Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Meredam Pergerakan Tanah dengan Turap

BPBD mencatat terdapat 10 lokasi rawan pergerakan tanah di Ibu Kota. Lokasi-lokasi tersebut berada di daerah aliran sungai.

9 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Alat berat melakukan pengerukan Kali Mampang di Mampang, Jakarta, 23 Februari 2022. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Camat Pasar Minggu menyebutkan proyek normalisasi Kali Ciliwung menjadi solusi menghadapi ancaman tanah longsor di bantaran.

  • Semakin sempitnya Sungai Ciliwung menyebabkan tanah bantaran mudah tergerus air banjir.

  • Pemasangan turap dianggap mampu meredam pergerakan tanah.  

JAKARTA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta telah mengeluarkan peringatan tentang ancaman pergerakan tanah di sejumlah lokasi di Ibu Kota. Setidaknya, berdasarkan data BPBD, risiko tanah bergerak tersebut ditemukan di 10 kecamatan di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Jakarta Selatan, ancaman tanah bergerak terdeteksi di Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan. Sedangkan di Jakarta Timur terdapat di Kecamatan Kramat Jati dan Pasar Rebo.

Camat Pasar Minggu, Arief Wibowo, mengatakan ancaman tanah bergerak memang nyata. Ancaman itu muncul karena kondisi tanah yang labil dan bisa ambles sewaktu-waktu. "Untuk wilayah Pasar Minggu memang dilalui Sungai Ciliwung. Itu risikonya," kata dia ketika dihubungi, kemarin.

Menurut Arief, tanah di bantaran Sungai Ciliwung sudah sering ambles meski dalam skala kecil. Kondisi ini sering kali dipicu oleh curah hujan yang tinggi ditambah derasnya aliran air di Sungai Ciliwung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kali Ciliwung di Jagakarsa, Jakarta, 7 Maret 2021. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W

Untuk mengantisipasi potensi bahaya tanah ambles, pemerintah mengefektifkan komunikasi dengan masyarakat untuk menyebarkan informasi tentang hujan lebat dan banjir kiriman dari hulu. BPBD mengirimkan peringatan dini kepada pemerintah kota yang diteruskan ke petugas kecamatan. Selanjutnya informasi ini disebar ke kelurahan dan masyarakat. "Tujuannya agar warga yang tinggal di bantaran bersiap mengungsi," kata Arief.

Menurut Arief, ancaman amblesnya tanah di bantaran Kali Ciliwung tidak bisa ditoleransi lagi. Sebab, faktanya, badan sungai semakin sempit. Bantaran sungai juga banyak yang diokupasi bangunan tempat tinggal. Walhasil, kata dia, normalisasi Sungai Ciliwung merupakan solusi jitu mengatasi banjir, termasuk risiko tanah ambles.

Arief mengatakan pembebasan lahan menjadi tantangan terbesar dalam proyek normalisasi sungai. Di wilayah Pasar Minggu, terdapat sejumlah wilayah di Kelurahan Pejaten Timur dan Kalibata yang belum menyelesaikan pembebasan lahan. "Harapannya, secepatnya pembebasan lahan selesai dan normalisasi rampung agar fungsi kali seperti dulu lagi," kata dia.

Sementara itu, Camat Mampang Prapatan, Djaharuddin, menyebutkan bantaran Kali Mampang dan Krukut menjadi wilayah yang rawan mengalami pergerakan tanah. Badan sungai yang menyempit menjadi penyebab berbagai masalah banjir dan ancaman tanah ambles.

Menurut Djaharuddin, pembangunan turap atau dinding beton di bibir sungai menjadi solusi mencegah risiko tanah ambles. Namun sampai saat ini belum semua bantaran sungai di Mampang Prapatan dipasangi turap.

Petugas Kecamatan Mampang Prapatan saat ini masih mendata bangunan yang berdiri di bantaran Kali Mampang. "Selanjutnya penanganan (pembangunan turap) akan dilakukan Dinas SDA (Sumber Daya Air)," kata Djaharuddin.

Pemukiman bantaran Kali Ciliwung di Rawajati, Pancoran, Jakarta, 15 November 2021. TEMPO/Subekti

Djaharuddin berharap pemasangan turap bisa dikerjakan secepat mungkin. Sebab, turap dinilai ampuh mencegah tanah longsor. "Karena itu, banyak warga yang memohon agar Kali Krukut dan Mampang diturap," kata dia.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD Jakarta, Moh Insaf, meminta lurah dan camat di 10 lokasi rawan pergerakan tanah untuk aktif memberikan informasi kepada masyarakat. "Agar warga mengantisipasi tanah longsor untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman," kata dia, Senin lalu.

Selanjutnya BPBD akan selalu memantau peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) soal potensi curah hujan tinggi ataupun pergerakan tanah dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Peringatan itu kemudian diteruskan kepada masyarakat melalui media sosial dan grup pesan WhatsApp.

Adapun Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria mengklaim jajaran lurah dan camat di 10 lokasi rawan sudah melakukan pemantauan. "Nanti dinas-dinas akan terus melakukan penelitian terkait dengan fenomena ini," kata dia. Hasil penelitian tersebut kemudian direalisasi dalam sebuah program guna mengantisipasi pergerakan tanah. "Semua potensi bencana harus kami inventarisasi."

INDRA WIJAYA | LANI DIANA

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus