Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Rahasia Keperkasaan Sang Naga

HUJAN emas berjatuhan di Beijing. Atlet Indonesia hanya bisa menangkap perunggu dan perak.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rahasia Keperkasaan Sang Naga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN emas berjatuhan di Beijing. Atlet Indonesia hanya bisa menangkap perunggu dan perak. Demikian reportase Tempo dari Asian Games di Beijing, Cina, pada 1990 dalam edisi 6 Oktober 1990.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emas itu agaknya ditujukan untuk atlet tuan rumah, dan beberapa saja dibagikan kepada atlet negara lain. Coba bayangkan, setiap hari ratarata 20 medali emas diterima atlet Cina. Negeri ini sudah tak bisa dikejar lagi sebagai juara Asian Games 1990. Targetnya, 140 medali emas, agaknya tak bakal sulit dicapai, bahkan sangat mungkin dilampaui.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan perolehan medali emas sampai akhir pekan lalu, Cina meninggalkan Jepang dan Korea Selatan dengan selisih lebih dari 80 medali. Di Asian Games Seoul 1986, Cina keluar sebagai juara umum setelah memanen 94 emas, ditempel ketat oleh Korea Selatan dengan 93 emas.

Di banyak cabang, atlet Cina unggul. Pesenam Li Jing dan Chen Cuiting masingmasing sudah menggondol tiga medali emas. Di cabang angkat besi, ada Ha Ying Qiang yang menumbangkan rekor Asian Games. Dan, di cabang atletik, atlet Cina juga mendominasi. Di nomor lari 10 ribu meter putri, contohnya, medali emas direbut Zhon Huan Di dan perak juga disikat atlet Cina lainnya, Wang Xiu Ting.

Bagaimana Cina bisa seperkasa itu? Negeri berpenduduk 1,2 miliar ini sudah lama memasukkan olahraga sebagai kelompok wajib mata pelajaran sejak di sekolah dasar. "Kalau tidak lulus olahraga, tak bisa tamat sekolah," ujar Chen Xin, mahasiswa sebuah universitas di Beijing, kepada Tempo.

Kalau di Indonesia kirakira sama pentingnya dengan pelajaran agama atau pendidikan moral Pancasila. Di tingkat sekolah lanjutan, seorang anak yang sudah ketahuan bakat olahraganya bisa terus mendaftar ke universitas olahraga, bisa di daerah atau langsung ke Beijing. Dari 30 provinsi di Cina, 16 provinsi sudah punya perguruan tinggi olahraga. Di Beijing saja ada dua. Yang paling top adalah Beijing Institute of Physical Education, yang terletak di pinggir Kota Beijing di daerah Yuanminyuan.

Kampus yang berdiri pada 1953 itu luasnya 140 ribu meter persegi, dibangun di atas tanah seluas 70 hektare. Di halaman depan, ada sebuah patung Ketua Mao yang besarnya lebih dari ukuran badan manusia. Ketika wartawan Tempo berkunjung ke sana, pekan lalu, kampus ini sedang sepi. Hanya di kolam renang indoor kelihatan ada 50 mahasiswa yang berenang bolakbalik berganti gaya. Menurut Liu Xiao Hong, Koordinator Program Internasional, ada lima departemen di Institut Beijing: departemen pengajaran fisik, departemen olahraga, departemen wushu (kungfu Cina), departemen manajemen olahraga, dan departemen teori dasar.

Departemen ini masih dibagibagi menjadi semacam jurusan. Di departemen teori dasar, misalnya, ada jurusan biokimia, fisioterapi, psikologi, dan sportmedicine. Mengapa ada departemen khusus untuk wushu? "Wushu itu olahraga tradisional Cina, kami harus mengembangkannya," jawab Xiao Hong.

Institut Beijing mempunyai 700 tenaga pengajar untuk program sarjana muda, sarjana, master, dan bahkan doktor untuk bidang olahraga. Para mahasiswa semua jurusan harus berlatih olahraga lima kali seminggu. Setiap hari mereka berlatih lima jam, selebihnya waktu belajar dan istirahat. Sekitar 2.500 mahasiswa dan mahasiswi yang berada di institut itu ditempatkan dalam empat blok bangunan asrama, masingmasing bertingkat empat. Satu kamar diisi empat mahasiswa.

Para mahasiswa itu tak dikenai biaya kuliah. Paling mereka hanya menyediakan keperluan makan sekitar 100 yuan (setara dengan Rp 40 ribu) untuk sebulan dan makanan itu bisa dibeli di kantin kampus. Di kampus itu tak ada tenaga pembantu, jadi mahasiswa harus mencuci pakaiannya sendiri. Di lokasi departemen olahraga, sarana berbagai cabang olahraga lengkap tersedia.

Bayangkan saja, ada sepuluh lapangan sepak bola. Lapangan basket jumlahnya 23 buah, lalu tiga track atletik outdoor dan satu track di dalam gedung yang dipakai ketika musim dingin tiba. Kemudian ada lapangan menembak, baseball, kolam renang di luar dan di dalam gedung, juga lintasan khusus untuk olahraga berkuda. Untuk wushu, ada satu ruangan khusus. Begitu pula satu gimnasium untuk tinju, tempat yang dipakai untuk Asian Games kali ini. "Ini memang universitas yang terkenal di Cina," ujar Xiao Hong.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus