Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mencari Sosok Orani untuk Sulawesi Selatan

Faktor kultur mempengaruhi penilaian publik terhadap sosok Yudhoyono dan Kalla.

29 Oktober 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika Sulawesi Selatan mengadakan pemilihan presiden saat ini, maka Presiden Yudhoyono akan terpilih lagi (lihat boks hasil jajak pendapat). Menurut jajak pendapat yang diadakan Lembaga Survei Indonesia (LSI), Susilo Bambang Yudhoyono adalah pilihan pertama sebagai presiden Indonesia berikutnya, sedangkan nama Jusuf Kalla muncul sebagai pilihan berikutnya.

Ini cukup mengejutkan karena, meski Sulawesi Selatan adalah kampung halaman Wakil Presiden Jusuf Kalla, tak berarti dia lebih populer daripada Presiden Yudhoyono. Menurut survei LSI, hampir setengah responden survei lebih memilih Yudhoyono-pensiunan jenderal bintang empat-sebagai figur yang layak jadi presiden. Sementara Jusuf Kalla hanya dipilih sepertiga responden. Jumlah responden adalah 41 orang.

Mengapa Yudhoyono dianggap lebih kompeten ketimbang Kalla di Sulawesi Selatan? Mansyur Semma, dosen Komunikasi Politik di Universitas Hasanuddin, punya jawaban menarik. Menurut Mansyur, ini harus dilihat dari kultur Bugis dan Makassar yang menopang kehidupan warga Sulawesi Selatan.

Menurut Mansyur, orang Sulawesi Selatan senang kepada sosok yang cerdas (dalam bahasa daerah disebut acca), jujur (lempu), gagah berani (orani), dan konsisten (getteng). "Yudhoyono lebih memenuhi semua kriteria itu," kata Mansyur. Ia juga menganggap besarnya peran media dalam mempersepsikan figur Yudhoyono sebagai pemimpin yang cerdas dan gagah. Orani, katanya, lebih merujuk pada lelaki dengan tubuh yang tinggi dan ganteng. "Untuk ukuran ini, Jusuf Kalla bukan tipe ideal warga Sulawesi Selatan," katanya.

Begitu juga ukuran kecerdasan. Mansyur menilai warga lebih melihat pada figur B.J. Habibie ketimbang Kalla. Sementara untuk kriteria getteng atau konsisten antara kata dan perbuatan, masyarakat Sulawesi Selatan merujuknya pada sosok Jenderal M. Jusuf. "Sampai wafat beliau tetap menjaga kerahasiaan Supersemar," ujarnya.

Ada lagi faktor kultur yang berperan, kata Mansyur, yakni malu menilai diri sendiri. Menurut Mansyur, warga Bugis dan Makassar senang merantau dan sangat menghormati tamu. Banyak karya seni yang dipakai untuk persembahan tamu yang berkunjung. Nah, Jusuf Kalla, katanya, sudah dianggap orang sendiri.

Sikap menghormati tamu itulah yang membuat figur Yudhoyono dinilai lebih layak ketimbang Kalla. Mansyur menduga, penilaian semacam itu banyak datang dari responden yang status sosial dan ekonominya tinggi. Sebaliknya dengan responden dari kalangan bawah. "Mereka melihat Kalla sebagai sosok dermawan dan dari keluarga kaya," katanya.


Menurut hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia yang diadakan pada Oktober 2007, inilah presiden pilihan publik Sulawesi Selatan bila pemilihan dilakukan hari ini:

Susilo Bambang Yudhoyono40%Jusuf Kalla 28%Megawati Soekarnoputri4%Amien Rais2%Wiranto 1,5%Sultan Hamengku Buwono X1%Hidayat Nur Wahid 1%

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus