonggak organisasi Mafia di Palermo kena goyang, Malahan gempuran yang dipimpin oleh penegak hukum Palermo Giovanni Falcone itu ternyata menggelegar juga di AS. Dua hari setelah itu, pejabat AS menangkap 28 orang Amerika dan Italia di New York, Illinois, New Jersey, Michigan, dan Wisconsin. Dan segera setelah itu prosedur yang diperlukan untuk mengekstradisikan mereka ke Italia dipersiapkan. * * * Operasi itu bermula dari sebuah pengkhianatan hal yang lumrah dalam setiap gerakan atau organisasi, juga Mafia. Kendati ada semacam sumpah "tutup mulut", yang disebut omerta, acap kali ada saja sejumlah "serdadu" bawahan Mafia yang melanggarnya: "menyanyi" kepada petugas keamanan. Seperti kali ini, penggerebekan itu berawal pada nyanyian. Tommasso Buscetta--yang sementara ini masih sulit ditentukan, apa serdadu apa tokoh. Lelaki berusia 56 tahun itu paling tidak dikenal sebagai "bos dua dunia", karena kawasan operasi kejahatannya tidak saja di Italia, tetapi juga menjangkau sampai ke Brazil. Dua bulan lamanya ia menyanyi kepada pejabat AS dan Italia. Lagunya dari jenis balada, karena mengandung cerita panjang. Buscetta, yang disimpan di bawah penjagaan ketat di sebuah vila di Roma pinggiran. Ia mengungkapkan dengan gamblang kerangka organisasi Mafia juga 122 kasus pembunuhan paling akhir, lengkap dengan daftar panjang nama para pelakunya serta tokoh-tokoh teras Mafia. Dibongkarnya juga "jaringan Sisilia" di luar negeri, termasuk organisasi-organisasi Mafia Amerika yang menyalurkan obat bius. Buscetta memaklumkan bahwa ada perbedaan Mafia 1980-an dengan Mafia ala kisah klise The Godfather Mario Puzo. Gerombolan Mafia sekarang, baik di Italia maupun di AS, menurut Buscetta, jauh lebih rakus dan lebih kotor. Kalau memang ada kode etik tentang kehormatan dari para Mafioso beberapa generasi lampau, sekarang ini tidak lagi dianggap oleh para penerus. Menurut Buscetta, pada struktur organisasi Mafia yang seperti piramid itu bangunan dasarnya adalah cosche, para keluarga atau wangsa. Mereka ini, seperti dalam film, memiliki batas teritorial yang sangat jelas. Tetapi kepala-kepalanya sama sekali tidak mirip sosok The Godfatherala Mario Puzo, dan hampir tidak berkuasa. Cukup mengejutkan, Buscetta mengungkapkan bahwa capifamiglia, atau para bos keluarga, diangkut atau dijatuhkan berdasarkan suara para anggota wangsa. Pada lapisan kedua piramid duduk komisi-komisi provinsi dari seluruh Sisilia. Komisi-komisi ini berperan sebagai penengah dan koordinator antarkeluarga. Di antara semua komisi, komisi Palermo dianggap paling penting - belakangan komisi Corleone menggesernya. Di puncak piramid bertahta cupola, atau komisi sepuluh. Diketuai oleh kepala dewan Provinsi Palermo, cupola di kawasan itu adalah badan yang menyidangkan konflik-konflik hukum dan bertugas mengkoordinasikan kegiatan di luar Sisilia. Dikuasai oleh wangsa yang kuat, komisi-komisi itu berwenang memutuskan pelaksanaan pembunuhan terhadap para penegak hukum atau politisi penting, atau menyetujui pembantaian Mafioso yang tidak disukai, bahkan sampai di New York. Cara ini kadang-kadang berhasil. Tetapi sering kali juga, kata Pino Arlacchi, sosiolog anggota staf komisi anti-Mafia Italia, ternyata tidak ialan. Arlacchi mengingatkan agar tidak terlalu menganggap penting struktur Mafia seperti yang digambarkan Buscetta itu. "Tentu saja ada pembagian-pembagian dalam suatu wilayah, dan kepala-kepala Mafia memang secara periodik bertemu untuk mengkoordinasikan kegiatan," katanya. "Tetapi sekitar 500 pembunuhan di dalam dua tahun perang antarkelompok Mafia membuktikan bahwa tidak ada suatu struktur yang selamanya dapat mendamaikan perselisihan sesama mereka." Pembunuhan-pembunuhan itu, kata Buscetta, bukan hanya hasil persaingan memperebutkan wilayah kekuasaan. Tetapi juga akibat pertarungan memperebutkan kedudukan antara para bos baru, yang tidak dapat diterima oleh mayoritas anggota Mafia dan oleh bos-bos tua, yang merasa ditinggalkan keluarga. Keadaan inilah yang membuat kelompok Corleone akhirnya merebut hegemoni dan meraih empat tempat dalam komisi sepuluh tadi. Banyak kalangan menilai apa yang diungkapkan Buscetta belum pernah terbuka sebelumnya. Sejumlah pejabat Italia, misalnya, mencoba membandingkannya dengan kesaksian penjahat Amerika Joseph M. Valachii pada 1963. Hasilnya, para pengusut negeri itu menyimpulkan, Buscetta memberikan informasi yang lebih baik. "Kami berada pada suatu titik balik," ujar jaksa kepala Palermo, Vincenzo Panjo. "Untuk pertama kali kami berhasil masuk ke dalam struktur Mafia." Sementara itu, rekannya, Jaksa Giusto Schiacchitano, menganggap pembeberan Buscetta "telah membuka pintu yang sebelumnya tertutup rapat". Sambutan girang juga datang dari Amerika. Jaksa Rudoloph Giuliani, yang membawahkan distrik selatan New York, berkata bahwa akibat buka mulutnya Buscetta, "Kami memiliki wilayah pengawasan intel baru yang tidak ada sebelumnya." Para pejabat AS dan Italia memang berusaha keras memanfaatkan informasi Buscetta untuk meraup lebih banyak Mafioso - dan menggulung jaringan Sisilia yang telah menyelundupkan obat bius seharga milyaran dolar ke AS dalam beberapa tahun belakangan ini. Walaupun sejumlah pejabat memperingatkan bahwa cengkeraman Mafia belum melemah, mereka berharap ada lagi tokoh lainnya yang mengikuti jejak Buscetta. Ketika mengunjungi Kota Paola di Italia, Paus Yohannes Paulus ll juga mengimbau orang-orang Italia untuk menghancurkan "rantai vendetta (dendam temurun) yang tragis" dan "berani mengenyahkan omerta" yang "menjerat begitu banyak rakyat ke dalam belitan keruwetan yang didiktekan oleh ketakutan." Namun, beberapa jam setelah imbauan itu, vendetta justru kembali dilakukan: Leonardo Rimi, penjahat peringkat tengah Sisilia dan pembantu Buscetta, diberondong roboh di tempat persembunyian di sebuah rumah ladang 30 mil dari Palermo. Beberapa penegak hukum Italia memperkirakan, pembunuhan itu dimaksudkan sebagai peringatan kepada Buscetta dan siapa saja yang mencoba-coba buka mulut. Karena itu, polisi berhati-hati, sebab berkembang pola kerusuhan baru - bahwa pembelotan dapat menciptakan babak baru pertumpahan darah besar-besaran. Tetapi, mengapa Buscetta sendiri membelot? * * * Jawabannya terletak pada pertarungan berdarah memperebutkan bisnis obat bius - heroin - yang telah mengubah kehidupan segerombolan orang Sisilia sejak pertengahan 1970-an. Sebelumnya, sekitar 100 keluarga puncak Sisilia - yang sering saling terjalin oleh perkawinan - memusatkan kegiatan mereka pada bidang-bidang tradisional, seperti pertanian, bangunan, pemerasan, pelacuran, dan beberapa penyelundupan obat terlarang. Walaupun terlalu diromantiskan oleh kebanyakan orang Sisilia masa kini, Mafia lama sebenarnya mempunyai caranya sendiri menangani hambatan. Kaum politisi dan polisi hanya "diolah", bukan dibunuh. Anak-anak dan wanita tidak dijadikan sasaran pengganyangan. Obat bius hanya dikirim ke pasar AS. Dan di sini, orang-orang Amerika meyakinkan rekan-rekan Sisilianya, seperti kata seorang pengusut, "Barang itu hanya disalurkan kepada orang kulit hitam dan orang Puerto Rico, bukan kepada cucu-cucu kalian." Tetapi hal itu kemudian mengalami perubahan. Ketika para pejabat Amerika dan Prancis berhasil menggempur apa yang disebut jaringan Prancis pada awal 1970-an, orang Sisilia mengubah Marseilles menjadi pusat heroin dunia. Sejumlah pabrik pengolahan dibangun, yang masing-masing menghasilkan 40 kg heroin seminggu. Jumlah itu cukup besar, sehingga merepotkan keluarga lama untuk mengelola pengangkutannya ke pusat-pusat penjualan. Nah, kelompok-kelompok baru yang kemudian bermunculan mulai bertarung memperebutkan bagian kegiatan - dan ketentuan lama yang tidak tertulis sebagian besar dilupakan. Dan inilah jadinya: para istri ikut bertewasan bersama suaminya masing-masing, dan acap juga anak-anak. Para pejabat yang usil kena berondong makin lama kian sering. Bahkan Mafia mulai menjual obat bius di pasar Italia sendiri, dengan menyingkirkan orang-orang Syria, Libanon, dan Turki, yang sebelumnya menguasai bisnis empuk itu. Pada 1982 dan 1983, sejumlah 253 orang terbunuh dalam perang antargang di Palermo saja. "Saya tidak tahu lagi Mafia jenis itu," Buscetta mengaku kepada para pengusut, dalam laporannya setebal 3.000 halaman. "Bukan di organisasi jenis itu saya habiskan hampir seluruh usia. Sekarang saya- mempercayai keadilan, dan karena itu ingin mengabdikan diri." Kedengarannya seperti ingin berbakti. Tapi, tak syak, motifnya yang utama adalah ini: ia merasa tidak dianggap di antara para Godfather. Karier Buscetta sejajar dengan bangkitnya bisnis obat-obat terlarang Sisilia. Ia pertama kali ditangkap pada 1959 karena pemalsuan dan penyelundupan rokok - kegiatan penting Mafia saat itu. Ia kemudian mengadakan perlawatan ke Brazil dan Amerika Serikat, dan pada suatu saat membuka warung pizza di New York. Warung inilah yang dicurigai sebagai tameng penjualan obat terlarang, hingga Buscetta ditangkap di New York pada 1970 - dengan tuduhan masuk secara tidak sah. Ia membayar uang jaminan US$ 75 ribu untuk keluar penjara dan kemudian kabur ke Brazil. Di negara ini ia meneruskan operasi obat biusnya, tapi dua tahun kemudian diciduk dan diekstradisikan ke Italia - untuk menjalani hukuman penjara dengan dosa mendirikan komplotan jahat dan melalukan penculikan. Kembali ke Brazil pada tahun 1980 Buscetta menyamar sebagai Jose Roberto Escobar, dan bertindak selaku "konsul" Mafia, baik untuk orang Sisilia maupun para penyelundup Amerika. Pejabat Italia yakin, ia juga terlibat dalam pengangkutan heroin dan kokain. Tetapi Buscetta membuat kesalahan dengan bersekutu dengan Gaetano Badalamenti. Menurut kesaksian Buscetta sendiri, si Badalamenti ini pernah menjadi ketua "komisi" agung Mafia Sisilia dari 1971 sampai 1978. Buscetta menjelaskan bahwa Badalamenti telah didepak oleh dua wangsa Mafia saingannya, Greco dan Corleone - yang dalam upaya mereka mengkonsolidasikan diri menggasak siapa saja yang dianggap lawan. Pada September 1982, ketika Buscetta berada di Italia, dua putranya lenyap, dienyahkan Mafia. Pada bulan yang sama, saudara laki-laki dan kemenakannya dibedil ketika sedang bekerja di pabrik gelas. Mati. Buscetta diam-diam pulang ke Italia untuk mengetahui apakah ia dapat mengakhiri peristiwa berdarah itu. Tapi ia segera tahu bahwa itu mustahil. Seluruhnya, paling sedikit 14 anggota keluarganya, dibantai oleh yang digambarkan Buscetta dalam pengakuannya sebagai "para bajingan haus darah". Pada 25 Oktober 1983, Buscetta ditangkap di Brazil karena dituduh memperlengkapi diri dengan paspor palsu. Ia mengaku, setelah diekstradisikan ke Italia, ia berkata kepada penangkapnya: "Oke, saya Tommasso Buscetta. Sebutkan berapa jumlah yang harus kubayar. Kebebasanku tak ternilai." Tetapi penegak hukum Brazilia tidak tertarik. Bukannya dibebaskan, bajingan itu mereka masukkan dalam kurungan, lalu polisi Italia dikontak. Bulan Juni berikutnya, jaksa Italia, Giovanna Falcone, dan wakil penuntut umum, Vincenzo Geraci, terbang ke Sao Paulo. Mereka menanyai Buscetta selama satu minggu, dan mendapat petunjuk pertama bahwa Mafioso itu ternyata suka membuka mulut. Tetapi Buscetta ketika itu berada dalam guncangan jiwa. Pada 3 Juli, hari yang disepakati pihak Brazil untuk melaksanakan ekstradisi, ia mencoba bunuh diri. Kemudian, dalam penerbangan kembali ke Italia, ia mohon agar mendapat jaminan keselamatan. Sementara itu, ia mempertimbangkan untuk buka mulut. Tak ayal, kesaksiannya langsung terjadi begitu ia turun dari tangga pesawat. "Buscetta benar-benar sadar tentang keputusan yang diambilnya itu kata Geraci. * * * Menjadi pertanyaan sejauh mana pembeberannya dapat dipercaya. Motivasinya barangkali bisa menjamin. Buscetta sendiri agaknya jengkel, karena dalam jangka lama tidak ada perbaikan peran dalam peringkat Mafia. Ia mengaku bahwa perkembangannya tertahan oleh perkawinannya yang empat kali. (Untuk mengimbangi kemudaan salah seorang istri mudanya, Buscetta sempat menjalani bedah plastik) Padahal, perceraian dianggap biji minus bagi promosi ke jenjang puncak Mafia Sisilia, kendati pergendakan tidak menimbulkan suatu ganjalan. "Saya hanya serdadu biasa: jadi bukan jenderal," Buscetta mengaku. "Perempuan menghancurkan saya. Karena itu, saya tidak mendapat promosi di Mafia." la tidak begitu bersemangat membicarakan kegiatan pribadinya. Katanya, pekerjaan utamanya di Brazil adalah mengelola sebuah armada taksi. Tapi para pengusut berkeyakinan bahwa Buscetta memainkan peranan vital di gerombolan bandit Sisilia. "la tokoh yang memiliki wewenang keturunan dan wewenang pribadi," kata Geraci. "Bebas peringkat memang, tapi ia memegang segepok kuasa di Mafia. Ia capo bangkotan dan poros utama organisasi Mafia." Pengaruh Buscetta dalam organisasi terlihat dari kejernihan dan keluasan informasi yang ia ungkapkan. Ia menyuguhkan ikhtisar lengkap struktur komando Mafia, menjelaskan bagaimana tiap wangsa mempunyai wilayah operasinya masing-masing. Ia bahkan menggambarkan bagan tiap wilayah operasi di atas peta Sisilia. Ia mengaku, tiap wangsa relatif bekerja sendiri-sendiri. Tetapi komisi agung, yang terdiri atas wakil-wakil dari sekitar 10 keluarga utama, memberikan keputusan tentang tindakan kejahatan dan investasi yang utama serta menengahi atau mengadili perselisihan di dalam Mafia sendiri. Sebaai contoh, Buscetta menceritakan bagaimana anggota Komisi Salvatore Inzerillo memberikan perintah pembunuhan terhadap Jaksa Gaetano Costa pada 1980, karena Inzerillo "ingin membuktikan betapa berkuasanya ia". Demonstrasi kekuasaan itu begitu baiknya: Inzerillo sendiri terbunuh pada 1981. Buscetta juga memberikan kunci kasus pembunuhan Jenderal Carlo Alberto Dalla Chiesa, pejabat puncak polisi Italia yang paling anti-Mafia, pada September 1982. Pembunuhan yang sempat membingungkan aparat keamanan Italia itu katanya, menyandang ciri khas gaya pembunuhan Corleone. Pelaksana pembunuhan direkrut dari Catania, kota bagian timur Sisilia, karena "mukamuka baru diperlukan". Dengan berat hati, Buscetta terpaksa melemparkan kesalahannya kepada Luciano Liggio, bos keluarga Corleone yang berada dalam tahanan. Buscetta mengaku menjadi "saksi mata" pembunuhan Jaksa Pietro Scaglione pada 1971, dan melihat sendiri Liggio ikut beraksi dalam penembakan. Ia jua menuding Liggio yang membunuh Jaksa Cesare Terranova yang disidangkan tahun lampau, tapi dibebaskan karena bukti-bukti tidak memadai. Kesaksian Buscetta yang paling mengundang perhatian justru kesaksiannya yang paling lemah. Mafia, katanya, berhubungan dengan para politis Italia melalui "ribuan saluran". Tetapi, sialnya, ia mengaku tidak tahu apakah ada seseorang di antaranya yang langsung dipekerjakan oleh Mafia. Namun, pengungkapan Buscetta sudah cukup memberi alasan kepada para pengusut untuk memaksa bekas wali kota Palermo, Vito Ciancimino, dihadapkan ke meja pemeriksaan. Ciancimino sendiri menganggap bahwa tuduhan kepadanya itu "aneh dan mengandung igauan". Buscetta juga naik saksi: seorang politikus ingin menghabisi Jenderal Dalla Chiesa, karena ia terlalu banyak membuat susah. Tetapi Antonio Caponnetto, kepala bagian pengusutan di Palermo, berkatabahwa tampaknya Buscetta tidak memiliki informasi khas untuk mendukung tuduhan itu. * * * Upaya penegakan hukum yang menggalak itu jelas membawa pengaruh. Setelah sejumlah kilang penyulingan heroin ditemukan, pejabat Italia berhasil pula membuktikan keterlibatan 59 Mafioso dalam perdagangan obat bius. Keberhasilan polisi itu pun meningkatkan permusuhan dalam tubuh gerombolan penjahat, ketika faksi-faksi saingan memasuki wangsa-wangsa yang telah sangat diperlemah oleh rangkaian penangkapan. Ketika keadaan menjadi lebih berbahaya untuk mempertahankan pengelolaan penyulingan di Sisilia, gerombolan penjahat memindahkan daerah operasi ke tempat lain. Atau,lebih jauh lagi, mulai berdagang heroin murni langsung dari Asia Tenggara. Tetapi taktik ini mempunyai risiko tersendiri. Sejumlah penyalur mulai melangkahi Mafia - yang sebelumnya bertindak sebagai tengkulak - dengan langsung mengirim sendiri hasil produksi mereka ke AS. Mafia diperkirakan mengontrol paling banyak sekitar 60% perdagangan heroin Amerika. Arlacchi meramalkan uap panas yang ditimbulkan kesaksian Buscetta "dapat meningkatkan kehancuran jalur langsung Sisilia dengan Pantai Timur" Amerika Serikat. Menurut para pejabat Amerika, gelombang penangkapan berikutnya masih diharapkan terjadi di dua wilayah seberang-menyeberang Atlantik itu pada bulan-bulan berikutnya. Terobosan berikutnya mungkin muncul dari apa yang disebut "jaringan pizza". Pada kasus ini 38 orang - yang sebagian besar dilahirkan di Itaiia - bulan April lalu sudah dicurigai menyelundupkan heroin senilai US$ 1,65 milyar ke AS. Penyalur utama, demikian dikatakan, boleh jadi bekas pelindung Buscetta sendiri, Gaetano Badalamenti, yang diekstradisikan ke AS dari Spanyol. Minggu pertama Oktober, hakim Italia Falcone melawat ke Brazil untuk mewawancarai para konco Buscetta. Jika mereka, khususnya Badalamenti, ternyata sudi buka bacot, informasi yang dihasilkan mungkin tidak terhingga. Persoalan mendesak para pejabat Italia adalah perlunya pembuktian segera bahwa tuduhan-tuduhan Buscetta cukup kukuh. Para penegak hukum tidak dapat melupakan penyidangan perkara tiga anggota gang, tahun silam, yang dituduh tersangkut pembunuhan Emanuele Basile, kapten polisi di Monreale, dekat Palermo, pada 1980. Setelah berulang kali diberi ancaman hukuman, para juri ternyata memutuskan bahwa tidak cukup bukti untuk menjatuhkan vonis. Dua tahun kemudian, orang yang menggantikan kedudukan Basile dan dua perwira polisi lainnya dihabisi. Dan, seperti biasa, tak ada saksi yang mau memberikan kesaksian. Kasus Basile dinilai perkara gawat, karena mendemonstrasikan kekuasaan Mafia untuk mengintimidasi. Minggu pertama bulan Oktober lampau, kembali polisi menemukan tiga tubuh tak bernyawa - Salvatore Pisciotta, Leonardo Rimi, dan Calogero Caruso - di luar Palermo. Rimi khususnya, diikenal bergiat di bidang angkutan obat bius yang ada hubungannya dengan wangsa Badalamenti. Mereka adalah orang ke-42, 43, dan 44 yang kematiannya terkait dengan gerombolan penjahat di kawasan Palermo tahun ini. Sekali lagi peristiwa semacam ini menandakan bahwa Mafia menggunakan segala cara dalam usahanya untuk memulihkan diri. * * * Asal muasal Mafia sendiri telah sirna di balik kabut sejarah Sisilia yang penuh darah. Para ahli ternyata tidak sepakat tentang apakah ungkapan itu berasal dari maehfil, yang berarti perserikatan. Kata ini konon berasal dari bahasa orang Arab, yang pada abad IX menaklukkan Sisilia. Ada kemungkinan pula dari bahasa Tuscan, maffia, yang berarti kemiskinan atau kesengsaraan. Tetapi alasan kemiskinan itu meragukan. Apakah penjajahan dan tekanan feodal berabad-abad sesungguhnya menjadikan Sisilia masuk perangkap dewa kejahatan, yang menjadikan negeri itu mbahnya organisasi kriminal penuh darah? Sinyal awal Mafia modern adalah compagnie d'armi. Ini kelompok serdadu pribadi, yang disewa kaum penguasa feodal yang ingin memaksakan kekuasaan. Langkanya peradilan hukum memberi kesempatan pasukan sewaan itu memberlakukan tata keadilan model primitif. Para petani yang menemukan sebuah mayat yang tangannya terpenggal segera tahu bahwa ada cecunguk yang dihukum. Jenazah dengan batang kelamin yang tersumpal di mulutnya tak lain mayat seorang pemerkosa atau pengganggu bini rekan secompagnie. Lidah yang hilang pertanda pemiliknya telah melanggar sumpah gerakan tutup mulut. Pada saat cara Mafia digunakan secara meluas pada awal abad ke-19, para pewaris compagnie d'armi sudah terjerumus ke dalam organisasi rahasia yang hierarkis. Wilayah operasi dipecah dalam sektor-sektor. Dan tahu-tahu, kawanan ternak, tanah pertanian, rumah jagal, kebun buah-buahan, pasar, dan pelabuhan sudah berada di bawah kontrol para bajingan. Lingkaran "serikat terhormat", dernikian mereka menjuluki diri sendiri, adalah keluarga, yang terikat dalam tali kekerabatan atau perkawinan. Sekelompok keluarga bersekutu di dalam sebuah cosca tumbuhan yang bunganya dimakan sebagai sayur. Seperti cosca, yang daunnya tumbuh tunggal pada satu bongkol yang sama, demikian pula hendaknya kaum Mafia. Memang, Mafia Sisilia lalu bisa dianggap gerombolan bandit paling tangguh di Italia. Tetapi, sebenarnya, ia bukan satu-satunya. Hampir di tiap kota ada "kontingen" bandit terorganisasi, yang beberapa di antaranya hanya bagian dari gerombolan gang Sisilia yang lebih besar. Tetapi ada pula yang melakukan operasi bebas, yang bersaingan dengan gerombolan Sisilia baik di dalam cakupannya maupun cara kekerasannya. Yang terbesar di antara jenis yang terakhir itu adalah gerombolan Camorra dari Naples. Camorra dalam enam tahun terakhir ini, terlibat dalam pertarungan hidup-mati dengan dua faksi utamanya, Nuova Famiglia dan Nuova Camorra Organizzata. Kira-kira 800 orang terbunuh dalam berbagai pertempuran, yang menjadi sedemikian brutal bahkan menurut ukuran Mafia. Cara menghabisi korban aneka macam: ditikam, ditembak, dibakar, dicekik, dan kadang-kadang dicincang berserpih-serpih atau dikeluarkan jeroannya. Seluruh keluarga disapu bersih, dan pada puncak peristiwa, perang menciptakan satu mayat sehari. Saling bantai itu timbul karena ambisi seorang bos, Don Raffaele Cutolo. Kepala gang Nuova Camorra itu berharap dapat meningkatkan jarahannya ke wilayah-wilayah yang sudah dikuasai sejumlah keluarga lain. Ia sudah pernah mendekami sel penjara 21 tahun lamanya, tapi tak jera. Camorra akhirnya terbelah ke dua kubu: proCutolo dan anti-Cutolo. Dan, meski pertarungan itu en(iiri ml lelllabkan kedua kubu, mereka berhasil menerobosi wilayah utara Italia. Milan, Turin, Genoa, dan Bologna lalu menjadi pusat pengelolaan obat bius Camorra dan usaha bisnis barang-barang haram lain. Tetapi, seperti para saingan Sisilianya, Neapolitan Camorra juga ditikam dari belakang oleh para pembelot yang buka mulut. Pada 1982, tukang bantai Cutolo paling ganas, Pasquale (si Binatang) Barra, melanggar kode etik membungkam itu. Malah sekitar 15 petiti, atau "anak babi", mengikuti jejaknya, dan tahun silam polisi Italia menangkap atau memerintahkan penahanan 860 penjahat. Musim panas ini 150 bandit lainnya dijebloskan ke balik jeruji, dan itu mendorong pembesar polisi Naples, Riccardo Boccia, mengumumkan dengan riang ria: "Cutolo sudah selesai". Tidak seorang pun bisa seyakin si pembesar polisi. Pembunuhan memang mereda sejak penangkapan itu, tapi belum berakhir. Banyak pejabat yakin, selama uang dapat dihasilkan dari perdagangan obat bius dan kegiatan haram lain, selama itu pula para gangster akan berkembang dan berbiak. "Kalau Anda memusnahkan satu wangsa, yang lain akan muncul sebagai gantinya," ujar Fulvio Milone, wartawan bidang kepolisian Italia. Dan polisi Naples menghadapi tambahan keruwetan dalam menangani Camorra. * * * Tetapi bahkan sebelum Buscetta mulai "menyanyi", gerombolan penjahat sepenuhnya dalam keadaan defensif. Terguncang oleh pembunuhan brutal terhadap Dalla Chiesa, para legislator Italia gopah-gopoh menciptakan undang-undang baru yang memberikan kekuasaan kepada pihak penegak hukum untuk menyeret penjahat yang dicurigai, memeriksa perusahaan dan rekening bank, serta membekukan aset mereka. Sementara itu, pemerintah AS dan Italia telah menandatangani persetujuan saling bantu dalam memenuhi kebutuhan informasi yang lebih besar di bidang kejahatan yang terorganisasi dan perdagangan obat bius. Kedua negara belakangan juga meratifikasikan persetujuan ekstradisi baru yang disederhanakan. Ini membuat pengalihan mafioso ke pengadilan menjadi lebih mudah. Di sini mereka dianggap lebih gampang disuruh berbicara. Hasilnya, kata Jaksa Isnardi, "Kontak antara Milan dan Amerika Serikat lebih baik daripada antara Milan dan Roma." Persetujuan ekstradisi AS-ltalia melahirkan beberapa keuntungan. Kedua negeri kini mengadakan tukar-menukar penjahat, padahal sebelumnya samasama menolak mengirimkan warga negaranya untuk diadili di luar negeri. Dengan persetujuan itu, kedua pemerintah dapat pula membekukan harta kekayaan si tercuriga. Kesepakatan itu juga merupakan kompromi antara konsep hukum Napoleonik Kontinental dan Anglo-Amerika. Para pejabat Italia tidak lagi harus memenuhi persyaratan "perkara yang mungkin", yang mengharuskan mereka mengajukan bukti-bukti lebih dahulu dari si tersangka yang diduga bersalah. Sekarang ada "dasar yang masuk akal" untuk mempercayai bahwa dugaan kuat kepada seseorang yang dicari sebagai berbuat kesalahan sudah cukup sebagai alasan. Dalam praktek, itu berarti harus ada tindasan surat penangkapan, dan "ikhtisar fakta, dari bukti yang berkaitan dan dari kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan". Sekali diekstradisikan, seseorang dapat ditahan sampai tiba masa penyidangannya, yang boleh jadi berbulan-bulan. Kesepakatan baru itu juga memungkinkan orang yang berbuat kejahatan di suatu negeri dialihkan ke negeri lain sebelum menjalani penuh masa hukumannya. Pada hari persetujuan diberlakukan, pejabat AS menerbangkan Michele Sindona ke Milan, Italia. Ia warga negara Italia yang dihukum 25 tahun di penjara federal AS karena melakukan berbagai kecurangan berkenaan dengan bangkrutnya Franklin National Bank. Jika Sindona dihukum di Italia, ia masih harus kembali ke AS untuk menjalani sisa masa hukumannya. * * * Gempuran terhadap Mafia yang kini dilakukan sebenarnya sudah dirintis satu dasawarsa silam. Saat itu biro intel federal AS, FBI, mulai melongok ke dalam kegiatan Mafia New York dari keluarga Joseph Bonanno. Penyelidikan dimulai pada sebuah faksi Mafia yang dikepalai Salvatore Catalano, tukang roti dan wiraswastawan di kawasan Queens, New York, yang tampaknya tidak hanya menjual pizza di toko pizza bernama Al Dente. Bukti-bukti segera ditemukan: para utusan kelompok Catalano ternyata mengalihkan sejumlah besar uang kontan melalui lembaga-lembaga investasi dan sejumlah bank di New York, Italia, dan Swiss. Jerat yang dipasang itu menjaring beberapa nama lain. Di antaranya Pietro Alfano, lahir di Sisilia, pemilik warung pizza di Oregon, Illinois. Gaetano Badalamenti, yang didakwa biang penyelundupan heroin ke AS dari Brazil, ternyata adalah pamannya. Bisulnya pecah ketika para pejabat Spanyol, yang mendapat titipan pesan dari rekan-rekan Amerika mereka, menangkap Alfano serta Badalamenti dan putranya di Madrid. Sehari kemudian pejabat federal di New York mendakwa ketiga orang itu, bersama 28 lainnya yang berkomplot, melanggar undang-undang obat terlarang. Dalam sebulan jumlah yang kena ganyang meningkat menjadi 38 orang. Menurut pejabat federal Mafia AS yang populer dengan sebutan "jaringan pizza" itu telah menyelundupkan sekitar 1.650 pon heroin seharga US$ 1,65 milyar ke AS dalam masa lima tahun terakhir. Penangkapan-penangkapan itu, khususnya di kawasan Midwest, membuat para tetangga ternganganganga. Mary Ross, pemilik gudang gandum di seberang pizzeria Giuseppe Vitale di Paris, Illinois, memuji pizza buatan Vitale. "Pizzanya bukan main," kata perempuan itu. "la memakai daging babi asli, bukan hanya daging-dagingan." Menurut Rudolph W. Giuliani, jaksa New York Selatan, "jaringan pizza" alias jaringan Amerika itu didirikan oleh orang-orang Sisilia yang tiba di benua itu 15-20 tahun silam. Mereka bukannya melapor kepada Mafia domestik, tetapi sebagian besar tetap melapor kepada godfather Sisilia, Gaetano Badalamenti. Di antara tokoh-tokoh Mafia yang terpenting, lima orang masih kerabat Badalamenti - Samuel Evola, Emanuele Palazzolo, Giuseppe Trupiano, Giuseppe Vitale, dan Pietro Alvano. Tampang kelima bajingan ini sama sekali tidak menarik perhatian. "Tidak seperti gangster 1930-an yang mudah ditandai," kata Giuliani. Mereka biasanya menghindari pusat-pusat kejahatan tradisional di New York dan Chicago. Daerah operasi yang lebih mereka senangi adalah lima kota kecil di Midwest - Temperance (Michigan), Milton (Wisconsin), dan tiga kota Illinois: Olney, Paris, dan Oregon. Menggunakan pizza parlor sebagai "etalase" depan, mereka berhasil mengembangkan bisnis gelapgelapan yang mencapai multijuta dolar - sebagian besar heroin. Menurut pejabat AS, mereka rnemperoleh suplai dari Badalamenti, yang pada 1981 kabur dari Sisilia ke Brazil setelah pertarungan perebutan kekuasaan antar-Podfathervane bersainan. Para penegak hukum mengemukakan, ketika melakukan pembicaraan telepon jarak jauh dengan "Paman" demikian panggilan Badalamenti di kalangan sendiri mereka menggunakan bahasa Sisilia dialek khas Palermo. Lagi pula, mereka memakai kata-kata kode, menyatakan pesanan menurut jumlah keju, saus tomat, dan adonan pizza. Dalam menyebarkan heroin, kata Giuliani, mereka meminta bantuan Salvatore Catalano. Salah seorang pemimpin berpengaruh wangsa Bonanno ini memiliki jalur yang tangguh ke Sisilia. Giuliani menduga bahwa pembayaran tidak dilakukan langsung, tetapi lewat rekening bank di Swiss. Para pejabat AS mulai menyingkap "jaringan pizza" sekitar tiga tahun lalu. Pejabat-pejabat bea dan cukai AS mulanya mencurigai Catalano, yang mengirim jauh lebih banyak uang ke luar negeri ketimbang yang dapat dihasilkannya melalui pabrik rotinya di Greenwich Village. Mulanya disangka uang hasil rampokan. Tetapi ketika para agen FBI menyadap pembicaraan telepon Catalano, ketahuan: ia acap kali mengadakan sambungan ke Midwest. Jejaknya merambat ke para kerabat Badalamenti, kemudian ke Badalamenti sendiri di Brazil. April lalu dakwaan terhadap 38 si tercuriga itu menjadi sah - termasuk kepada Catalano dan lima pelaksana di Midwest. Lebih banyak tangkapan bisa diharapkan terkumpul jika ekstradisi Badalamenti dari Spanyol ke AS benar-benar terjadi. * * * Seberapa jauh gempuran terhadap Mafia Sisilia dapat membantu pengganyangan cs- nya di AS masih suatu tanda tanya menganga. Orang-orang Sisilia hanya memiliki jalinan langsung dengan keluarga Bonanno. Mafia Amerika, sementara itu,masih sulit ditembus: hanya terdiri dari 24 keluarga, termasuk lima yang masyhur di New York. Anggotanya yang sudah "jadi" penuh swakarsa 2.000 sampai 4.000 orang, dan tidak lebih dari 20.000 anggota peserta atau simpatisan. Struktur organisasinya masih seketat zaman Joe Valachi. Sambil tetap meraih perolehan uang dari kegiatan haram - judi, pemerasan, lintah darat, pelacuran, dan obat bius - diversifikasi dilakukan pula ke jenis bisnis baru. Misalnya menghimpunkan dana dari uang rampokan, yang kemudian ditanam dalam usaha "halal tapi haram": restoran, bar, real estate, jual beli mesin dan biro jasa pengumpulan sampah. Gemarnya orang Sisilia bergabung dengan Mafia sempat membikin jawatan imigrasi AS bingung. Amerika memang kawasan penuh kesempatan: siapa saja yang punya ambisi bisa mengembangkan diri. Sebagian besar orang muda yang meninggalkan Sisilia - yang sumpek dan papa sengsara, dengan tradisinya yang menekan dan tingginya angka pengangguran - terkejut menjumpai kesempatan begitu besarnya di Amerika. Mereka, paling tidak, bisa menjadi kuli galian, kenek bangunan, sopir taksi, atau menunggu dengan santun di samping meja restoran milik para kerabat sendiri. Tidak sulit kemudian menaikkan jenjang menjadi anggota Mafia. Cesare ("Bocah Jangkung") Bonventre adalah salah seorang di antara pemuda Italia yang meniti karier macam itu. Ketika ia datang ke AS 16 tahun yang lalu dari Castellammare del Golfo pada usia 27, ia masih kertas putih. Mencuri pun tak mampu, apalagi menggunakan lupara, pistol pendek. Tapi ia cekatan dan tampan, dan punya sejumlah koneksi. Pamannya, Peter, adalah pendiri wangsa Bonanno di New York, dan pamannya yang lain, Giovanni, salah seorang bos keluarga kriminal itu. Bonventre yang tidak sabaran, begitu berhenti sebagai buruh bangunan, di awal karier mafianya berusaha mencari posisi yang pantas. Ia dan rekannya, Baldasare Amato, membabat consigliere (konsul) Bonanno bernama Carmine Galante, yang terbilang bosnya sendiri. Mereka menjalankan kenekatandengan jelek, tapi mungkin bagus efeknya. Pada Juli 1979, tiga orang bertopeng memburu masuk ke sebuah restoran di Brooklyn yang sedang digunakan Galante, si konsul, untuk makan siang. Tembakan yang dilepaskan seketika merobohkan si tua itu. Bonventre dan Amato kabur tanpa cedera. Mendengar polisi sedang mencari mereka, Bonventre dan Amato mendatangi kantor polisi dan menyatakan siap diperiksa. Polisi ternyata tidak mempunyai bukti, walau dengan keras menduga pasangan itu setidak-tidaknya tahu tentang pembunuhan Galante. Anggota gang yang tahu persis kenyataan itu memandang Bonventre dengan respek baru. "Memerlukan nyali seperti itu untuk bisa membunuh seorang bos," kata seorang consigliere New York yang berperingkat. "Si Cesare meraih respek untuk keberaniannya. Orang akan ngeri kepada siapa saja yang berani membunuh bosnya sendiri." Bos-bos tua semakin banyak alasan untuk takut pada Bonventre, yang saat itu 28 tahun. Ia memang lagi meningkatkan kekuasaannya dengan menebas siapa saja yang coba-coba menghadang. "la bunuh si Fulan ia bunuh si Badu," kata si konsul. "Ada 20 orang yang dibikinnya mati." Bonventre memaksa seorang pelindungnya menyerahkan sebuah restoran miliknya. Ia memaksa pula Don Frank Lupo, 56, melepaskan sebuah wilayah yang telah berkembang - dan Don Mafia itu kemudian mendirikan sebuah lainnya yang baru di Miami. Bonventre, untuk statusnya, membeli sebuah mobil Ferrari merah yang ramping. Memakai busana malam, ia memacu mobil mewah itu ke restoran yang baru diserahkan kepadanya di Brooklyn, untuk berkencan dengan perempuan-perempuan cantik kelas atas. Dengan gaya itu ia menantang perang keluarga Gambino yang berkuasa. Penangkapan terhadap Cesare Bonventre April lampau, bersama "jaringan pizza" lainnya, mencegah sebuah perang berdarah antargang di New York. Ini merupakan kemandekan mendadak dari kemajuan Bonventre yangsedang melesat. Tapi sebelum polisi dapat memitingnya, ia meninggalkan Ferrarinya seharga US$ 50.000, Ialu mengendarai Buick biru menembusi malam. Entah ke mana. Keluarganya bilang bahwa Bonventre, yang dicurigai bekerja sama dengan orang dalam kepolisian, akan kembali. Tapi Mafioso setempat lebih yakin, terutama karena istri Bonventre melahirkan putra pertamanya keesokan harinya. "la tidak akan lari," kata seorang anggota komplotan. "Tidak seorang Sisilia pun ingin jauh dari istri yang baru memberinya putra pertama. Seluruh tetangga tahu itu. Kalau ia tak datang, artinya ia sudah mati," kata para tetangganya. Benar. Sebulan setelah kelenyapannya, Cesare Bonventre ditemukan di sebuah gudang di Garfield, New Jersey. Ia tertembak dengan lima lubang dan tercincang berkeping-keping - disumpalkan ke dalam drum minyak ukuran 55 galon. Usianya 33 tahun ketika itu. Rekan-rekannya, para Mafioso, menganggap Bonventre korban ambisi pribadi. "Di pikirannya, di dalam perasaannya," kata salah seorang di antara mereka, "ia menganggap dirinya sudah bos. Dia angkuh." Dia juga tolol. Dalam kepercayaan orang Nasrani, kesombongan bisa berujung fatal. * * * Ada sumber menyebutkan, Mafia memasuki AS bersama arus imigrasi yang memuncak pada dasawarsa pertama abad ini. Kepala Mafia Sisilia yang legendaris, Don Vito Cascio Ferro, konon melangkah ke AS pada 1900 untuk membantu mendirikan Black Hand, organisasi kejahatan yang berafiliasi dengan Mafia asli. Kembali ke kampung halaman, Don Vito suka sesumbar bagaimana ia membunuh intel polisi New York, Giuseppe Petrosino, orang Amerika keturunan Italia yang pernah melawat ke Palermo pada 1909 untuk melacak kaitan Black Hand dan Mafia Sisilia. Pada hari anggota polisi itu tiba, Don Vito menghentikan santap siangnya di rumah seorang wakil Sisilia di parlemen Italia. Ia lalu menembak Petrosino di luar gedung pengadilan Palermo, kembali ke meja makan dan menyelesaikan santapannya. Sang tuan rumah menyelamatkan Don dari tuduhan membunuh dengan bersumpah bahwa tamunya tidak pernah meninggalkan rumah pada saat peristiwa pembunuhan berlangsung. Untuk memperteguh kediktatorannya, Benito Mussolini meluluhlantakkan Mafia pada pertengahan 1920-an. Don Vito ditangkap dan diadili, dituduh menyelundup. Ketika ketua pengadilan memperkenankannya mengucapkan sesuatu untuk membela diri, si tua jangkung tampan bermisai itu menjawab santai. "Tuan-tuan," katanya, "karena Anda sekalian tidak mampu menemukan bukti apa pun untuk sejumlah kejahatan yang sesungguhnya saya lakukan, kalian harus membebaskan saya terhadap satusatunya tuduhan yang saya tidak perbuat." Mafia Sisilia kembali hidup pada 1943 di Amerika, ketika badan inteligen AS meminta kepada para pemimpin Mafia Amerika menghubungi saudara tua mereka di Italia. Yang diinginkan: agar Mafia menyiapkan suatu kemudahan atau membantu gerakan tentara Sekutu dalam invasi ke Sisilia. Sebagai imbalannya, pihak militer AS membolehkan Mafioso mengambil suatu posisi kekuasaan pada beberapa kota penting Sisilia. Di antara sejumlah orang Italia yang membantu pihak militer AS itu adalah Vito Genovese. Ia kabur ke Italia pada 1937, setelah penuntut khusus New York City, Thomas E. Dewey, menuduhnya terlibat pelbagai pembunuhan gelap. Genovese atas panggilan Sekutu muncul sebagai penerjemah di markas Komando Militer Sekutu di Italia. Ia seketika itu pun menjadi kepala jaringan penyelundupan besar-besaran barang-barang yang dicuri dari tentara Amerika. Pada 1959 ia dijatuhi hukuman penjara 15 tahun, dengan tuduhan terlibat penyebaran narkotik secara tidak sah. Sekitar satu dasawarsa kemudian, ia mati di penjara. Bandit Italia-Amerika lainnya yang diyakini pernah bekerja sama dengan badan intel AS, sebelum Sekutu mendarat di Sisilia, adalah Charles ("Lucky") Luciano. Pada 1946, Dewey mengubah hukuman Lucky dari 30 ke 50 tahun penjara, karena mengusahakan jaringan pelacuran di New York, sehingga ia dapat dialihkan ke Italia. Bersama dengan sejumlah penjahat Amerika lainnya, Luciano turut membantu mendirikan organisasi baru yang lebih tertarik pada perdagangan obat bius internasional ketimbang "bisnis" gaya lama seperti pencurian ternak dan pemerasan. Kecenderungan baru itu melahirkan pertarungan tak terelakkan antara Mafia baru dan lama. Jalan-jalan di Palermo pun menjadi kancah berdarah, akibat berondongan senjata api dan tikam-menikam, pada pertengahan 1950-an. Rangkaian pembunuhan itu menandai titik balik dalam sejarah "serikat terhormat". Tiada lagi kode etik dan sumpah setia yang penting bagaimana menarik sebanyak-banyaknya untung dari jaringan perdagangan obat terlarang internasional. Tujuan benar-benar menghalalkan segala cara. Para eksekutif bisnis halal mungkin dapat belajar dari berbagai organisasi Mafia yang haram-itu. Yaitu "bagaimana menjadikannya bahan bandingan dalam melaksanakan bisnis yang bagus terurus dari sudut efisiensi," tulis WorldExecutive's Digest, September 1984. Artikel yang diberi judul The Mafia as a Business itu merupakan intisari bahan riset University of Michigan Business Riview (1974). Dihitung dari sudut uang, Mafia memiliki jaringan bisnis terbesar di dunia - termasuk omsetnya. FBI memperkirakan, keuntungan bersih tahunan yang mereka raih dari kegiatan haram jadah itu mencapai US$ 10 milyar sampai US$ 12 milyar. Ini bisa menjadikan bisnis Mafia menempati urutan pertama dalam Fortune 500 Directory, kalau saja usaha mereka halal. Halal ataupun haram, kenyataannya bisnis Mafia membangun keuntungan lebih besar ketimbang sejumlah perusahaan raksasa dunia dikumpulkan sekaligus, yaitu keuntungan General Motors, Exxon, Ford, General Electric, dan U.S. Steel bersama-sama! Operasi kejahatan yang diorganisasikan memang bisnis raksasa. Tetapi karena ilegal, mereka juga diganggu kerepotan dan pengeluaran lebih besar untuk membuat usaha mereka terlindung dan aman. Cara menangani sarana dan pelaksanaan keamanan dengan sendirinya juga lebih rumit. Mafia menggabungkan kekayaan, kerumitan dan keterampilan organisasi - sebuah konglomerat seperti ITT dengan kerahasiaan - kebrutalan yang efisien dan amoralitas polisi rahasia Rusia. Semua itu dipusatkan pada satu aspek (ada bagian tersendiri yang mengurus penegakan disiplin), tetapi mendesentralisasikan penanganan usaha-usaha bisnis. Pembidangan yang dilaksanakan di sana bagai sebuah mesin politik atau bisnis yang berjalan baik. Ada wakil-wakil direktur utama yang bertugas mengelola perjudian, narkotik, pelacuran, pemerasan, klub malam, penculikan, dan bisnis halal. Tiap bidang diharapkan bisa mandiri. Mafia Chicago, misalnya, dibagi dalam tiga kawasan geografis yang dikepalai seorang manajer distrik. Di bawah tiap manajer distrik ada lapis ketiga, terdiri dari beberapa orang yang disebut letnan. Di lapisan berikutnya, para pembantu letnan. Empat karakter organisasi birokratis dipertemukanoleh Mafia: hierarki kekuasaan, spesialisasi, perangkat peraturan, dan sikap tidak memihak. Meski Mafia merupakan jalinan kelompok keluarga untuk memperteguh kesatupaduan, jika perlu sikap yang tidak mementingkan hubungan pribadi bisa juga diberlakukan. Maka, walaupun terjerat bentuk organisasi yang relatif rumit, yang melestarikan ikatan-ikatan kekeluargaan ritual, Mafia ternyata juga punya kemampuan mengesampingkannya jika ada tuntutan-tuntutan birokrasi pragmatis. Lima karakter lembaga swasta juga diterapkan: distribusi kekuasaan untuk wewenang-wewenang pokok, sistem pengesahan simbolis terhadap keputusan kolektif, sistem pelaksanaan instruksi, sistem imbalan dan hukuman, dan lembaga-lembaga pelaksanaan peraturan umum. Para bos terutama menangani rencana kejahatan dari belakang layar (konspiratif) dan menghindari keterlibatan praktis, seperti pemerasan. Tak banyak beda dengan perusahaan raksasa, manajemen Mafia ditangani dari suatu tempat lain yang acap kali bermil-mil jauhnya dari lokasi operasi. Bos tiap famili atau wangsa mendelegasikan keputusannya ke seorang bos yang lebih rendah, yang bertanggung jawab mengurus kelancaran kegiatan keluarga yang bersangkutan. Bos bawahan memilih para letnan atau capo-regime, yang bertanggung jawab menangani kegiatan ilegal kelompok-kelompok tertentu, juga mengawasi pasukan bersenjata yang dibawahkannya. Seorang consiglier (konsul) diperbantukan kepada tiap kepala keluarga yang beroperasi sesuai dengan porsi tugasnya masing-masing. Sang konsul - yang sering kali adalah seorang purnawirawan yang dikaryakan kembali untuk dipinjam pengaruhnya memberikan advis kepada bos keluarga yang bersangkutan. Ia lebih mirip asisten khusus sang ketua. Letnan memimpin sekitar 20 serdadu. Bos bawahan membawahkan sekitar 25 letnan tergantung besar kecilnya keluarga - dan mengelola usaha-usaha keluarga. Consiglier melapor langsung kepada bos keluarga. Mafia beroperasi dengan prinsip kesamaan, kekuasaan dan tanggung jawab. Tiap orang mempunyai tugas khusus, yang jelas berat, dan tidak jarang mustahil. Seorang Mafia diberi kekuasaan luas dalam menjalankan tugasnya. Bos Mafia mendasarkan kekuasaannya pada tradisi, rasa takut dan respek, serta wibawa organisasi. Rasa takut digunakan seorang bos untuk memaksakan disiplin keras dalam keluarganya. Tak ayal, konsep mistis tentang respek yang meredupkan rasa takut sebagai suatu cara pengontrolan. Respek berarti banyak bagi seorang anggotaMafia, seperti juga uang. Nilai tinggi yang sama juga diberikan kepada kesetiaan. Ini tidak lagi suatu kehormatan, tetapi tenaga pengikat yang ketat dalam organisasi. Hubungan sosial dalam Mafia juga unik. Kebanyakan Mafioso tidak berhubungan dengan seorang pun yang bukan anggota atau yang tidak memiliki jalinan dengan seorang anggota. Interaksi sosial umumnya antarkawan sebaya atau setaraf. Serdadu bergaul dengan serdadu dan istri-istrinya. Letnan dengan letnan dan bini-bininya. Bos dengan bos dan para nyonyanya. Karena itu, persoalan memanfaatkan hubungan pribadi yang mempengaruhi keputusan bisnis hampir langka. Fasilitas apa sih yang bisa diharapkan seorang banpol dari "relasi"-nya yang juga banpol? Bentuk interaksi sosial begini meniadakan banyak keruwetan, yang biasanya ditemui di dalam jalinan hubungan, misalnya yang melibatkan para eksekutif dengan anak buahnya. Proses pengambilan keputusan dalam Mafia berbeda jauh dari perusahaan besar yang halal. Kontrol seorang bos Mafia meliputi pula kontrol terhadap keluarga bawahan. Di dalam Mafia, pengambilan keputusan dipusatkan pada puncak hierarki. Dan karena bos memiliki wewenang pengontrolan seluruh organisasinya berikut keluarga-keluarganya, proses pengambilan keputusan berjalan lancar. Peranan organisasi digariskan dengan jelas, dan fungsi jabatan tidak ada yang rangkap, seperti juga penugasan. Penugasan dilakukan lisan dan jelas di dalam detail untuk mencegah suasana tumpangtindih dan kekeliruan memahami perintah. Keterikatan kepada sasaran organisasi sangat tinggi. Ini karena imbalannya juga tinggi pada tiap tingkat hierarki. Sasaran organisasi - untuk melipatgandakan keuntungan sebesar-besarnya - cukup dipahami, baik oleh kaum manajer maupun serdadu bawahan. Uang adalah imbalan utama. Seorang serdadu boleh menharapkan sesuatu di masa depan dalam jenjang kepangkatan, misalnya menjadi eksekutif atau letnan. Atau manajer perusahaan halal. Struktur dalamnya juga menjanjikan suatu status kepada seseorang yan ingin menjadikan bidang keja hatan sebagai cara hidupnya. Seorang anak muda ambisiu dapat saja melangkahi jenjan dari tukang pukul sampai menjadi seorang tokoh masyarakat. Seorang anggota Mafia ada lah wiraswastawan indepen den dalam rumpun keluarga la tidak menerima gaji tetaF seperti pada perusahaan biasa. Yang diterimanya adala semacam izin berusaha dar bos, sebagai imbalan keun tungan dan kesetiaan. Mafia menggunakan cara pemasaran perusahaan dagang dan kewiraswastaan untuk meningkatkan insentif dan keuntungan. Seorang letnan top, dengan sebuah kelompok tangguh di luar serikat, dengan gampang bisa meraih perolehan US$ 500.000 setahun. Pada puncak organisasi, pendapatan tahunan seorang bos mencapai jutaan dolar. Sebagai balasan kepatuhan, seorang anggota Mafia akan menerima - di samping uang - pembelaan dari tiap serangan luar. Untuk anggota yang teguh tutup mulut akan ada santunan tetap kepada keluarga yang ditinggalkannya di luar penjara, di samping bonus dan ongkos pembebasan. Anggota yang ditahan juga mendapat pembela yang dibayar organisasi, sampai ia selesai diadili. Tidak ada penugasan yang melimpah percuma dalam Mafia. Ini karena program-programnya berjangka panjang. Tidak ada pula limpah ketergantungan antara tiap-tiap bidang usaha, atau pelanggan, karena dilaksanakannya diversifikasi dan perencanaan yang strategis. Mereka dengan cepat berkelit jika suatu peraturan dicabut atau diberlakukan. Penyusupan ke dalam bisnis halal menjadi usaha sambilan yang 'diandalkan ketika perjudian atau pemerasan menggawat. Bisnis legal tertentu memang direncanakan untuk membantu usaha gelap mereka. Misalnya pemakaian sejenis peralatan judi legal untuk jenis taruhan tertentu seperti jukebox atau mesin penjual rokok otomatis. Keduanya bisa dipakai untuk sekadar bermain-main atau berjudi. Seseorang tidak akan bangkit di Mafia jika ia tidak sanggup. Seorang anggota harus melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya kenalannya di kalangan bos tidak akan dapat mengatrolnya. Posisi di Mafia bisa karena warisan, juga dapat lewat kemampuan. Promosi tidak bisa dibeli: yang perlu kemampuan pribadi. Para bos dipilih dari peringkat yang menapaki jenjang kekuasaan dan respek. Biasanya, seorang pewaris dipilih berdasarkan kebutuhan pragmatis. Umumnya, promosi berlangsung karena intrik dan ketangguhan. Seorang calon yang mahakuasa dan zalim biasanya mampu naik ke atas. Kezaliman memang atribut kunci setiap kepala Mafia. Tidak ada ruang bagi ukuran ganda dalam Mafia. Jika seorang bos kehilangan kendali atas keluarganya, atau bila jaringan politiknya keropos, warganya akan mengalihkan kesetiaan kepada bos bawah. Dalam kasus begini sang bos akan diminta atau malah dipaksa mundur. Atau dibunuh oleh bos bawah, atau oleh sekelompok letnan yang berkomplot. Lebih dari itu, seseorang tidak akan dibedabedakan karena usianya terlalu muda atau terlalu tua. Joe Bonnano adalah bos wangsa berusia 26 tahun. Steven Magaddino masih menjadi bos keluarga Buffalo sampai hari matinya pada usia 82. Sejumlah keluarga Mafia membentuk dewan penasihat, yang terdiri dari pensiunan eksekutif, rata-rata berusia 70-80 tahun. Dewan semacam ini juga dapat efektif dalam perusahaan-perusahaan legal. Struktur organisasi itu masih tetap luwes untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan khalayak. Di dalam perusahaan yang berjalan baik, organisasi adalah perangkat yang lentur, mengikuti perubahan dirinya, hasil produksinya, dan pasarnya. Mengapa Mafia survive selama tujuh abad? Jawabannya: reaksi cepat dalam mengubah tata manusia dan tata cara, pengambilan keputusan yang disentralisasikan, dan keputusan yang diterapkan secepatnya. Satu lagi: hanya ada sedikit orang dalam hierarki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini