Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mencari Tampang Kali Mas

Proyek brantas hilir dengan bantuan pinjaman Jepang, melaksanakan normalisasi kali mas. Pengerukan lumpur terhambat bangunan liar disepanjang sungai. Pemda berhasil memindahkan 650 kk ke Simomulyo. (kt)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALI Mas di tengah-tengah Kota Surabaya itu sudah mendesak untuk dinormalkan. Sebagai sungai ia hampir tak punya tampang lagi. Coba saja. Airnya yang sudah kehitaman tak begitu jelas lagi terlihat karena tertutup eceng gondok, sampah dan timbunan tanah. Batas pinggirnya juga begitu, didesak gubuk-gubuk reot, semak belukar dan kakus darurat. Ditambah lagi para gelandangan tak segan-segan memanfaatkannya sebagai tempat jemuran, menanam kangkung dan dapur terbuka. Untuk menjadikan Kali Mas normal kembali, paling tidak harus membuang 440.000 m3 lumpurnya. Tugas berat ini diserahkan kepada Proyek Brantas Hilir di bawah pengawasan PU Jawa Timur. Di samping harus menelan biaya besar, ir. Rudjito, Kepala Proyek Brantas Hilir, dari semula sudah menduga pekerjan ini tak akan begitu lancar. Kesulitan utama adalah memindahkan 2.500 kk yang selama ini bermukim di sepanjang bibir Kali Mas. Perkiraan biayanya sendiri tak kurang dari Rp 15 milyar -- yang diharapkan sebagian besar berasal dari pinjaman Pemerintah Jepang. Meskipun 85% bangunan yang ada di sepanjang tepi sungai itu termasuk bangunan liar, tapi Walikota Surabaya, Soeparno, tak bermaksud main hantam begitu saja. Untuk mereka telah disediakan tanah di Simomulyo di tempat mana rumah-rumah murah sudah disediakan bagi mereka. (TEMPO, 18/2/1978). Sayang karena areal tanah yang terbatas, sampai sekarang baru 650 kk saja yang berhasil dipindahkan ke Simomulyo. Drainase Utama Karena seretnya pemindahan penduduk itu, pelaksanaan pengerukanpun tak dapat dilakukan serentak sebagaimana mustinya. Alat-alat besar terganggu bekerja karena masih adanya bangunan-bangunan penduduk tadi. Apakah hambatan ini akan mengakibatkan normalisasi Kali Mas tak dapat selesai 1981 seperti direncanakan? "Kita lihat dulu perkembangannya" jawab Rudjito. Yang pasti pekerjaan selama 2 tahun belakangan ini yang mustinya mengeruk 220.000 m3 lumpur, hanya mampu diselesaikan separonya. Untuk mengejar ketinggalan ini akan segera didatangkan 1 unit kapal keruk lagi menambah 2 unit yang sudah ada. Jika Kali Mas sudah normal, tak disangsikan lagi wajah Kota Surabaya akan berubah. Bahkan romantis. Tapi lebih penting dari itu, sang sungai akan kembali berfungsi sebagai drainase utama kota buaya ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus