Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Linda, seorang siswi sekolah menengah atas berkulit putih, berambut panjang diikat, dan berpostur bak model, bersama lima orang temannya berkunjung ke sebuah wilayah. Gedung-gedung dan perumahan di wilayah itu senyap, tanpa seorang manusia pun, setelah dihantam tsunami. Namun ia merasakan ada hal lain di wilayah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Linda merasakan sesuatu melalui indra keenamnya. Betul saja, ia merasakan kehadiran hantu beraneka rupa berkeliaran di sekitarnya. Ia melihatnya melalui alat bantu berupa telepon seluler. Jika ingin melenyapkan hantu itu, Linda harus memotret si hantu sebelum hantu tersebut berusaha menyerang dan menyentuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat terpotret oleh ponsel, jiwa hantu yang gentayangan akan tertangkap kamera supercanggih ponsel tersebut. Kapasitas memori ponsel itu tak terbatas serta baterai pun selalu penuh. Misi utama Linda adalah mencari teman-temannya yang terpencar sambil berduel dengan para hantu. Jika kalah, ia akan terlempar ke dunia gaib.
Tapi, tenang saja, Linda merupakan karakter utama game bernama Dreadout karya studio Digital Happiness asal Bandung. Game ini dirilis pada 2014 dan sudah menghasilkan US$ 1 juta. Hal terbaru, Dreadout akan diangkat ke layar lebar oleh sutradara Kimo Stamboel, pembuat film Rumah Dara dan Killers. Ini akan menjadi game pertama buatan dalam negeri yang dijadikan film layar lebar.
Menurut Direktur Fasilitasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Ekonomi Kreatif, Muhammad Neil El Himam, pertumbuhan game developer per tahun di Indonesia sejak 2015 mengalami kenaikan sebesar 20-30 persen. Ia menuturkan, industri game Indonesia menempati urutan ke-16 di dunia dengan potensi bisnis terbesar dari 100 negara yang diriset oleh lembaga riset industri game global, Newzoo. Negara terbesar adalah Cina dan Amerika Serikat.
Neil El Himam menyatakan Newzoo melihat pada 2018 potensi revenue industri game di Indonesia mencapai US$ 1,1 miliar atau setara dengan Rp 15 triliun. Ada sejumlah game Indonesia yang sudah eksis di pasar global, salah satunya adalah game horor Dreadout besutan studio Digital Happiness ini.
Pendiri Digital Happiness, Rachmad Imron, menuturkan investor berdatangan ke pihaknya untuk membawa Dreadout ke layar perak. Ada lebih dari tiga pemilik modal yang datang, namun mereka memutuskan Kimo Stamboel untuk menggarapnya, karena dirinya adalah penggemar film-film Kimo sehingga tahu eksekusi filmnya akan seperti apa. Terlebih, saat datang ke studio mereka, Kimo mengaku suka akan gimmick kamera dan hantu. "Sangat bagus jika ada film dan ditangani orang yang tepat," katanya saat ditemui di Bandung, Selasa lalu.
Dreadout dirintis mulai 2010, ketika Rachmad Imron bersama tiga orang rekannya bersepakat mendirikan studio Digital Happiness. Awalnya, mereka berkantor di rumah Imron yang juga pernah dipakai sebagai kantor Iris Desain, perusahaan yang didirikan Imron namun bubar pada 2013.
Imron memang sudah lama ingin membuat game, lalu rasa suntuk dan bosan atas pekerjaan lamanya membuat dia semakin termotivasi mengejar keinginannya ini. Ketika ngebet ingin membuat game, pria berusia 40 tahun itu bertemu dengan Vadi Vanadi pada 2009. Vadi kemudian menjadi sutradara Dreadout.
Vadi mengenalkan kepada Imron sebuah game engine bernama Unity seharga US$ 1.500. Mesin yang dirancang untuk mobile game itu mereka paksakan untuk membuat game buat personal computer atau PC. Akhirnya berdirilah Digital Happiness setelah Imron dan Vadi bertemu dengan dua rekan lainnya. "Kami bikin studio ini ingin fokus membuat game," ujar Imron. Dreadout lantas menjadi game pertama garapan studio ini.
Dreadout sejak awal memang dirancang bergenre horor. Alasannya, Imron dan Vadi merupakan penggemar hal-hal horor dan, dibanding genre lain, horor lebih mudah dibuat karena idenya bisa muncul dari obrolan.
Imron mengatakan ide awal Dreadout memakai tokoh protagonis siswi SMA, kemudian mereka mencari cerita horor tanpa darah, seperti game Resident Evil, namun tetap bernuansa aksi. Telepon seluler dipilih sebagai senjata karena berhubungan erat dengan manusia zaman sekarang. Permainan ini menyertakan belasan hantu asal Indonesia di dalamnya. Ia menjelaskan hantu pertama yang mereka hadirkan adalah kuntilanak, karena dirasa sebagai hantu yang paling umum.
Para pendiri mendanai pembuatan game ini dengan cara crowd-funding. Saat itu, mereka tidak memiliki cukup dana untuk menyelesaikan pembuatan game ini, meski sudah menyambi mengerjakan sejumlah proyek lain. Mereka baru melakukannya pada awal 2013 dan menjadi crowd-funding yang pertama sukses untuk game di Indonesia.
Mereka berhasil mengumpulkan dana sebanyak US$ 29 ribu atau sekitar Rp 300 juta. Mereka menawarkan konsep dan demo karya untuk meyakinkan orang membantu agar permainan ini bisa dirilis secara global. Bagi penyumbang dana, mereka memberikan sejumlah keistimewaan, misalnya bisa memainkan game lebih dulu sebelum resmi diluncurkan.
Akhirnya mereka membuat game itu dibagi menjadi dua episode. Episode pertama dirilis sesuai dengan janji, dan episode kedua diberikan secara gratis. Selama sebulan mereka mendapat US$ 150 ribu. Pada 2015, mereka merilis game Dreadout berjudul "Keepers of the Dark" dan berbayar. Game ini dibanderol US$ 10-15.
Mereka menolak bantuan investor, kendati sejumlah investor sempat berminat menyokong pendanaan sebelum dan sesudah Dreadout dirilis. Alasannya, mereka ingin tumbuh secara organik. Mereka ingin belajar menjalankan usaha sehingga semuanya dilakukan dengan sumber daya sendiri.
Selain ke game, genre horor menjalar ke animasi. Hal ini bisa dilihat di saluran YouTube milik Tantri Animation dan Mawarosa 80. Tantri Animation mulai mengunggah video ke YouTube pada 2015, namun masih berupa video animasi bergenre komedi. Barulah pada 2016, akun ini mengunggah video animasi horor.
Salah satu video mereka berjudul Hantu Genit sudah ditonton 27 juta kali. Video lainnya pun selalu ditonton jutaan kali dan jumlah orang yang berlangganan mencapai angka 346 ribu. Saluran Mawarosa 80 juga berdiri pada 2015, namun baru mulai rutin mengunggah video animasi ke YouTube tujuh bulan lalu.
Mawarosa 80 sudah memiliki 189 ribu orang yang berlangganan. Salah satu videonya yang diunggah pada Juni lalu, berjudul Pocong Kebelet, sudah ditonton 12 juta kali oleh warganet. I Wayan Sugiananda alias Sugik berada di balik kedua saluran YouTube tersebut. "Awalnya sebagai tempat berkreasi, ternyata bisa mendapatkan hasil dari Google AdSense. Sekarang ini menjadi tempat bisnis saya," ujarnya kepada Tempo, Kamis lalu.
Sugik bercerita, animasi yang dibuatnya adalah animasi 2D dan ia tidak memiliki kesulitan berarti karena dasar teknik animasi sudah dikuasainya. Terlebih, hal ini merupakan hobinya sehingga semua bisa dikerjakan dengan hati riang. Ia mengaku membutuhkan waktu dua pekan untuk menyelesaikan animasi berdurasi sekitar 4 menit.
Sugik pernah bekerja di perusahaan animasi milik Jepang dan mengerjakan sejumlah animasi yang terkenal di Indonesia, seperti Doraemon, Crayon Shinchan, Pokemon, dan Sailormoon. Ia mendapat ilmu dan teknik tentang cara membuat animasi yang baik sembari bekerja sebagai animator di sana.
Menurut Sugik, pemilihan tema horor pada kedua akun YouTube itu memang disengaja karena ia melihat cerita horor banyak diminati di Indonesia. Ia membuktikannya dengan banyaknya jumlah penonton videonya. Inspirasi cerita-cerita horor di akunnya ia akui spontan muncul begitu saja.
Sugik mengerjakan sendiri semua tahapan animasi ini, mulai dari ide cerita, naskah, menggambar animasi, background painting, sampai editing. Kadang istri dan anaknya membantu dalam ide cerita dan voice over animasi itu. Ia mengungkapkan, dirinya segera mengunggah video begitu selesai mengerjakan satu animasi. Setelahnya, ia segera mempromosikannya melalui akun media sosial.
Promosi animasi 2D melalui media sosial juga dilakukan Trio Hantu Cs. Trio Hantu Cs adalah nama proyek yang dikerjakan Wiryadi Dharmawan, Yudis, dan Broki. Awalnya, mereka mendapat tawaran membuat buku komik berjudul 101 Hantu Nusantara pada 2010, lalu kembali membuat buku komik 101 Hantu Dunia pada 2013. Kemudian mereka membentuk grup bernama Trio Hantu Cs dan aktif di media sosial dalam bentuk komik strip dan serial web di YouTube.
Di YouTube, saluran mereka sudah dilanggan oleh 14 ribu orang dan salah satu videonya berjudul Perjanjian 101 Setan sudah ditonton 4,8 juta kali oleh warganet. Meski belajar animasi secara otodidaktik, mereka bisa memproduksi satu video dalam waktu satu minggu, namun untuk pra-produksi mereka membutuhkan waktu 1-3 bulan.  
Karakter di Trio Hantu Cs terilhami dari para pendirinya di dunia nyata. Meski Broki sudah tak lagi terlibat di proyek itu, karakternya di Trio Hantu Cs tetap dilanjutkan. Cerita horor mereka pilih karena merasa proyek awal pembuatan buku komik terhitung berhasil. Mereka juga menemukan banyak hal menarik di dunia mistis Tanah Air dan perlu dikenalkan ke masyarakat dalam kemasan komedi horor. "Sebagai sudut pandang yang berbeda," kata Wiryadi kepada Tempo, Kamis lalu.
Wiryadi menjelaskan, ia dan tim biasa mencari data di Internet dan bertanya ke narasumber yang mereka kenal, bahkan kepada mereka yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan alam gaib. Cerita-cerita dari penikmat karya mereka juga bisa menjadi inspirasi dalam mengemas komik dan animasi horor.
Trio Hantu Cs kini dikerjakan berdua oleh Wiryadi dan Yudis. Namun, jika membutuhkan tenaga tambahan, mereka biasa menjalin kerja sama dengan pihak lain. Misalnya untuk pengisi suara, mereka biasa bekerja sama dengan dubber profesional. "Kami bekerja sama dengan SDM yang kompeten di bidangnya."
Wiryadi dan rekannya juga membuat semacam ensiklopedia hantu. Alasannya, sosok-sosok itu dianggap sebagai hasil kekayaan budaya Nusantara. Ia melihat masyarakat membuat peringatan dalam bentuk mistis, agar manusia tidak merusak alam. Misalnya, jika merusak pohon, bisa diganggu makhluk halus. Selain itu, memperingatkan bahwa mereka ada di sekitar dan supaya manusia selalu berpikiran positif.
Meski selama hampir dua tahun terakhir tak lagi aktif mengunggah video, Wiryadi mengaku sudah memiliki rencana ke depan. Ia berencana segera memproduksi kembali animasi horor di akun itu. Namun kali ini bentuknya bukan serial, melainkan animasi yang langsung tamat. "Sekitar Desember sudah bisa tayang."
Sedangkan rencana ke depan, Digital Happiness ingin mengakuisisi pasar game lokal dengan intellectual property (IP). Cita-citanya seperti Doraemon atau Star Wars, yang dirintis sejak 1970-an dan baru menjadi besar serta menghasilkan pada beberapa tahun kemudian. "Kami ingin menjadi production house yang menghasilkan IP terus," ucap Imron. ANWAR SISWADI | NURHADI | DIKO OKTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo