REINKARNASI adalah satu keniscayaan bagi para pemuka Budhisme Tibet. Para pemuka agama tak mati-mati, tampaknya, tapi selalu menitis kembali ke dunia. Dalai Lama itu sendiri, pimpinan tertinggi Budhisme Tibet yang sekaligus pemimpin kenegaraan, selalu dianggap titisan dari Dalai Lama sebelumnya. Dan Dalai Lama pertama, begitulah kepercayaan di kalangan umat Budhisme Tibet, merupakan titisan Sang Avolokitesvara, bodhisatwa yang ditunggu-tunggu. Dengan demikian atma Dalai lama ke-14 kini, adalah juga atma Dalai Lama pertama di abad ke-14 yang lalu. Tak cuma itu. Dipercaya, para biksu yang mencapai tingkatan tertentu pun lalu dianggap bisa mengendalikan sukmanya agar menitis kembali ke dunia, kembali memimpin umat. Osel Hita adalah sebuah contoh. Sebelum dia, sudah beberapa kanak-kanak ditemukan dan dianggap reinkarnasi dari salah seorang lama, guru Budhisme Tibet. Pada 1975 misalnya, seorang kanak-kanak Amerika dipercaya sebagai titisan dari Guru Karma-pa, pimpinan tertinggi Budhisme Sikkim. Anak itu, sekarang 18 tahun, tengah belajar di biara di Sikkim. Di Biara Sera di Karnataka, India Selatan -- tempat Osel akan belajar hingga usia 18 -- kini dididik seorang anak dari Kanada. Ia dianggap titisan salah seorang biksu kepala dari Biara Sera. Misteri reinkarnasi, di zaman para ilmuwan telah mampu menyentuh langit, rupanya tetap hidup. Tentu saja, menentukan seorang kanak-kanak merupakan titisan seorang pemuka Budhisme atau bukan, tak sembarangan. Ketika seorang guru meninggal, sembilan bulan kemudian -- usia janin dalam kandungan -- para murid akan mencari reinkarnasinya. Mereka, para murid itu, akan mencatat nama-nama bayi yang dilahirkan sekitar sembilan bulan setelah meninggalnya sang guru. Yakni, bayi-bayi yang sesuai dengan tanda-tanda yang mereka peroleh. Dan tanda-tanda itu didapat lewat berbagai cara, antara lain meditasi, mimpi, dan peristiwa-peristiwa aneh ketika bayi dilahirkan. Dalai Lama ke-14 kini, umpamanya, ditemukan dua tahun setelah Dalai Lama ke-13 meninggal. Lewat meditasi, pejabat yang menggantikan Dalai Lama melihat rumah beratap hijau kebiruan, berada di wilayah wihara beratap hijau dan emas. Wihara itu ternyata ada di Desa Taktser, Tibet, dan memang ditemukan kanak-kanak yang lahir sekitar sembilan bulan setelah Dalai Lama meninggal. Maka, ujian pun dilakukan. Si anak dibiarkan sendiri di tengah rumah. Sejumlah warisan Dalai Lama ke-13, misalnya tasbih, tongkat, dan tambur kecil, ditaruh di meja beserta sejumlah duplikatnya. Si anak diminta mengambil miliknya -- dan persis. Konon, ketika diminta mengambil tongkat, anak itu memegang sebentar tongkat yang keliru. Ternyata, kemudian, tongkat yang keliru itu memang pernah sebentar dipakai Dalai lama ke-13. Tes selanjutnya, delapan ciri fisik Dalai Lama -- telinga besar, mata yang memanjang, alis mata yang melengkung ke atas di ujungnya antara lain -- dicari. Tepat, maka anak Taktser itu pun diakui sebagai Dalai Lama ke-14.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini