PASANGAN Sugono, 35, dan Sumiati, r 38, yang mengaku suami istri, semula datang ke Dcsa Sclamerta, Banjarnegara, Jawa Tengah, untuk bertapa di sebuah kubur keramat. Setelah dua setengah bulan bertapa, keduanya minta izin menetap sambil berjualan jamu. Ternyata laris. Meski tak memasang harga, penduduk berani membeli jamu yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit sampai Rp 1.000. Jumlah yang besar untuk penduduk desa yang umumnya miskin. Daya pikat Sugono bukan hanya jamunya itu. Sembari berdagang, ia menyebarkan ajaran klenik. Kepada orang-orang yang bertandang, ia terang-terangan mengaku sebagai nabi. Itu, katanya, bisa dibuktikan karena pada kemaluannya dan juga kemaluan istrinya ada lafal berbunyi "Allah". Banyak penduduk yang percaya. Lafal tadi, kata Sugono, artinya adalah "pena" yang bila diguratkan ke "papan tulis" akan menghasilkan "tulisan" yang baik. Menurut Sugono, "papan tulis" itu tak lain kemaluan wanita, sedangkan "tulisan" tak lain anak. Siapa saja yang menginginkan anak-anak yang baik dan berbudi luhur dianjurkan menggunakan "pena" Sugono. Atau, kalau tidak, bertapa sendiri di kubur keramat setelah berguru kepada Sugono. Belum jelas apakah ada pengikut yang sempat memanfaatkan "pena" Sugono. Ada tidaknya lafal pun tak diketahui. Sebab, tak seorang pun yang berani meminta dibuktikan kebenaran adanya tulisan itu. Di samping, tentu saja, rikuh. Hanya, karena perbuatan dan ajaran Sugono dinilai ngawur, para pemuda melancarkan protes dan, Juli lalu, meminta kepada kepala desa agar Sugono diusir. Mereka juga mempertanyakan: Apa betul wanita yang dibawa Sugono adalah istrinya, karena kelihatannya kok jauh lebih tua? Ashir Maruafi, kepala desa, menolak mengusir dengan alasan keduanya tidak pernah merugikan penduduk. Hanya, ia kemudian memang menanyakan surat nikah kepada sang "nabi". Sugono menyanggupi akan mengambilnya. Tapi, telah sebulan berlalu, ia dan Sumiati ternyata tak pernah muncul lagi di Selamerta. Mungkin sudah jadi "nabi" di tempat lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini