JAM-jam menjelang tengah malam beberapa rumah di Desa
Pandanwangi mulai terlihat becak-becak rebah. Duduk tanpa ke-3
rodanya. Istirahat? Bukan itu saja. Lebih penting adalah
pemiliknya hendak mengamankan kendaraan pencari nafkah itu dari
tangan maling. Penduduk desa di wilayah Kabupaten Jombang itu
akhir-akhir ini memang resah. Para pencuri bukannya menyergap
ternak atau harta benda lainnya. Tapi becak. Alat angkut ini
yang jumlahnya hampir mencapai 50 buah di desa yang berpenduduk
600 KK itu adalah satu-satunya sumber penghidupan mereka yang
tak punya sawah.
Dalam satu bulan terakhir ini sudah tujuh buah becak hilang.
Kendaraan itu, seperti biasa, diparkir begitu saja oleh
pemiliknya di depan. Tak mungkin disimpan di dalam rumah, karena
rumah mereka rata-rata kecil. Dan maling, seperti mudah diduga,
dengan santai menggenjotnya -- lalu kabur.
Untuk mencegah pencurian, akhirnya para pemilik kendaraan itu
memborgol dan mengunci becak mereka. Beberapa di antara pemilik
ada yang betah tidur di halaman di samping becaknya, sambil
bermain domino. Namun maling tak kalah jeli. Di saat-saat
pemiliknya tertidur, borgol dan kunci dirusak dengan mudah --
dan jumlah beck yang hilang semakin banyak.
Sampai akhirnya seorang di antara pemilik becak itu, Farukhi,
mendapat akal. Sore hari setelah selesai menarik becak, ia
melepas ketiga roda kendaraannya. Roda-roda ia simpan di dalam
rumah, sedang tubuh becak ia biarkan terduduk di halaman.
"Maling tak mungkin menggotong tubuh becak yang beratnya hampir
70 kg itu," kata Farukhi.
Akal Farukhi ternyata ampuh. Setelah semua pemilik becak di desa
itu turut mencopoti roda-roda becak masing-masing, maling pun
mati kutu. Tapi belum selesai. Sebab pencuri kini mengalihkan
sasaran mereka ke ternak, sapi dan kambing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini